KIES ARABAH karya Siti Karina
Cahaya panas yang memantul di tanah tandus, asap hitam terbang bagai awan, dan jerit kesakitan dari kuda perkasa membuat perjuangan menuju kemenangan semakin dekat.
Disana, dentingan pedang sudah tak terdengar, hanya ada kesunyian di lapang.
Seorang pemuda menjatuhkan pedangnya, keringat bercucuran dengan darah dari luka yang diterimanya. Ia menatap kosong kebawah, melihat jenderal perang lawan tertunduk dihadapannya.
ia melihat sekeliling, prajuritnya telah tumbang begitupun dengan prajurit lawan.
Kemudian munculah siluet ibunya yang membuatnya meneteskan air mata.
Ibunya tersenyum dibalik cadar lantas berucap "ibu menyayangimu, tapi bukan ini yang ibu inginkan..."
"...Rasa sakit hati ini tidak sebanding dengan kematian..."
"Nak... Jangan jadikan ibu sebagai alasan bagi dendam duniawimu. Mari kita akhiri semua ini..." di akhir kalimatnya, ia mengulurkan tangannya.
Ia menggenggam tangan ibunya dengan lembut. Hawa sejuk yang dapat melupakan rasa sakitnya, kemudian mereka berjalan bersama melewati jembatan panjang.
Jembatan itu sudah sangat tua. Ada banyak celah disetiap papan yang dipijaknya. Ia menggendong ibunya menuju sebrang, dan menurunkannya dengan aman. Satu langkah dari celah papan yang dipijaknya, dan satu langkah itu pula membuatnya jatuh kebawah. Ia sempat meraih tangan ibunya, namun terlambat. Kemudian Ia terjatuh bersama gelang milik ibunya.
"Ibu..."
"Aku tidak ingin jatuh sendirian. Tapi aku tidak mau ibu jatuh untuk kedua kalinya. Kali ini biar aku saja."
Matanya perlahan tertutup, namun terhenti ketika melihat seorang pemuda yang juga terjatuh kebawah bersamanya.
"Kau adalah aku, aku adalah diriku."
Ia terjatuh semakin cepat, bahkan lebih cepat dari jatuhnya pemuda itu.
Ia tersenyum "Secepat ini, kematian?"
***
Ia terbangun di tanah tandus, pipinya menempel di tanah, tangannya berada di genangan darah dengan pedang yang digenggamnya.
Ia bangkit kemudian melihat kepala jenderal yang menggelinding dibawah kakinya. Ia berteriak takut sekencang kencangnya, Tak sanggup membuka mata.
Suara petasan semakin mengagetkannya. Pasukan berkuda datang dari arah selatan, mengibarkan bendera kemenangan.
Itu adalah bala bantuan dari wilayah sekitar. Namun tak disangka perang sudah berakhir sesaat mereka tiba.
Ia menutup mata dan telinganya, dengan jantung yang berdegup kencang.
"Kies! Kau menang!" seorang gadis cantik turun dari kuda dan langsung memeluknya.
Post a Comment for "KIES ARABAH karya Siti Karina"