Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Menulis Cerita Anak (edisi lanjutan)

bersama anak Indonesia
Bacaan sebelumnya_
4. Tetap Sampaikan dengan Lembut
Hanya karena buku cerita anakmu punya pesan besar, bukan berarti pesan disampaikan dengan cara orang dewasa. Cerita tetap harus dinamis, artinya ia dapat mengaduk-aduk emosi pembacanya. Usahakan tidak menyampaikan pesan moral dengan gamblang.

“Jangan mencuri karena mencuri tidak baik.”

Kalimat tersebut terkesan menggurui dan gamblang.

5. Seimbangkan Kata dan Gambar
Karena cerita anak adalah cerita pendek, baiknya kita sampaikan cerita dengan efektif. Seimbangkan kata dan gambar untuk menjadi cerita yang dapat meningkatkan kualitas buku cerita anak. Rata-rata buku cerita anak memiliki kata sebanyak 50-1000 kata. Penulisan harus singkat, padat, dan jelas. Hindari penggunaan istilah, kiasan, atau kata-kata lain yang konotatif.

Gambar pun harus disesuaikan dengan tulisan. Gambar ilustrasi yang baik disesuaikan dengan kata kerja utama yang menjadi inti cerita. Semisal adegan mencuri, maka gambarlah adegan ketika mencuri.

Cerita anak tidak perlu terlalu panjang karena anak-anak belum mampu mengikuti cerita dengan banyak kata atau halaman. Malah kalau terlalu panjang akan menimbulkan kejenuhan.

6. Rileks, siapkan waktumu
Menulis buku cerita anak sungguh tidak mudah. Ambil waktu khusus kita dan pikirkan baik-baik. Tulis dalam draf-draf ide-ide yang kita pikirkan. Buatlah plot cerita yang baik yang kira-kira dapat disampaikan dengan efektif. Setelah proses buku cerita anak dimulai, koreksi kembali.

Menulis buku cerita anak bukan proses sekali jadi. Kita harus berhati-hati karena anak-anak sangat cepat menyerap informasi yang dikonsumsinya.

7. Tetap Unik
Kita tahu, yang unik adalah yang diinginkan semua pembaca. Begitu juga penerbit atau agen pencari penerbit. Apa yang membuat buku cerita anak menjadi unik? Bagaimana cerita kita dapat menjadi unik?

Jangan terpaku pada satu bentuk cerita. Kita tetap dapat menjadikan buku cerita anak menjadi buku yang serius, yang konyol, atau yang lucu, dan lain-lain. Tipsnya, kita dapat menceritakan pengalaman sendiri. Pengalaman setiap orang tentu berbeda-beda. Kita dapat menemukan ide cerita dengan mengorek lagi memori yang kita punya.

Manfaatkan kenangan masa kecil sebagai inspirasi cerita. Pikirkan tentang kenangan masa kecil yang mengasyikkan, aneh, atau menakjubkan. Gunakan kenangan tersebut sebagai dasar cerita anak yang ingin ditulis.

Sebagai contoh, mungkin kita perlu mengalami hari yang aneh ketika duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Kita bisa mengubah pengalaman tersebut menjadi cerita yang menghibur. Kuta juga mungkin pernah berkunjung ke luar negeri ketika masih sangat kecil dan mendapatkan pengalaman/cerita dari kunjungan tersebut yang akan disukai oleh anak-anak.
Selain itu, kita juga dapat menggunakan karakter tokoh hewan seperti cerita-cerita Fabel.

Nah, teman-teman sampailah kita pada kesimpulan dari seluruh point-point yang sudah kita bahas bersama.

KESIMPULAN
Menulis cerita anak membutuhkan imajinasi yang kuat dan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang anak-anak. Kita mungkin perlu menulis cerita anak untuk keperluan kelas atau proyek pribadi. Untuk menulisnya, mulailah dengan melakukan curah pendapat mengenai topik yang dirasa menarik bagi anak-anak. Setelah itu, tulislah cerita dengan bagian pembuka yang memukau, gunakan alur yang kuat, dan cantumkan moral cerita. Pastikan kita juga menyempurnakan cerita setelah selesai menulis draf agar cerita tersebut dapat menarik para pembaca muda.

Pakai bahasa sehari-hari dalam dialog seperti kita bicara dengan anak-anak. Untuk narasi pakai bahasa yang sederhana dan mudah di pahami anak-anak.

Misalnya;
Pagi itu Ibu bingung sekali karena kunci pintu rumah hilang dari tempatnya. Sudah berulang kali Ibu mencari di sana-sini tapi belum ketemu juga. Reni yang melihat sikap Ibu, jadi heran.

"Ibu cari apa sih dari tadi Reni lihat jalan-jalan terus?" tanya anak perempuan usia 8 tahun itu.

Jika kalimat pembuka yang seperti itu, maka pembaca akan penasaran. Kenapa ya ibu seperti itu?

Atau bisa kalimat lain kreasi penulis.
Untuk cerita anak lebih baik banyak percakapan karena anak-anak belum begitu paham narasi dan mereka lebih tertarik percakapan.
(sumber; ibu Emi Wahyuni)

Post a Comment for "Cara Menulis Cerita Anak (edisi lanjutan)"