Sebuah Catatan karya Siti Karina
Sebenarnya Rai tak ingin berada dalam bayang bayang masalalunya. Mengingat keluarganya yang tidak harmonis, dan dirinya yang di dorong oleh orang yang ia cinta, membuatnya seolah masih hidup dalam dunia nyata.
Rai berjalan jalan menyusuri lorong.
Dengan lirih ia bertanya "Nara. Kenapa kau melakukan ini?"
Bukankah Nara sangat mencintainya? Tapi kenapa disaat Rai mulai mencintainya, Nara justru membencinya?
"Apa aku salah? Apa seharusnya aku menjauhimu, agar kau tetap mencintaiku?"
Rai terkekeh "Sekarang kau pasti menganggapku bodoh, kan? Kau tertawa bersama teman temanmu tanpaku. Sangat menyenangkan, ya?"
Rai sedih, namun tak sanggup menangis. Ia hanya bisa menertawai masalalunya.
Di atas sana Kies seolah berucap 'Lupakan dia, dan hiduplah bahagia'
Rai tersenyum pahit. Ia berjalan menyusuri lorong, Kemudian melirik sebuah ruangan kerja bernuansa hitam dan emas yang menarik perhatiannya.
Kies adalah seorang Duke, mungkinkah itu ruang kerjanya?
Rai mengitari ruangan tersebut. Ia melihat sebuah buku harian di atas meja kerja Kies. Buku itu terlihat familiar, seperti milik Rai dulu. Ia membuka lembar pertama buku itu.
Rai membelakkan matanya. "Ini buku harianku?! Kenapa ada disini?" ia mengusak lembaran demi lembaran buku itu dengan kasar.
Srekk
Tak sengaja ia merobek beberapa halaman akhir buku itu. Robekannya terseret angin, keluar dari jendela kemudian jatuh kedalam kolam.
"Ini memang bukuku!" Rai juga tersadar dengan terisinya catatan di beberapa lembar buku itu.
"Kies aku tidak mengerti kenapa kau bisa begitu ajaib. apa yang telah kau lakukan sehingga hal sekecil ini pun bisa kau tahu?" lanjut Rai
Rasanya tidak adil. Dengan tanpa membuka buku harian Rai pun, Kies sudah tahu banyak tentang kehidupan Rai. Sedangkan Rai belum mengetahui kehidupan Kies dengan jelas. Selama ini Rai pikir dirinya pintar, namun nyatanya ia masih tergoyahkan oleh hal yang tidak rasional. Pengetahuannya tak cukup luas untuk mengetahui tujuan Kies yang sebenarnya.
Bagaimana Rai bisa bahagia di kehidupannya kali ini? Ia takut berada dalam situasi yang perlu memilih 'menderita atau mati'
Itukah maksud dari perkataan Kies 'hiduplah bahagia'
Rai bingung harus marah atau bersyukur. Kies jelas membawanya dalam penderitaan. Posisi Duke tak dapat diraih dengan mudah, jadi sudah pasti Kies adalah orang yang sangat kuat dan cerdas. Sekarang Rai ada dalam tubuh Kies, namun Rai tak sekuat Kies. Ia takut, sungguh takut.
"Aku dikecewakan oleh Nara. Aku marah pada apa yang dilakukan Kies."
Jika ia menolak, sudah tak ada gunanya. Semuanya telah terjadi diluar kuasa Rai.
"Aku harus hidup dengan baik, kali ini." Rai mengusak rambutnya.
"Pertama tama apa yang harus kulakukan?" Rai membuka lembar buku hariannya yang berisi sebuah catatan yang tidak ia ketahui.
Di lembar itu tertulis sebuah judul 'Putra mahkota dan kesatria wanita' ditulis dengan sangat indah.
Cukup menarik. Rai mulai membaca paragraf pertama.
"pada tahun 1580, kekaisaran Rozeth berada dalam ambang kehancuran. Letusan gunung Deli menghancurkan setengah kekaisaran. Kekeringan dan kekurangan bahan pangan berdampak pada perekonomian kekaisaran. Kaisar Athem terpaksa menyerahkan wilayah kota maritim pada negara tetangga dengan sebuah perjanjian. Disaat itu, banyak pejabat negara mundur dari jabatannya. Seluruh urusan pertahanan wilayah diurus oleh Putra mahkota dibantu dengan Duke barat. Kekaisaran Tharpen menjanjikan bantuan kepada Kekaisaran Rozeth, namun 9 bulan berlalu mereka tak dapat memberikan apa yang dijanjikan."
"Disaat krisis, wilayah dalam kekaisaran Rozeth kacau balau, Seorang kestria wanita tangguh berani menentang perintah kaisar Athem. Ia hendak dihukum pancung, namun dihentikan oleh putra mahkota. Setelah sekian banyak kejadian yang melibatkan mereka berdua, akhirnya mereka saling jatuh cinta."
Baiklah, Rai sepertinya cukup mengerti. Ia hidup di dalam novel, namun alur ceritanya telah dipersingkat oleh Kies.
"Jadi, disini aku hanya berperan sebagai figuran?"
Post a Comment for "Sebuah Catatan karya Siti Karina "