NASKAH MONOLOG PENAMPIL KELOMPOK 193
Judul : Terbunuhnya Sang Koruptor
Karya: Abdul Koni, S.Pd.
Pemeran :
Isi Naskah :
Wong takon
Wong sing tur angkara
Antarane ira reang iki
Sumebar rongronane kara
Janji sabar
Sabar sak wetara wektu
Titi kala mangsa.
Astaga, aku tertidur setelah membaca buku ini, “THE HONESTY IS EXPENSIVE”
Setelah lama ditahan, tertuduh maju kedepan dan memberikan kesaksiannya dengan suka rela. Mukanya berat bagaikan durian runtuh, suaranya menggema seperti pisau bedah. Tidak seperti seorang politikus ataupun seniman. Ia sama sekali tidak menolak ataupun mencoba memberikan apa yang telah ia lakukannya. Ia menerangkan semuanya dengan singkat, jelas, dan tuntas.
Ia bahkan tidak membantah bahwa ia telah menyetop mobil itu dan langsung menyapa penumpangnya. Ketika kaca jendela mobil itu dibuka, ia mengayunkan pedang ke arah leher pengendara mobil itu. Kemudian, mobil itu ia dorong masuk ke dalam jurang dan membakar isinya. Ia hampir saja berhasil ngacir, sodara-sodara. Kalau saja tidak ada seorang BANPOL yang kebetulan lewat, dan langsung melaporkannya pada polisi. Kurang dari satu hari pelaku pembunuhan brutal itu ditangkap. Lalu masyarakat bertanya-tanya ;
“Kenapa kamu lakukan pembunuhan brutal, merajalela, membabi buta, hei Kaula Muda....!?”
“Aku tidak tahu, aku hanya melakukan apa yang kurasakan benar. Aku tidak sengaja menggunakan pedang itu. Karena itulah senjata yang kutemukan disaat keinginan itu muncul. Keinginan untuk apa, aku tak pasti betul, keinginan untuk membunuh atau apa? Pokoknya, tiba-tiba muncul rasa benci. Kebencian harus disalurkan. Akhirnya aku ambil saja pedang dari seseorang yang kebetulan sedang buang air besar. Lalu pedang itu aku ayunkan ke arah leher pengendara mobil itu. Sampai sekarangpun aku tidak tahu siapa dia. Salah dia kenapa aku sampai tidak tahu dia. Kenapa dia melintas dengan mobilnya ketika aku ingin membunuhnya. Itu kesalahannya. Mobilnya terlalu bagus dan mulus, aku benci seluruh mobil beserta isinya. Sementara mobil-mobil berkelas yang telah menghina kemiskinan kita, menghina seluruh umat manusia yang terjepit di muka bumi. Barang-barang rakitan yang didatangkan dari negara kaya untuk memeras negeri miskin ini sudah lebih mulia dari makhluk ciptaan yang maha kuasa. Aku melihat, bagaimana pagi-pagi buta para pembantu mencuci berhala itu. Aku melihat mereka berseliweran di jalan-jalan yang kita biayai ratusan trilyun rupiah dari hasil hutang yang harus ditanggung anak cucu kita. Aku jadi sebel ! Aksesorisnya saja, aksesorisnya saja telah melebihi penghasilanku selama hidup. Ini tidak adil ! Jika aku diberi kesempatan sekali lagi, aku akan turun ke jalan dan menyikat seluruh mobil beserta isinya.
“Tunggu dulu, saudara tahu tidak bahwa mobil itu adalah mobil miliknya sendiri, apa salahnya orang memakai mobil miliknya sendiri seperti orang memakai sandalnya sendiri. Kalau saudara ingin punya mobil mewah ya kerja dong, banting tulang, kalau perlu korupsi, eh... Jangan ! itu contoh”.
“Oh ya apa saudara ini sudah punya kerja ? Ngomong saja itu bukan kerja, tapi itu adalah orang jual obat namanya. Membunuh orang dengan kekerasan adalah tindakan melawan hukum. Saudara harus dihukum kalau saudara melanggar HAM. Saudara tahu tidak apa itu HAM. HAM adalah Hak Azasi Manusia. Ini negara hukum bukan negara binatang. Tidak perduli saudara ini siapa, mantan pejabatpun harus dihukum. Saya ulangi mantan (mantan apalagi ya) mantan pejabatpun harus dihukum ! (kalau berani) “
Kadang-kadang saya juga suka iri lihat istri orang lebih cantik, rumahnya lebih mewah, atau mobilnya lebih hebring. Tapi itu perasaan tok. Perasaan tok, tidak menjadikan tindakan asosial. Ataupun kalau ada itu sebagai tindakan mawas diri atau introspeksi. Kenapa orang lain punya rumah mewah, sedangkan saya tidak? Kenapa orang lain punya mobil mewah sedangkan saya tidak ? Kenapa orang lain punya istri cantik sedangkan saya ? belum !
Ya, kalau ingin punya mobil mewah kerja dong !
“ya betul, kerja ! Pemuda harapan bangsa harus bekerja keras. Mengisi kemerdekaan dengan hal hal yang positif. Membunuh orang lain dengan kekerasan adalah tindakan brutal.
Ini apa namanya kalau bukan kecemburuan sosial yang tidak berguna. Saudara harus dihukum mati.. !
'Bagong, Bagong, Bagong..., Dulur Aing paeh gara-gara sia, Bagong !!''
Maaf, bapak hakim ! Saya memang suka bicara lancar kalau saya sedang emosional.
“ Sudah sudah sudah, jangan ribut dong. Ini pengadialan loh. Bapak hakim kan bukan artis, jangan disorakin ! Yang artis kan dewan juri, tepuk tangan buat dewan juri“
Saya ingatkan yah, bahwa apa yang disampaikan dalam persidangan adalah bukti yang harus betul-betul sesuai fakta, bukan asal ngomong !”
''Menurut cacatan saya bahwa yang saudara bunuh itu adalah seseorang Koruptor yang memang harus dibunuh”
Ini mau dilanjutkan nggak persidangannya ? Mau nggak ? Kalau mau dilanjutkan, diam dong !”
Karena suasana dipersidangan gaduh, akhirnya sidang dihentikan.
Ini hanya cerita tok ! tidak ada dalam dunia nyata. Kaluapun ada itu hanya kebetulan belaka. Pemuda harapan bangsa tidak boleh korupsi, karena korupsi merugikan bangsa dan negara !
Wong takon
Wong sing tur angkoro
Antarane riko aku iki
Sumebar ron ronane koro
Janji sabar
Sabar sak wetoro wektu
Titi kolo mongso
Pemeran :
1. Prolog : An_An Setiawan
2. Pupuh : Imas Nurhayati
3. Penari : Edwin MS
4. Aktor : Abdul Koni
5. koor song seluruh peserta Orientasu kelompok 193.
Sutradara : Abdul Koni, S.Pd.
Isi Naskah :
Wong takon
Wong sing tur angkara
Antarane ira reang iki
Sumebar rongronane kara
Janji sabar
Sabar sak wetara wektu
Titi kala mangsa.
Astaga, aku tertidur setelah membaca buku ini, “THE HONESTY IS EXPENSIVE”
Setelah lama ditahan, tertuduh maju kedepan dan memberikan kesaksiannya dengan suka rela. Mukanya berat bagaikan durian runtuh, suaranya menggema seperti pisau bedah. Tidak seperti seorang politikus ataupun seniman. Ia sama sekali tidak menolak ataupun mencoba memberikan apa yang telah ia lakukannya. Ia menerangkan semuanya dengan singkat, jelas, dan tuntas.
Ia bahkan tidak membantah bahwa ia telah menyetop mobil itu dan langsung menyapa penumpangnya. Ketika kaca jendela mobil itu dibuka, ia mengayunkan pedang ke arah leher pengendara mobil itu. Kemudian, mobil itu ia dorong masuk ke dalam jurang dan membakar isinya. Ia hampir saja berhasil ngacir, sodara-sodara. Kalau saja tidak ada seorang BANPOL yang kebetulan lewat, dan langsung melaporkannya pada polisi. Kurang dari satu hari pelaku pembunuhan brutal itu ditangkap. Lalu masyarakat bertanya-tanya ;
“Kenapa kamu lakukan pembunuhan brutal, merajalela, membabi buta, hei Kaula Muda....!?”
“Aku tidak tahu, aku hanya melakukan apa yang kurasakan benar. Aku tidak sengaja menggunakan pedang itu. Karena itulah senjata yang kutemukan disaat keinginan itu muncul. Keinginan untuk apa, aku tak pasti betul, keinginan untuk membunuh atau apa? Pokoknya, tiba-tiba muncul rasa benci. Kebencian harus disalurkan. Akhirnya aku ambil saja pedang dari seseorang yang kebetulan sedang buang air besar. Lalu pedang itu aku ayunkan ke arah leher pengendara mobil itu. Sampai sekarangpun aku tidak tahu siapa dia. Salah dia kenapa aku sampai tidak tahu dia. Kenapa dia melintas dengan mobilnya ketika aku ingin membunuhnya. Itu kesalahannya. Mobilnya terlalu bagus dan mulus, aku benci seluruh mobil beserta isinya. Sementara mobil-mobil berkelas yang telah menghina kemiskinan kita, menghina seluruh umat manusia yang terjepit di muka bumi. Barang-barang rakitan yang didatangkan dari negara kaya untuk memeras negeri miskin ini sudah lebih mulia dari makhluk ciptaan yang maha kuasa. Aku melihat, bagaimana pagi-pagi buta para pembantu mencuci berhala itu. Aku melihat mereka berseliweran di jalan-jalan yang kita biayai ratusan trilyun rupiah dari hasil hutang yang harus ditanggung anak cucu kita. Aku jadi sebel ! Aksesorisnya saja, aksesorisnya saja telah melebihi penghasilanku selama hidup. Ini tidak adil ! Jika aku diberi kesempatan sekali lagi, aku akan turun ke jalan dan menyikat seluruh mobil beserta isinya.
“Tunggu dulu, saudara tahu tidak bahwa mobil itu adalah mobil miliknya sendiri, apa salahnya orang memakai mobil miliknya sendiri seperti orang memakai sandalnya sendiri. Kalau saudara ingin punya mobil mewah ya kerja dong, banting tulang, kalau perlu korupsi, eh... Jangan ! itu contoh”.
“Oh ya apa saudara ini sudah punya kerja ? Ngomong saja itu bukan kerja, tapi itu adalah orang jual obat namanya. Membunuh orang dengan kekerasan adalah tindakan melawan hukum. Saudara harus dihukum kalau saudara melanggar HAM. Saudara tahu tidak apa itu HAM. HAM adalah Hak Azasi Manusia. Ini negara hukum bukan negara binatang. Tidak perduli saudara ini siapa, mantan pejabatpun harus dihukum. Saya ulangi mantan (mantan apalagi ya) mantan pejabatpun harus dihukum ! (kalau berani) “
Kadang-kadang saya juga suka iri lihat istri orang lebih cantik, rumahnya lebih mewah, atau mobilnya lebih hebring. Tapi itu perasaan tok. Perasaan tok, tidak menjadikan tindakan asosial. Ataupun kalau ada itu sebagai tindakan mawas diri atau introspeksi. Kenapa orang lain punya rumah mewah, sedangkan saya tidak? Kenapa orang lain punya mobil mewah sedangkan saya tidak ? Kenapa orang lain punya istri cantik sedangkan saya ? belum !
Ya, kalau ingin punya mobil mewah kerja dong !
“ya betul, kerja ! Pemuda harapan bangsa harus bekerja keras. Mengisi kemerdekaan dengan hal hal yang positif. Membunuh orang lain dengan kekerasan adalah tindakan brutal.
Ini apa namanya kalau bukan kecemburuan sosial yang tidak berguna. Saudara harus dihukum mati.. !
'Bagong, Bagong, Bagong..., Dulur Aing paeh gara-gara sia, Bagong !!''
Maaf, bapak hakim ! Saya memang suka bicara lancar kalau saya sedang emosional.
“ Sudah sudah sudah, jangan ribut dong. Ini pengadialan loh. Bapak hakim kan bukan artis, jangan disorakin ! Yang artis kan dewan juri, tepuk tangan buat dewan juri“
Saya ingatkan yah, bahwa apa yang disampaikan dalam persidangan adalah bukti yang harus betul-betul sesuai fakta, bukan asal ngomong !”
''Menurut cacatan saya bahwa yang saudara bunuh itu adalah seseorang Koruptor yang memang harus dibunuh”
Ini mau dilanjutkan nggak persidangannya ? Mau nggak ? Kalau mau dilanjutkan, diam dong !”
Karena suasana dipersidangan gaduh, akhirnya sidang dihentikan.
Ini hanya cerita tok ! tidak ada dalam dunia nyata. Kaluapun ada itu hanya kebetulan belaka. Pemuda harapan bangsa tidak boleh korupsi, karena korupsi merugikan bangsa dan negara !
Wong takon
Wong sing tur angkoro
Antarane riko aku iki
Sumebar ron ronane koro
Janji sabar
Sabar sak wetoro wektu
Titi kolo mongso
Post a Comment for "NASKAH MONOLOG PENAMPIL KELOMPOK 193"