Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Filosofi Bambu

bambu
Filosofi Bambu
Ketelair Indonesia_ "Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan, hari - hari yang kurang baik memberi pengalaman, kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini. Kadang kala kita sering gagal dalam melakukan segala sesuatu, ingatlah No one is perfect! Jadi, janganlah menyerah dan putus asa karena kegagalan yang kita alami ibarat sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat agar suatu hari dapat tumbuh setinggi-tingginya".

Suatu hari dalam kondisi yang putus asa seseorang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, bahkan berhenti dari hubungannya dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasnya. Maka dia pergi ke hutan untuk berbicara dengan Ayahnya yang bekebun dihutan untuk yang terakhir kalinya. 

“Ayah, berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti” katanya.

Ayahnya memberi jawaban yang mengejutkannya. 

“Lihat ke sekelilingmu”, katanya. 

“Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?”

“Ya”, jawabnya.

Lalu Ayahnya berkata, “Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, dan pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah, namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tapi Aku tidak berhenti merawatnya.”

“Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya.”

“Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke empat. ”

“Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, yang kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani.”

“Tahukah engkau anakku, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu”.

Ayahnya berkata, “Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.”

“Saatmu akan tiba”, Ayah mengatakan itu kepadanya. 

“Engkau akan tumbuh sangat tinggi.”

“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh ?” tanyanya. 

“Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?” Ayah balik bertanya.

“Setinggi yang mereka mampu?” dia bertanya.

“Ya.” jawabnya “Muliakan aku ya Allah dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau berikan capai.” dia memohon kepada Allah.

Lalu dia pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa berusaha untuk tidak akan pernah menyerah terhadapnya dan tantangan hidup.

Pesan: 
"Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan, hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman, kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini. Kadang kala kita sering gagal dalam melakukan segala sesuatu, ingatlah No one is perfect, jadi janganlah menyerah dan putus asa karena kegagalan yang kita alami ibarat sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat agar suatu hari dapat tumbuh setinggi-tingginya."

Post a Comment for "Filosofi Bambu"