Abdul Koni Seniman Monolog yang Tampil dibalik Topeng Kesepian
![]() |
Seniman Monolog |
Profil Abdul Koni, Seniman Monolog yang Tampil di Balik Topeng
INDRAMAYU_Abdul koni, seorang seniman monolog dari Indramayu, telah menempuh perjalanan yang panjang dalam dunia seni peran. Dikenal dengan ciri khas penggunaan topeng dalam setiap penampilannya, "Koni" sapaan akrabnya berbagi kisah inspiratif mengenai bagaimana seni monolog menjadi jalan baginya untuk menaklukkan ketakutan dan membangun kepercayaan diri.
Abdul Koni bukanlah sosok yang langsung merasa nyaman berada di panggung. Sebagai seorang pemuda yang pemalu, ia sering kali merasa canggung saat harus berinteraksi dengan banyak orang.
“Saya dulu itu pendiam, kalau ketemu orang sering lari, bahkan nggak percaya diri,” kenangnya.
Meskipun demikian, ia tetap memilih untuk mendalami seni teater, meski awalnya justru menghadapi tantangan yang sama, yaitu harus sering berkumpul dengan banyak orang.
Keputusannya untuk menempuh pendidikan di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung dan Sekolah Tinggi Kesenian Gilang Kencana di Bogor (sekarang menjadi Akademi Seni) adalah upaya seriusnya untuk meraih pendidikan formal dalam seni teater dan dramaturgi. Namun, kedua usahanya tersebut berakhir dengan kegagalan.
“Ya, betul sekolah seni saya, dua-duanya gagal semua,” ujar Koni.
Meskipun demikian, Koni tidak menyerah. Ia melanjutkan pendidikan dan berhasil lulus dari D-3 Pariwisata di Universitas Nusa Bangsa.
![]() |
Pertunjukan Monolog |
Namun, meski pendidikannya bergeser ke bidang pariwisata, hasratnya terhadap seni teater tidak pernah padam. Keinginannya untuk terus berkarya di bidang seni membawanya ke jalur pengajaran, dimana ia mendirikan sekolah seni di Indramayu, yaitu SMK NU Seni Rupa Cikedung bersama-sama dengan seniman lain diantaranya bapak Sudarman, S.Sen. dan Ki Tarka Sutarahardja (penerjemah naskah kuno). Dari mengajar inilah momentum seni pertunjukan mulai diperhitungkan, diawal tahun siswa-siswi dan pengajarnya mendapat kesempatan tampil di dua tempat dalam ajang Napak Jagat Dermayu.
“Topeng memungkinkan saya untuk menghidupkan berbagai karakter dalam satu pertunjukan, memperluas ruang ekspresi dan menangkap esensi masing-masing karakter dengan lebih mendalam,” jelas Koni.
Inovasi ini tidak hanya membantu dirinya tetapi juga menginspirasi para siswa yang dia ajar. Bagi siswa-siswa yang pemalu, topeng menjadi alat yang membantu mereka menampilkan karakter tanpa harus merasa terpapar langsung di hadapan audiens.
Kesepian, bagi Abdul Koni, bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, ia menemukan kedamaian dan inspirasi dalam momen-momen kesendirian, dimana ia bisa merenung dan menggali karakter-karakter yang akan ia mainkan.
Namun, Koni menyadari bahwa seni monolog di Indramayu masih membutuhkan perhatian lebih. “Monolog di Indramayu itu hanya menggeliat pada saat lomba FLS2N dan sejenisnya. Saya berharap kegiatan monolog itu bisa berjalan terus menerus, tidak hanya nunggu momen tahunan,” harapnya.
Abdul Koni tidak hanya berhasil mengatasi tantangan pribadinya, tetapi juga mengangkat seni monolog di Indramayu ke tingkat yang lebih tinggi. Pendekatannya dalam seni telah membuktikan bahwa kesunyian dan rasa malu bisa diubah menjadi sumber kekuatan dan kreativitas yang luar biasa.
Saat ini Abdul Koni mengajar di SMKN 1 Lelea, meski akhirnya beralih ke mengajar Bahasa Indonesia setelah melanjutkan studi lagi di STKIP Yasika Majalengka, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah. Namun di sekolah ini pula beliau membentuk aktivitas siswa yang berbakat dalam seni peran (ekstrakurikuler teater).
![]() |
juara 2 lomba Teater tingkat Provinsi Jawa Barat |
Menurut Abdul Koni menemukan ide dan gagasan dalam materi monolog, adalah sebuah bentuk seni yang sering kali dilakukan dalam kesendirian, memberikan jalan baginya untuk menghadapi rasa malu yang selama ini menghalanginya. Salah satu inovasi terbesar Koni adalah penggunaan topeng dalam setiap pertunjukan monolognya. Topeng menjadi alat yang membantunya mengatasi ketidaknyamanan pribadi dan mengeksplorasi karakter-karakter dengan lebih mendalam.
“Topeng memungkinkan saya untuk menghidupkan berbagai karakter dalam satu pertunjukan, memperluas ruang ekspresi dan menangkap esensi masing-masing karakter dengan lebih mendalam,” jelas Koni.
Inovasi ini tidak hanya membantu dirinya tetapi juga menginspirasi para siswa yang dia ajar. Bagi siswa-siswa yang pemalu, topeng menjadi alat yang membantu mereka menampilkan karakter tanpa harus merasa terpapar langsung di hadapan audiens.
Kesepian, bagi Abdul Koni, bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, ia menemukan kedamaian dan inspirasi dalam momen-momen kesendirian, dimana ia bisa merenung dan menggali karakter-karakter yang akan ia mainkan.
![]() |
Sarip Anwar dalam sebuah penampilan monolog |
“Biasanya saya lebih suka sendiri. Latihan dulu, masing-masing punya ide segala macam. Makanya lebih asyik sendiri deh,” ungkapnya.
Puncak dari perjalanan karir sebagai seniman dan guru, tercermin dalam keberhasilannya membimbing siswa-siswa di setiap kompetisi teater dan monolog.
Puncak dari perjalanan karir sebagai seniman dan guru, tercermin dalam keberhasilannya membimbing siswa-siswa di setiap kompetisi teater dan monolog.
- Pada tahun 2021, salah satu muridnya, Kaisa, ia menjadi juara 1 lomba monolog se_wilayah 3 Cirebon yang diadakan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
- Sarip Anwar, ia berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi monolog di ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat kabupaten dan melanjutkan ke tingkat provinsi.
- Kaisa, Sarip Anwar, Ega Nugraha, Reyhan, Kalisah, Kristina Elsa, dan Naila berhasil menyabet juara 2 dalam ajang bergengsi Piala Gubernur Pelajar Juara, bidang lomba Teater (tahun 2022).
Namun, Koni menyadari bahwa seni monolog di Indramayu masih membutuhkan perhatian lebih. “Monolog di Indramayu itu hanya menggeliat pada saat lomba FLS2N dan sejenisnya. Saya berharap kegiatan monolog itu bisa berjalan terus menerus, tidak hanya nunggu momen tahunan,” harapnya.
Abdul Koni tidak hanya berhasil mengatasi tantangan pribadinya, tetapi juga mengangkat seni monolog di Indramayu ke tingkat yang lebih tinggi. Pendekatannya dalam seni telah membuktikan bahwa kesunyian dan rasa malu bisa diubah menjadi sumber kekuatan dan kreativitas yang luar biasa.
Demikian hasil wawancara dengan narasumber yang kami temui di rumahnya yang sekaligus difungsikan sebagai sanggar "Sanggar Topeng Kesepian"
![]() |
juara 1 lomba monolog |
#abdulkoni #wawancara #abdulkonisenimanmonolog #senimanmonologindramayu
Post a Comment for "Abdul Koni Seniman Monolog yang Tampil dibalik Topeng Kesepian"