Padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air
padi |
Padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air
Air merupakan salah satu input yang sangat penting bagi sistem produksi padi sawah yang mengkonsumsi air lebih banyak. Ketersediaan air tidak hanya mempengaruhi produktivitas tanaman, luas areal tanam dan intensitas pertanaman, juga potensi perluasan areal baru, bahkan menentukan kualitas produksi gabah.
Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena:
(1) bertambahnya penggunaan air untuk sektor industri dan rumah tangga,
(2) durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim,
(3) cadangan sumber air lokal juga berkurang, dan
(4) terjadinya pendangkalan waduk.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dari berbagai sektor dan semakin menipisnya persediaan air tanah, maka upaya yang harus dilakukan adalah efisiensi penggunaan air. Artinya air yang ada harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai kebutuhan tanaman. Efisiensi penggunaan air perlu diterapkan menggunakan inovasi teknologi hemat air.
Padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air. Untuk menghasilkan 1 kg gabah hanya dibutuhkan rata-rata 1.432 liter air dibandingkan 1.150 liter air untuk menghasilkan 1 kg jagung. Jadi, dalam budidaya tanaman padi tidak harus digenangi terus menerus. Sehingga air bagi pertanian dapat dikelola ketersediaannya dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
Pada pertanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (0-60 hari), fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari). Kebutuhan air pada ketiga fase tersebut bervariasi yaitu pada fase pembentukan anakan aktif, anakan maksimum, inisiasi pembentukan malai, fase bunting dan fase pembungaan.
Untuk wilayah dengan pertanaman tiga kali dalam satu tahun, efisiensi penggunaan air dapat dilakukan pada musim hujan (MH), musim kemarau (MK)-1 maupun musim kemarau (MK)-2. Dengan menghemat penggunaan air, jumlah luas tanam dapat ditingkatkan. Khusus untuk pertanaman MK-1 dan MK-2 ketersediaan air di musim kemarau jika tidak mencukupi perlu dibantu dengan sumber air lainnya dari pompa air dangkal atau dalam, kolam, embung maupun waduk.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dari berbagai sektor dan semakin menipisnya persediaan air tanah, maka upaya yang harus dilakukan adalah efisiensi penggunaan air. Artinya air yang ada harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai kebutuhan tanaman. Efisiensi penggunaan air perlu diterapkan menggunakan inovasi teknologi hemat air.
Padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air. Untuk menghasilkan 1 kg gabah hanya dibutuhkan rata-rata 1.432 liter air dibandingkan 1.150 liter air untuk menghasilkan 1 kg jagung. Jadi, dalam budidaya tanaman padi tidak harus digenangi terus menerus. Sehingga air bagi pertanian dapat dikelola ketersediaannya dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
Pada pertanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (0-60 hari), fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari). Kebutuhan air pada ketiga fase tersebut bervariasi yaitu pada fase pembentukan anakan aktif, anakan maksimum, inisiasi pembentukan malai, fase bunting dan fase pembungaan.
Untuk wilayah dengan pertanaman tiga kali dalam satu tahun, efisiensi penggunaan air dapat dilakukan pada musim hujan (MH), musim kemarau (MK)-1 maupun musim kemarau (MK)-2. Dengan menghemat penggunaan air, jumlah luas tanam dapat ditingkatkan. Khusus untuk pertanaman MK-1 dan MK-2 ketersediaan air di musim kemarau jika tidak mencukupi perlu dibantu dengan sumber air lainnya dari pompa air dangkal atau dalam, kolam, embung maupun waduk.
Post a Comment for "Padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air"