MATERI BAHASA INDONESIA [BUKU PENGAYAAN / NON FIKSI & BUKU DRAMA / FIKSI]
membaca buku |
a. Hakikat buku pengayaan (non fiksi)
Buku pengayaan adalah buku yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Karakteristik buku pengayaan yakni sumber materi ajar berupa referensi baku mapel tertentu yang disusun sistematis & sederhana disertai petunjuk pembelajaran. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan, dan memperkaya kemampuan siswa (Pusat Perbukuan 2008:12). Pendapat lainnya, buku pengayaan atau buku pelajaran adalah jenis buku yang digunakan dalam aktivitas belajar dan mengajar.
Berdasarkan dominasi materi/isi yang disajikan di dalamnya, buku pengayaan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu kelompok buku pengayaan:
(1) pengetahuan,
(2) keterampilan, dan
(3) kepribadian.
Setiap jenis buku pengayaan kadang-kadang sulit dibedakan, namun jika dikaji berdasarkan materi/isi yang mendominasi di dalamnya maka dapat ditetapkan ke dalam salah satu jenis buku pengayaan.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan wawasan akademik pembacanya.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan wawasan akademik pembacanya.
Contoh judul buku pengayaan pengetahuan adalah:
Tanaman Obat Penyembuh Ajaib karya Herminia de Guzman-Ladion,
Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis karya Eddy Prahasta.
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan keterampilan bidang tertentu.
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan keterampilan bidang tertentu.
Contoh judul buku pengayaan keterampilan adalah:
Membuat Mesin Tetas Elektronik karya Kelly S,
Budidaya Ayam Bangkok karya Dudung Abdul Muslim,
Petunjuk Perawatan Anggrek karya Hadi Iswanto.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya kepribadian atau pengalaman batin seseorang.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya kepribadian atau pengalaman batin seseorang.
Contoh judul buku pengayaan kepribadian:
Layar Terkembang karya St. Takdir Alisyahbana,
Merakit dan Membina Keluarga Bahagia karya W. Jay Batra dkk.
b.Nilai-nilai dalam buku pengayaan (non fiksi)
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Penilaian yang dilakukan oleh individu yang satu belum tentu sama dengan individu yang satu.
b.Nilai-nilai dalam buku pengayaan (non fiksi)
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Penilaian yang dilakukan oleh individu yang satu belum tentu sama dengan individu yang satu.
Nilai yang terdapat dalam buku pengayaan (non fiksi) terkait dengan hal apa yang dapat diambil dari buku yang dibaca. Nilai yang terdapat dalam buku pengayaan, seperti nilai pengetahuan, nilai manfaat (kemanfaatan), nilai kebersihan, nilai sosial, nilai etika, dan lain sebaginya. Keberadaan nilai ini bergantung kepada jenis buku yang dibaca.
2. Buku Drama (Fiksi)
a. Hakikat buku drama (fiksi)
Secara umum drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah naskah. Naskah drama dapat diartikan suatu karangan atau cerita yang berupa tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk teks atau tulisan yang belum diterbitkan (pentaskan).
b. Nilai-nilai dalam buku drama (fiksi)
Drama biasanya menyajikan sesuatu yang berbeda, apalagi kalau disaksikan langsung di panggung. Dengan menyaksikan secara langsung, kamu bisa melihat sendiri sekeren apa para aktor dan aktris membawakan karakter mereka. Semua emosi dan penjiwaan akan terlihat dengan jelas. Bisa-bisa kamu pun akan merasakan emosi yang dibawakan oleh para pemain drama. Setiap drama pasti dibuat dengan suatu tujuan. Salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai khusus. Dalam sebuah drama bisa saja ada satu nilai. Namun bisa juga, dalam satu drama ada banyak nilai sekaligus, dan itu sah-sah saja.
Berikut nilai-nilai yang terdapat dalam drama, seperti:
1) Nilai sosial, yaitu nilai yang berkaitan dengan masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
2) Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
3) Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).
4) Nilai filsafat, yaitu nilai yang berkaitan dengan hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
5) Nilai politik, yaitu nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.
Menurut Henning Nelms etika menelaah sebuah naskah, yang perlu dicari adalah “bahan dramatic-nya”. Bahan dramatic adalah apa saja yang terdapat di dalam naskah, dan bahan-bahan itu kita melontarkan nilai-nilai. Di dalam sebuah skenario terdapat berbagai nilai. Selain nilai emosional, di dalam sebuah drama juga terdapat nilai intelektual. Bedanya nilai emosional dan nilai intelektual ialah nilai intelektual yang disampaikan untuk dimengerti, sedangkan nilai emosional bukan untuk dimengerti melainkan untuk dirasakan.
Gabungan nilai intelektual dan emosional akan menampilkan nilai lain yang menyebabkan drama tadi akan dapat membangkitkan kesedihan atau kegembiraan lewat keindahan. Nilai ini yang disebut nilai abstrak. Selain dua nilai tersebut ada juga nilai lain, yakni nilai dramatik. Nilai dramatik merupakan nilai-nilai yang menimbulkan suatu konflik. Tanpa nilai gramatik sebuah naskah drama tidak lagi berfungsi apa-apa. penulis berkesimpulan menentukan nilai-nilai dalam sebuah drama bergantung dengan naskah drama yang akan dibawakan atau dipentaskan.
Nilai-nilai drama akan dipaparkan sebagai berikut:
a) Nilai Didaktis
Nilai didaktis merupakan nilai yang menyoroti khusus tenteng nilai pendidikan di dalam suatu drama tersebut. Adapun nilai-nilai pendidikan antara lain:
1) Pendidikan watak
Nilai pendidikan yang dapat diambil dari tokoh-tokoh dalam drama, sementara untuk menilai watak tokoh-tokoh tersebut perlu dipahami dengan tepat bagaimana cara pengarang menggambarkan perwatakannya tersebut. Dalam drama, kebanyakan karakter tokoh dilukiskan dalam dialog-dialog antar tokoh, dan dari dialog-dialog tersebut tercermin watak atau karakter para tokohnya.
2) Pendidikan sikap hidup
Nilai pendidikan ini yang diambil dalam suatu drama untuk dapat menyikapi dalam sebuah kehidupan.
3) Pendidikan moral
Pendidikan ini nilai yang dapat diambil dari sebuah drama yang menyoroti tentang berbagai moral yang terjadi di masyarakat.
b) Nilai Sosial
Woods menyatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum dan pengarah pada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Nilai Budaya
Menurut Koentjoro Ningrat menyatakan bahwa kebudayaan hanya dimiliki manusia yang tumbuh serta berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Nilai-nilai budaya tersebut meliputi:
1) Bahasa
Bahasa merupakan cerminan budaya suatu daerah bahkan bangsa.
2) Sistem pengetahuan
Dengan sistem ini pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang tergambar dalam drama kita dapat menilai budaya yang masih dipakai dalam pementasan drama tersebut.
3) Sistem peralatan
Dengan melihat sistem peralatan yang diperankan dalam pementasan drama, kita akan dapat mengetahui kebudayaan yang dianut.
4) Sistem religi
Sistem religi merupakan suatu kepercayaan terhadap Tuhan. Menggambarkan nilai-nilai kepercayaan yang dianut.
Drama, Pengertian, dan Unsur-unsurnya
DRAMA
Pengertian Teks Drama
Teks Drama yaitu suatu teks cerita yang di pentaskan diatas panggung atau biasa disebut teater ataupun tidak dipentaskan di atas panggung seperti drama radio, telivisi, dan film. Drama secara luas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sastra yang isinya tentang suatu kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkan dalam bentuk gerak.
Unsur-Unsur Teks Drama
Teks Drama mengandung beberapa unsur didalamnya, berikut adalah unsur unsur yang ada dalam teks drama :
Alur, yaitu berupa rangkaian alur yang terjadi pada drama.
Amanat, yaitu pesan yang terkandung dalam drama.
Tokoh, yaitu pelaku yang memerankan seorang tokoh dalam cerita.
Kaidah Kebahasaan Teks Film atau Drama
Teks film atau drama yang baik harus disusun sesuai dengan struktur teks dan menggunakan kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan.
a. Kata ganti orang pertama ialah kata ganti untuk orang yang berbicara/si pembicara, selanjutnya disebut “kata ganti orang pertama”.
Contoh:
1) Nilai sosial, yaitu nilai yang berkaitan dengan masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
2) Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
3) Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).
4) Nilai filsafat, yaitu nilai yang berkaitan dengan hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
5) Nilai politik, yaitu nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.
Menurut Henning Nelms etika menelaah sebuah naskah, yang perlu dicari adalah “bahan dramatic-nya”. Bahan dramatic adalah apa saja yang terdapat di dalam naskah, dan bahan-bahan itu kita melontarkan nilai-nilai. Di dalam sebuah skenario terdapat berbagai nilai. Selain nilai emosional, di dalam sebuah drama juga terdapat nilai intelektual. Bedanya nilai emosional dan nilai intelektual ialah nilai intelektual yang disampaikan untuk dimengerti, sedangkan nilai emosional bukan untuk dimengerti melainkan untuk dirasakan.
Gabungan nilai intelektual dan emosional akan menampilkan nilai lain yang menyebabkan drama tadi akan dapat membangkitkan kesedihan atau kegembiraan lewat keindahan. Nilai ini yang disebut nilai abstrak. Selain dua nilai tersebut ada juga nilai lain, yakni nilai dramatik. Nilai dramatik merupakan nilai-nilai yang menimbulkan suatu konflik. Tanpa nilai gramatik sebuah naskah drama tidak lagi berfungsi apa-apa. penulis berkesimpulan menentukan nilai-nilai dalam sebuah drama bergantung dengan naskah drama yang akan dibawakan atau dipentaskan.
Nilai-nilai drama akan dipaparkan sebagai berikut:
a) Nilai Didaktis
Nilai didaktis merupakan nilai yang menyoroti khusus tenteng nilai pendidikan di dalam suatu drama tersebut. Adapun nilai-nilai pendidikan antara lain:
1) Pendidikan watak
Nilai pendidikan yang dapat diambil dari tokoh-tokoh dalam drama, sementara untuk menilai watak tokoh-tokoh tersebut perlu dipahami dengan tepat bagaimana cara pengarang menggambarkan perwatakannya tersebut. Dalam drama, kebanyakan karakter tokoh dilukiskan dalam dialog-dialog antar tokoh, dan dari dialog-dialog tersebut tercermin watak atau karakter para tokohnya.
2) Pendidikan sikap hidup
Nilai pendidikan ini yang diambil dalam suatu drama untuk dapat menyikapi dalam sebuah kehidupan.
3) Pendidikan moral
Pendidikan ini nilai yang dapat diambil dari sebuah drama yang menyoroti tentang berbagai moral yang terjadi di masyarakat.
b) Nilai Sosial
Woods menyatakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum dan pengarah pada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Nilai Budaya
Menurut Koentjoro Ningrat menyatakan bahwa kebudayaan hanya dimiliki manusia yang tumbuh serta berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Nilai-nilai budaya tersebut meliputi:
1) Bahasa
Bahasa merupakan cerminan budaya suatu daerah bahkan bangsa.
2) Sistem pengetahuan
Dengan sistem ini pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang tergambar dalam drama kita dapat menilai budaya yang masih dipakai dalam pementasan drama tersebut.
3) Sistem peralatan
Dengan melihat sistem peralatan yang diperankan dalam pementasan drama, kita akan dapat mengetahui kebudayaan yang dianut.
4) Sistem religi
Sistem religi merupakan suatu kepercayaan terhadap Tuhan. Menggambarkan nilai-nilai kepercayaan yang dianut.
Drama, Pengertian, dan Unsur-unsurnya
DRAMA
Pengertian Teks Drama
Teks Drama yaitu suatu teks cerita yang di pentaskan diatas panggung atau biasa disebut teater ataupun tidak dipentaskan di atas panggung seperti drama radio, telivisi, dan film. Drama secara luas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sastra yang isinya tentang suatu kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkan dalam bentuk gerak.
Unsur-Unsur Teks Drama
Teks Drama mengandung beberapa unsur didalamnya, berikut adalah unsur unsur yang ada dalam teks drama :
Alur, yaitu berupa rangkaian alur yang terjadi pada drama.
Amanat, yaitu pesan yang terkandung dalam drama.
Tokoh, yaitu pelaku yang memerankan seorang tokoh dalam cerita.
Ada 3 macam tokoh:
(1) protagonis yaitu tokoh yang meampilkan kebaikan,
(2) Antagonis yaitu tokoh jahat atau tokoh penentang kebaikan,
(3) Tirtagonis yaitu tokoh pendukung protagonis.
Penokohan adalah penggambaran watak setiap tokoh.
Tema, yaitu ide pokok cerita atau gagasan.
Struktur Teks Drama
Struktur Teks Drama yaitu terdiri dari 3 unsur, yaitu antara lain :
Prolog atau biasa disebut adegan pembukaan
Dialog atau percakapan antar pemain, dan
Epilog atau adegan akhir atau penutup
Penokohan adalah penggambaran watak setiap tokoh.
Tema, yaitu ide pokok cerita atau gagasan.
Struktur Teks Drama
Struktur Teks Drama yaitu terdiri dari 3 unsur, yaitu antara lain :
Prolog atau biasa disebut adegan pembukaan
Dialog atau percakapan antar pemain, dan
Epilog atau adegan akhir atau penutup
Kaidah Kebahasaan Teks Film atau Drama
Teks film atau drama yang baik harus disusun sesuai dengan struktur teks dan menggunakan kaidah kebahasaan, termasuk kaidah ejaan.
Berikut ini adalah contoh kaidah kebahasaan dalam ulasan teks film atau drama.
Kata ganti (pronomina) adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan.
1. Kata ganti orang (pronomina persona)
Kata ganti orang (pronomina persona) terbagi menjadi:
Kata ganti orang (pronomina persona) terbagi menjadi:
a. Kata ganti orang pertama ialah kata ganti untuk orang yang berbicara/si pembicara, selanjutnya disebut “kata ganti orang pertama”.
Contoh:
Tunggal: Aku/Saya
Jamak: Kami/Kita
b. Kata ganti orang kedua ialah kata ganti untuk lawan bicara atau yang diajak berbicara, selanjutnya disebut “kata ganti orang kedua”.
Contoh:
Jamak: Kami/Kita
b. Kata ganti orang kedua ialah kata ganti untuk lawan bicara atau yang diajak berbicara, selanjutnya disebut “kata ganti orang kedua”.
Contoh:
Tunggal: Engkau/Kau
Jamak : Kalian
c. Kata ganti orang ketiga ialah kata ganti untuk orang yang sedang dibicarakan atau yang menjadi bahan pembicaraan, selanjutnya disebut “kata ganti orang ketiga”.
Contoh:
Jamak : Kalian
c. Kata ganti orang ketiga ialah kata ganti untuk orang yang sedang dibicarakan atau yang menjadi bahan pembicaraan, selanjutnya disebut “kata ganti orang ketiga”.
Contoh:
Tunggal: Ia/Dia
Jamak : Mereka
2. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat Simpleks adalah kalimat yang memiliki suatu verba utama.
Contoh:
Jamak : Mereka
2. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat Simpleks adalah kalimat yang memiliki suatu verba utama.
Contoh:
"Sinetron pangeran banyak digemari kawula muda."
Kalimat Kompleks adalah kalimat yang memiliki dua verba utama atau lebih.
Contoh:
Kalimat Kompleks adalah kalimat yang memiliki dua verba utama atau lebih.
Contoh:
"Sci-Fi adalah jenis film imajinasi pengetahuan yang dikembangkan untuk mendapatkan dasar pembuatan alur film yang menitikberatkan pada penelitian dan penemuan biologi."
Ada berbagai hal yang harus dipersiapkan sebelum pementasan digelar. Berikut ini adalah langkah-langkah awal yang harus dilakukan sebelum menggelar pementasan drama.
Contoh Teks Drama;
Mengejar Cita-Cita
Ada dua anak yang bersahabat sejak kecil yang bernama Adi dan Anjas. Mereka selalu bersama, tetapi semenjak ayah Adi harus pindah kerja mereka berdua pun berpisah. Pada suatu ketika tanpa disengaja mereka bertemu kembali tanpa disadari.
Ketika mereka bertemu, mereka berdua berbincang-bincang. Karena mereka berdua telah kelas 12, mereka pun membicarakan akan kuliah kemanakah mereka setelah lulus SMA nanti.
Anjas : ngomong-ngomong, kamu mau kuliah dimana?
Adi : aku mau kuliah di PIP.
Anjas : emangnya kamu ngambil jurusan apa ?
Adi : pelayaran. Mau jadi Kapten Kapal dong hehehe.. hmmm tapi...
Anjas : tapi kamu kenapa?
Adi : tapi aku lemah di pelajaran fisika.
Anjas : duh jangan sedih dong, udah enggak apa-apa. Kalau kamu belajar lebih giat lagi pasti kamu bisa. Teruslah berusaha, Jangan menyerah. Kejar cita-cita kamu. Eits..., tapi jangan lupa kalau sudah usaha, kita juga harus tetep berdoa.
Adi : iya, makasih ya atas masukannya pasti aku bakal belajar lebih giat lagi.
Anjas : nah gitu dong.
Adi : kalau kamu ? mau kuliah dimana ?
Anjas : aku belum tau nih. Kira-kira menurut kamu dimana ya? Terus jurusan apa?
Adi : kalau menurut aku sih lebih baik kamu ikutin kata hati kamu aja. Pastinya yang sesuai sama bakat dan minat kamu juga.
Anjas : iya sih. Tapi masalahnya aku belum tau nih bakat aku dimana.
Adi : ya kalau menurut aku sih bakat kamu sebaiknya minta pendapat ke orang lain tentang bakat kamu. Misalnya ke teman, ke guru, ke orang tua juga pastinya. Terus kalau kamu masih bingung juga, aku saranin kamu untuk minta petunjuk pada Yang Maha Esa. Ya dengan Berdoa lah.
Anjas : wah makasih juga ya, atas pendapat dan saran kamu. Aku akan coba ikutin saran kamu. Oh iya udah sore nih. Aku pulang ya. Makasih Adi .
Adi : oh iya udah. Sama-sama. Makasih ya Anjas.
Dan setelah perbincangan tadi, mereka berdua menjadi lebih giat belajar lagi. Dan akhirnya Anjas telah mengetahui bakat dan minatnya untuk melanjutkan sekolahnya.
Waktu terus berlalu. Tidak terasa mereka berdua telah lulus ujian dan mereka pun ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi yang mereka inginkan. Karena mereka rajin belajar dan berdoa, mereka pun akhirnya diterima di perguruan tinggi yang mereka idam-idamkan.
A. NASKAH
Naskah merupakan awal dari terbentuknya sebuah pementasan drama. Naskah sendiri terdiri dua jenis, yakni naskah tertulis dan naskah yang tidak tertulis. Naskah tertulis adalah naskah drama yang sudah ada dalam sebuah karya tulis yakni berupa naskah drama atau yang biasa disebut naskah lakon.
Ada berbagai hal yang harus dipersiapkan sebelum pementasan digelar. Berikut ini adalah langkah-langkah awal yang harus dilakukan sebelum menggelar pementasan drama.
Contoh Teks Drama;
Mengejar Cita-Cita
Ada dua anak yang bersahabat sejak kecil yang bernama Adi dan Anjas. Mereka selalu bersama, tetapi semenjak ayah Adi harus pindah kerja mereka berdua pun berpisah. Pada suatu ketika tanpa disengaja mereka bertemu kembali tanpa disadari.
Ketika mereka bertemu, mereka berdua berbincang-bincang. Karena mereka berdua telah kelas 12, mereka pun membicarakan akan kuliah kemanakah mereka setelah lulus SMA nanti.
Anjas : ngomong-ngomong, kamu mau kuliah dimana?
Adi : aku mau kuliah di PIP.
Anjas : emangnya kamu ngambil jurusan apa ?
Adi : pelayaran. Mau jadi Kapten Kapal dong hehehe.. hmmm tapi...
Anjas : tapi kamu kenapa?
Adi : tapi aku lemah di pelajaran fisika.
Anjas : duh jangan sedih dong, udah enggak apa-apa. Kalau kamu belajar lebih giat lagi pasti kamu bisa. Teruslah berusaha, Jangan menyerah. Kejar cita-cita kamu. Eits..., tapi jangan lupa kalau sudah usaha, kita juga harus tetep berdoa.
Adi : iya, makasih ya atas masukannya pasti aku bakal belajar lebih giat lagi.
Anjas : nah gitu dong.
Adi : kalau kamu ? mau kuliah dimana ?
Anjas : aku belum tau nih. Kira-kira menurut kamu dimana ya? Terus jurusan apa?
Adi : kalau menurut aku sih lebih baik kamu ikutin kata hati kamu aja. Pastinya yang sesuai sama bakat dan minat kamu juga.
Anjas : iya sih. Tapi masalahnya aku belum tau nih bakat aku dimana.
Adi : ya kalau menurut aku sih bakat kamu sebaiknya minta pendapat ke orang lain tentang bakat kamu. Misalnya ke teman, ke guru, ke orang tua juga pastinya. Terus kalau kamu masih bingung juga, aku saranin kamu untuk minta petunjuk pada Yang Maha Esa. Ya dengan Berdoa lah.
Anjas : wah makasih juga ya, atas pendapat dan saran kamu. Aku akan coba ikutin saran kamu. Oh iya udah sore nih. Aku pulang ya. Makasih Adi .
Adi : oh iya udah. Sama-sama. Makasih ya Anjas.
Dan setelah perbincangan tadi, mereka berdua menjadi lebih giat belajar lagi. Dan akhirnya Anjas telah mengetahui bakat dan minatnya untuk melanjutkan sekolahnya.
Waktu terus berlalu. Tidak terasa mereka berdua telah lulus ujian dan mereka pun ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi yang mereka inginkan. Karena mereka rajin belajar dan berdoa, mereka pun akhirnya diterima di perguruan tinggi yang mereka idam-idamkan.
A. NASKAH
Naskah merupakan awal dari terbentuknya sebuah pementasan drama. Naskah sendiri terdiri dua jenis, yakni naskah tertulis dan naskah yang tidak tertulis. Naskah tertulis adalah naskah drama yang sudah ada dalam sebuah karya tulis yakni berupa naskah drama atau yang biasa disebut naskah lakon.
Sedangkan naskah yang tidak tertulis adalah naskah yang sudah ada melalui cerita-cerita lisan. Biasanya naskah tidak tertulis ini ada di setiap daerah yang memiliki legenda, mitos, atau cerita masayarakat yang dituturkan secara turun temurun.
Namun dalam buku ini diharapkan siswa mempelajari terlebih dahulu naskah-naskah yang sudah tertulis, yakni naskah drama opera berjudul “Pangeran Monyet”
Dalam proses ini, yang dilakukan kali pertama adalah membaca naskah tersebut. Dengan membaca naskah tersebut siswa dapat melakukan bedah naskah untuk mengetahui :
1. Tokoh
Tokoh dalam pementasan drama terdiri dari tokoh utama, tokoh pembantu, serta figuran. Tokoh utama adalah tokoh sentral atau tokoh terpenting dalam drama tersebut. Untuk itu tokoh utama harus memiliki kemampuan akting yang bagus. Dengan mengetahui tokoh utama, aktor atau aktris yang terpilih memerankan dapat mengetahui secara jelas karakter, kebiasaan, tingkat emosi tokoh, melalui baik keterangan adegan maupun dialog dalam naskah yang dipilih untuk pentas.
Meski demikian tuntutan berakting bagus juga tetap berlaku bagi tokoh pembantu maupun tokoh figuran, sebab kedua jenis tokoh tersebut membantu tokoh utama dalam bermain drama. Yang menjadi kebiasaan buruk dalam sebuah proses pementasan adalah, tokoh pembantu dan figuran ini kurang serius berlatih, bahkan saat pentas. Padahal keseluruhan pementasan drama adalah tanggung jawab semua anggota kelompok. Untuk itu, jika latihan, diharapkan semua anggota ikut latihan dengan serius. Jika salah satu pemain tidak serius latihan atau pentas, salah-salah malah membuat pementasan menjadi rusak.
2. Setting
Dengan membedah naskah, dapat diketahui pula setting panggung, berikut properti yang dibutuhkan. Setting ini biasanya sudah ada dalam keterangan naskah drama. Berikut ini contoh setting panggung :
- Ruang tamu (Kursi, meja, pintu, jendela, almari buku, bingkai foto atau lukisan)
- Teras rumah (kursi, meja, tanaman, sangkar burung)
3. Properti
Properti ini juga biasanya sudah ada dalam keterangan naskah, namun ada kalanya properti bisa ditambah untuk menghidupkan adegan, misalnya seorang tokoh yang berdialog sambil menyulam. Maka diperlukan alat untuk menyulam. Atau bisa saja, ada penambahan adegan supaya lebih dramatik dengan menambahkan adegan memecah gelas. Namun demikian semua harus dipertimbangkan agar pementasan nampak rapi.
4. Waktu
Dengan membaca naskah, biasanya juga ada keterangan waktu. Apakah adegan tersebut berlangsung malam hari, siang, atau sore. Hal ini untuk membantu penata lampu untuk memilih efek-efek warna pada filter lampu.
5. Kostum
Kostum biasanya sudah ada pada keterangan, tapi ada juga naskah yang sama sekali tidak menjelaskan kostum yang dipakai tokoh. Dalam pembacaan naskah, penyaji bisa menentukan kostum, sesuai dengan waktu atau masa yang saat itu terjadi dalam naskah. Sebagai contoh, tidak mungkin tokoh jaman majapahit menggunakan celana jeans.
B.SUTRADARA & CASTING
Sutradara
Pementasan drama dipimpin oleh seorang pemimpin produksi. Namun untuk divisi artistik dipimpin oleh seorang sutradara. Namun dalam kelompok teater sekolahan, sutradara bisanya adalah seorang guru drama atau pelatih drama.
Tugas sutradara adalah sebagai berikut:
- memilih pemain (casting)
- menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain
- menyusun rencana pembiayaan
- memimpin diskusi dengan penata panggung tentang konsep panggung, penata rias tentang konsep rias, dan penata cahaya dengan siswa sebagai kerabat kerja pertunjukan.
Casting
Setelah membaca dan memahami naskah, biasanya sutradara melakukan casting, atau pemilihan pemain. Pemilihan pemain ini bisa dilakukan dengan dua pendekatan.
1. Pendekatan fisik
Memilih pemain yang memiliki fisik yang hampir sama, mirip, atau menyerupai tokoh yang diperankan. Misalnya tokoh raja, dipilih seorang pemain yang bertubuh tinggi besar dan bersuara besar.
2. Pendekatan Kejiwaan
Memilih pemain yang memiliki watak atau karakter yang hampir sama dengan tokoh yang dimainkan. Seperti tokoh penjahat yang pemarah, maka sutradara memilih pemain yang pemarah.
Begitu casting selesai, maka terbentuklah team yang lain, yakni team produksi dan team artistik.
C. READING TEKS/ Latihan membaca naskah
Setelah casting, maka perlu dibuat jadwal latihan. Latihan pertama adalah latihan membaca naskah. Dalam latihan ini pemain dilatih untuk tidak sekadar membaca, melainkan membaca dialog supaya dialog dalam naskah lebih hidup, dan seperti berbicara sungguhan.
Supaya tidak terkesan membaca dan membosankan, maka dalam latihan ini ada proses pemilihan intonasi, kecepatan dialog, penekanan kata dan ekspresi mimik wajah pemain mapun gesturnya.
D. BLOCKING
Begitu tehnik pembacaan naskah drama dikuasai, maka dijadwalkan pula latihan blocking. Blocking itu sendiri adalah penempatan posisi pemain agar pementasan terlihat enak ditonton. Selain itu blocking juga menjadi bagian dari pemilihan adegan-adegan dalam pementasan drama. Dari penempatan (pembagian posisi) panggung tersebut, para pemain drama dituntut dapat menciptakan keseimbangan panggung.
Namun dalam buku ini diharapkan siswa mempelajari terlebih dahulu naskah-naskah yang sudah tertulis, yakni naskah drama opera berjudul “Pangeran Monyet”
Dalam proses ini, yang dilakukan kali pertama adalah membaca naskah tersebut. Dengan membaca naskah tersebut siswa dapat melakukan bedah naskah untuk mengetahui :
1. Tokoh
Tokoh dalam pementasan drama terdiri dari tokoh utama, tokoh pembantu, serta figuran. Tokoh utama adalah tokoh sentral atau tokoh terpenting dalam drama tersebut. Untuk itu tokoh utama harus memiliki kemampuan akting yang bagus. Dengan mengetahui tokoh utama, aktor atau aktris yang terpilih memerankan dapat mengetahui secara jelas karakter, kebiasaan, tingkat emosi tokoh, melalui baik keterangan adegan maupun dialog dalam naskah yang dipilih untuk pentas.
Meski demikian tuntutan berakting bagus juga tetap berlaku bagi tokoh pembantu maupun tokoh figuran, sebab kedua jenis tokoh tersebut membantu tokoh utama dalam bermain drama. Yang menjadi kebiasaan buruk dalam sebuah proses pementasan adalah, tokoh pembantu dan figuran ini kurang serius berlatih, bahkan saat pentas. Padahal keseluruhan pementasan drama adalah tanggung jawab semua anggota kelompok. Untuk itu, jika latihan, diharapkan semua anggota ikut latihan dengan serius. Jika salah satu pemain tidak serius latihan atau pentas, salah-salah malah membuat pementasan menjadi rusak.
2. Setting
Dengan membedah naskah, dapat diketahui pula setting panggung, berikut properti yang dibutuhkan. Setting ini biasanya sudah ada dalam keterangan naskah drama. Berikut ini contoh setting panggung :
- Ruang tamu (Kursi, meja, pintu, jendela, almari buku, bingkai foto atau lukisan)
- Teras rumah (kursi, meja, tanaman, sangkar burung)
3. Properti
Properti ini juga biasanya sudah ada dalam keterangan naskah, namun ada kalanya properti bisa ditambah untuk menghidupkan adegan, misalnya seorang tokoh yang berdialog sambil menyulam. Maka diperlukan alat untuk menyulam. Atau bisa saja, ada penambahan adegan supaya lebih dramatik dengan menambahkan adegan memecah gelas. Namun demikian semua harus dipertimbangkan agar pementasan nampak rapi.
4. Waktu
Dengan membaca naskah, biasanya juga ada keterangan waktu. Apakah adegan tersebut berlangsung malam hari, siang, atau sore. Hal ini untuk membantu penata lampu untuk memilih efek-efek warna pada filter lampu.
5. Kostum
Kostum biasanya sudah ada pada keterangan, tapi ada juga naskah yang sama sekali tidak menjelaskan kostum yang dipakai tokoh. Dalam pembacaan naskah, penyaji bisa menentukan kostum, sesuai dengan waktu atau masa yang saat itu terjadi dalam naskah. Sebagai contoh, tidak mungkin tokoh jaman majapahit menggunakan celana jeans.
B.SUTRADARA & CASTING
Sutradara
Pementasan drama dipimpin oleh seorang pemimpin produksi. Namun untuk divisi artistik dipimpin oleh seorang sutradara. Namun dalam kelompok teater sekolahan, sutradara bisanya adalah seorang guru drama atau pelatih drama.
Tugas sutradara adalah sebagai berikut:
- memilih pemain (casting)
- menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain
- menyusun rencana pembiayaan
- memimpin diskusi dengan penata panggung tentang konsep panggung, penata rias tentang konsep rias, dan penata cahaya dengan siswa sebagai kerabat kerja pertunjukan.
Casting
Setelah membaca dan memahami naskah, biasanya sutradara melakukan casting, atau pemilihan pemain. Pemilihan pemain ini bisa dilakukan dengan dua pendekatan.
1. Pendekatan fisik
Memilih pemain yang memiliki fisik yang hampir sama, mirip, atau menyerupai tokoh yang diperankan. Misalnya tokoh raja, dipilih seorang pemain yang bertubuh tinggi besar dan bersuara besar.
2. Pendekatan Kejiwaan
Memilih pemain yang memiliki watak atau karakter yang hampir sama dengan tokoh yang dimainkan. Seperti tokoh penjahat yang pemarah, maka sutradara memilih pemain yang pemarah.
Begitu casting selesai, maka terbentuklah team yang lain, yakni team produksi dan team artistik.
C. READING TEKS/ Latihan membaca naskah
Setelah casting, maka perlu dibuat jadwal latihan. Latihan pertama adalah latihan membaca naskah. Dalam latihan ini pemain dilatih untuk tidak sekadar membaca, melainkan membaca dialog supaya dialog dalam naskah lebih hidup, dan seperti berbicara sungguhan.
Supaya tidak terkesan membaca dan membosankan, maka dalam latihan ini ada proses pemilihan intonasi, kecepatan dialog, penekanan kata dan ekspresi mimik wajah pemain mapun gesturnya.
D. BLOCKING
Begitu tehnik pembacaan naskah drama dikuasai, maka dijadwalkan pula latihan blocking. Blocking itu sendiri adalah penempatan posisi pemain agar pementasan terlihat enak ditonton. Selain itu blocking juga menjadi bagian dari pemilihan adegan-adegan dalam pementasan drama. Dari penempatan (pembagian posisi) panggung tersebut, para pemain drama dituntut dapat menciptakan keseimbangan panggung.
Post a Comment for "MATERI BAHASA INDONESIA [BUKU PENGAYAAN / NON FIKSI & BUKU DRAMA / FIKSI]"