Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MEMUNGUT UANG RECEHAN DI DUKUH BLOG TEMPEL

karya siswa

MEMUNGUT UANG RECEHAN 

Ketelair.com_ Pa Eeng Suhendi, SPd.SD. merupakan tokoh guru panutan bagi saya sebagai penulis. Beliau berucap suatu ketika di tahun 1986, “Dul, maraneh rek jadi naon ngke ?”
“Aeh embuh pak, pengene mah bisa nulis bagus kaya pa Eeng!”

Nah, sekarang saya dengar PGRI ngadain lomba menulis esai. Saya coba, jadi juara nggak ya, pak ?
Saya awali menulis dengan ilustrasi desa yang mulai pudar rasanya. Ya, desa Tempel yang dicipta dari rasa sawah, aroma tanah dan pergi ngaji pulang bawa berkat, sekarang berubah jadi aroma market modern dan serba online. Bissmillah.

Manusia urban menempatkan kampung sebagai tempat berpulang. Di kampung, orang-orang beristirahat, bernostalgia, dan mengurai segala kepenatan. Sejauh apa pun kita menjelajahi waktu di perantauan, kampung halaman tetap merangsang kerinduan. Kota yang banal dan dangkal, sibuk, gersang dan terburu-buru, berkebalikan dengan kampung yang lamban, ramah, dan teduh.
Pemaknaan kampung dan kota pun beseberangan. Kota tak akan sanggup menggantikan kampung. Kampung harus tetap ada demi mengimbangi pertumbuhan kota yang semena- mena. Kampung ibarat pemberi angin segar bagi manusia, pupuk bagi keimanan menjadi manusia beradab. Kampung Dukuh Tempel ibu kandung untuk para pengais karya sastra.

Meski begitu, pada akhirnya kita pun tak kuasa "menahan" modernitas masuk kampung. Kampung bergerak mengikuti perubahan zaman. Kita gelisah membayangkan wajah kampung bakal mengikuti nasib kota. Perubahan “wajah” kampung bisa kita lacak lewat sekian banyak karya sastra dan sosial media.
Para pengais karya sastra, para guru tua dan penulis blog adalah pembaca tanda- tanda jaman, penangkap simtom-simtom perubahan. Saya melihat kampung dukuh ini sedang merangkak menjadi kota tapi tanpa arah dan peta yang jelas. Kampung terkepung agenda pembangunan dan kapitalisme. Satu demi satu, lahan sawah, hutan, dan perkampungan diincar untuk digantikan hotel, mal, dan perumahan mewah. Hingga SUTET menghantui kehidupan kami dari hari ke hari. Para guru dipaksa mengerti perkembangan IT. Maka munculah youtuber-youtuber dan sebagian kecil ada juga yang menjadi blogger.

Kampung Dukuh Tempel Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu secara eksplisit mengisahkan kampung yang berganti wajah. Saya berkeluh kesah “Memungut Uang Recehan di Dukuh Blog Tempel”. Saya merupakan perihal pengais rejeki recehan yang mendapati kampungnya berubah, tak seperti saat ia masih bocah. Konon, kampung pemuda itu dulu begitu meriah. Banyak pemuda berkumpul di warung kopi dan mengobrolkan apa saja. Surau-surau tak pernah sepi dari bocah-bocah mengaji atau sekadar bermain dengan teman-temannya. Permainan alam yang menarik telah punah ditelan kemajuan digitalisasi. Chi, Sodor, Bon, Kepratan, Semboroan, Senekeran, Glatikan, dan masih banyak lagi permainan itu sudah tidak kita jumpai lagi. Anak-anak sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, sampai SMA atau SMK
tidak mengenal lagi permainan tradisional yang menghibur dan menyehatkan itu. Mereka kehilangan daya imajinasinya, diganti permainan yang tiada pernah berakhir, game sialan bertubuh robot dan monster.

Perubahan yang diam-diam kami sembah dan kami ikuti, tetapi semuanya hanya setengah hati. Dan ketika kampung kami terseret dalam arus yang hampir sama, kami tidak bisa terima, kami tidak bisa ikhlas, dan kami mungkin tidak adil. Dukuh Tempel memberi pengisahan reflektif, mengingatkan kita agar tak terlalu menghamba pada perubahan. Saat musim pemilu, kata “perubahan” justru bisa terdengar ratusan kali sehari, dari iklan televisi hingga panggung kampanye. Di koran, telivisi dan Sosmed, kampung gampang masuk pemberitaan: jalan rusak, rumah tak layak huni, serta pengangguran yang semakin bertambah. Orang kampung mungkin tak memungkiri jika mereka berharap jalan-jalan kampung diaspal dan fasilitas umum dibangun, seperti halnya di kota-kota besar.

Namun, pembangunan tak jarang berlagak sembrono. Pembangunan itu melibas citra kampung yang sejuk dan rukun. Lihat…! Orang-orang berduit tak hanya membuka minimarket yang mengancam pasar tradisional. Pabrik- pabrik ikut masuk kampung. Pabrik itu menggoda warga agar lekas bekerja tanpa harus berpendidikan tinggi- tinggi. Sekolah menjadi tak menarik akibat pabrik mengiming-imingi mereka pekerjaan bergelar buruh.

Dalam ketel air yang penuh kegetiran mengisahkan kampung sebagai tumbal kapitalisme berkedok pembangunan. Secara terperinci, hati mengisahkan: Tak lagi ku lihat ketenangan manusia yang bermukim di dalamnya. Mereka berperangai gelisah. Pada hamparan tanah luas bekas kebun dan sawah, di sisi hutan kali yang dibabat, di sisi kebun selatan mulai didirikan rumah-rumah baru. Truk datang membawa bahan bangunan, terguncang dengan sarat bak muatan.
Dulu banyak pohon waru di sana-sini, berjulur-julur kulit dan dahan pohon baujan atau pun rangdu, menyapa dan bersarang indah burung manyar. Akh, itu dusun lama Tempel tempo doeloe.

Saya memilih ungkapan “tak kulihat lagi ketenangan” dan “gelisah” untuk menjelaskan apa yang ia lihat- rasakan perihal kampung. Bagiku, kampung sudah ikut-ikutan berisik, jauh dari ketenangan. Namun terkadang bagi penulis seperti saya, guru honorer dan pegiat blog, kampung justru mengarah pada bagian dari kota yang berkebalikan secara “nasib”. Kita bisa lekas mengimajinasikan suasana kampung lewat tulisan-tulisan bertema tentang Kampung. Tentu saja semua berhak mengisahkan kampung dalam lintasan ingatan dan kenangan pribadinya.Dari kegelisahan saya, maka saya tulis apapun yang terjadi di Kampung Dukuh Tempel ini.

Puisi atau esai itu lukisan keterpinggiran. Kita membayangkan kampung ada di antara desakan bangunan kondominium dan tembok-tembok pabrik yang angkuh. Di kampung itu, hari-hari tak lepas dari ketergesaan. Lewat lomba menulis esai kita mengabarkan kampung yang telah kehilangan ruang bagi anak-anak untuk bermain di “tanah lapang”. Kampung yang dihasut terus menerus oleh informasi di genggaman tangan, smartphone dan anak-anak sekolah bagai persahabatan yang tak pernah mati. Dunia meriah 24 jam.
Apalah daya seorang Guru honorer, penulis karya sastra, ataupun pegiat Medsos. Seakan kata-kata yang diusung angin berlalu dan berujung pada kebijakan yang salah. Akh, tamat ? Tidak ! Guru adalah pentransfer ilmu, ia tidak boleh mati. Maka saya nyatakan kita melawan dengan pemikiran, ide dan gagasan. Menginspirasi siapapun yang ingin bertahan hidup di tengah tengah keterdesakan modernisasi dan mesin-mesin.

Lantas apa upaya kita agar tetap bersemangat mengajarkan ilmu pada anak-anak kita. Teknologi digital adalah sebuah keniscayaan. Apa yang dapat diperbuat dari saya seorang guru honorer berpenghasilan Rp. 300.000,00 per bulan ?
Hatta, saya teringat kata kata guru SD pa Eeng namanya, “Dul, maraneh rek jadi naon ngke?”. Dari kata-kata itulah mungkin alumni SDN Tempel 2 angkatan ketiga semuanya berada di desa ini. So what ? Orang sesukses dan secanggih apapun, Bill Gates menyatakan bahwa guru lah yang utama. Jika kita memanfaatkan teknologi untuk media pembelajaran, itu hanyalah alat. Maka, sebuah media secanggih apapun, ide otak tercanggih utamanya adalah : guru.

Saya akan menggunakan keduanya untuk bertahan hidup dan mempertahankan idealisme kepenulisan saya. Membangun desa dengan mempertahankan kearifan local, ilmu pengetahuan dan teknologi digital yang kita miliki, upaya merekam setiap peristiwa yang terjadi di desa melalui penulisan di blog. Siapapun pasti mendapatkan manfaatnya ! Akhirnya, Allah mempertemukan saya dengan seorang anak muda. Hafiz, anak remaja yang pendiam menjadi bagian dalam karir kepenulisanku. Diperkenalkannya lah saya dengan dunia blogger. Semakin luaslah wawasan saya karena disitu bukan hanya tulisan-tulisan tentang alam pedukuhan desa Tempel yang saya muat, akan tetapi leluasa sebagai media pembelajaran. Mulai dari materi pembelajaran, soal-soal, ulangan, bahkan kita layaknya punya perusahaan surat kabar pribadi.

Hatta, apa hubungannya dengan penulisan esai ini ? Ada beberapa hal yang menginspirasi; Pertama, selain sebagai rekam jejak perubahan desa Tempel yang didokumentasikan lewat blog, juga berinisiatif untuk mengembangkan pembelajaran melalui blog yang tanpa aplikasi. Jadi, siswa langsung searching di google. Kedua; menginspirasi karena dari hasil karya menulis itu, seseorang mendapat penghasilan.

Kita pelan-pelan melangkah, ngintip apa dan bagaimana blog itu sebagai media pembelajaran.
Setelah saya bergumul dengan persoalan-persoalan yang menggelisahkan tentang perkampungan dukuh Tempel, tanah tempatku lahir. Dan sudah banyak pula tulisan berserakan di mana-mana, kini saya dapat menikmati tulisan saya dan bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi siswa dan siswi SMKN 1 Lelea.

Namun demikian, menurut Bill Gates bahwa secanggih apapun teknologi, manusia lah actor utamanya. Guru adalah content creator terbaik yang paling mengerti apa yang dibutuhkan oleh murid-muridnya. Membuat konten tidak hanya masalah kurikulum. Disitu harus dilibatkan juga pandangan dan perasaan guru terhadap kemampuan dan karakteristik siswa - siswanya.
Termasuk dalam pemanfaatan blog. Fokus utamanya adalah di konten kita. Isi dengan konten yang sesuai dan yang penting bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. itulah mengapa saya PeDe memakai media blog. Walaupun teknologinya sederhana, tapi sudah cukup membantu untuk memotivasi siswa belajar.

Adakah guru yang sudah mempunyai blog? Beberapa mungkin malah sudah TLD (Top level domain), menggunakan hosting berbayar, yang tentu saja kualitasnya lebih baik. Buat mancing_mancing minat dan bakat menulis sebaiknya bikin saja yang "maaf" gratisan saja dulu. Betapa baiknya Blogger yang memberikan kenyamanan bagi siapapun yang mau menulis, Alhamdulillah bisa dipakai untuk pembelajaran. Bisa juga dipakai untuk menulis artikel-artikel lain untuk mengembangkan kemampuan literasi kita, dimulai dari sejarah asal usul Desa Tempel, Hikayat Indramayu, Kamus Bahasa Cirebon, Modul Bahasa Indramayu, dan materi soal ulangan SD, SMP, dan SMA/SMK.
Mempunyai blog juga membantu saya saat sekolah mengharuskan dilakukan belajar secara jarak jauh selama adanya wabah covid 19 ini. Saya menggunakan blog sebagai media untuk pembelajaran jarak jauh.

Apa itu blog?
Kalau secara teknis, blog itu singkatan dari web log. Sederhananya, blog itu seperti kita membuat website pribadi, seperti punya penerbitan majalah atau buku secara online milik kita sendiri. Hehehe..., keren kan.
Weblog atau blog dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran yang bersifat open source mudah untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan pengguna. Melalui blog, siswa dapat mengakses informasi belajar dan meningkatkan keterampilan teknologinya, berbagi dan menggunakan ulang konten-konten pembelajaran yang kita suguhkan.

Kelebihannya:
Bisa gratis. Yang paling sering dipilih adalah Wordpress atau Blogger. Namun saya telah memakai hosting berbayar ; (karena disamping sangat bermanfaat untuk media pembelajaran, juga kita mendapatkan keuntungan dari iklan_iklan yang lewat. Hmmm... keren lagi kan.. !
Diantara keuntungan dari menggunakan media blog itu sendiri, adalah :
  1. Mudah bagi guru untuk mengisi konten
  2. Mudah disisipi gambar atau video pendek
  3. Mudah ditautkan dengan Channel YouTube kita atau Google Form yang kita buat.
  4. Siswa mudah mengakses, rata –rata template di blogger sudah mobile friendly. Mudah dan ringan diakses lewat HP.
  5. Siswa dengan mudah dapat mengakses ulang sewaktu-waktu ingin mempelajari ulang.
Semasa wabah atau pageblug ini, saya baru menggunakan blog untuk beberapa KD. Tidak semua KD pakai blog agar tidak bosan. Bisa dipakai bergantian dengan media lain, diantaranya youtube.
Dalam keadaan pandemi, saya bisa memanfaatkan blog untuk pembelajaran jarak jauh secara daring. Siswa bisa membaca materinya dulu, mengamati gambar, mendengarkan video pembelajaran yang saya tautkan ke blog. Baru kemudian siswa mengerjakan latihan dengan soal yang saya buat di Google Form kemudian ditautkan ke blog.
Google form bisa untuk membuat soal berbentuk pilihan ganda atau essay, bisa juga meminta untuk mengumpulkan dalam bentuk gambar atau rekaman suara.
Bisa juga, setelah mempelajari materi di blog, siswa diminta mengunggah karya atau penampilan mereka melalui instagram post dengan hastag tertentu dan mention gurunya.

Disamping kelebihan tersebut, menggunakan blog dalam pembelajaran juga mempunyai kekurangan. Salah satunya adalah komunikasi dua arahnya agak terbatas dan kurang luwes. Kolom komentar di blog memang membantu, tetapi kalau muridnya ratusan dari berbagai kelas seperti saya, komunikasi dua arah lewat kolom komentar di blog kurang membantu. Apalagi kalau terus terusan membuka laman blog sendiri, wah..... bisa_bisa kena upside alias dibanned Blog. (Hehehe... pengalaman sih soalnya pernah ngalamin di-banned google, seluruh iklan-iklannya ditarik, Duh... sedih bangget rasanya. Namun Alhamdulillah paling lama seminggu abis itu normal lagi, Horreee...)
Untuk menyiasatinya, kita bisa mengkombinasikan dengan media lain, seperti WA group, Ig, Zoom, dan Youtube. Bisa disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan siswa.

Karena ada beberapa rekan guru yang bertanya, “Mungkin nggak guru-guru SD menggunakan blog sebagai media pembelajaran”
Maka saya katakan sangat mungkin dan bisa ! Karena mudah dan gampang. Saya bukan profesional blogger, namun kalau dilihat dari keterbatasan teknologi dan ekonomi masyarakat, maka blog lah yang paling cocok untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.
Sebagai rangsangan agar guru kreatif menulis, entah materi pelajaran, ulangan, artikel, menu masakan, dan lain sebagainya. Maka google memberikan adsense yang lumayan. Di kecamatan Lelea sendiri blogger tidak banyak, namun demikian saya dapat memberikan contoh guru honorer yang cukup berhasil adalah:
  1. ditempel.com (pa Rudi desa Tempel berpenghasilan rata rata perbulan IDR 2.000.000,00).
  2. ngecaprak.com (pa Nanang desa Lelea berpenghasilan rata rata perbulan IDR 2.000.000,00).
  3. ketelair.com (pa Koni desa Tempel berpenghasilan rata rata per bulan IDR 2.000.000,00).
  4. pehobi.com (pa Hafiz desa Tempel berpenghasilan rata rata per bulan IDR 3.000.000,00 pernah pula sebulan mendapatkan 18.000.000,00).
Wow, pantas saja guru honorer yang punya web dot com terasa damai dengan keadaan ekonomi yang sulit ini, ini lho rahasianya !
jadi ini hanya berupa penjelasan sederhana saja berdasar pengalaman. Semoga ada sedikit manfaat.

Cara membuat blog Membuat Blog
Bagi yang ingin mempunyai blog di laman Blogger.com , begini cara membuatnya:
  • Klik blogger.com
  • Kik tombol buat blog (atau get started)
  • Mengisi form, nanti diminta ngisi alamat email, nama panggilan, ulang tahun, dan verifikasi chaptcha. Klik lanjutkan
  • Mengisi data blog yang akan dibuat. Nati diminta untuk menuliskan judul blog anda dan alamat url nya. Klik lanjutkan
  • Pilih template, atau tema tampilan.ada banyak pilihan. Klik lanjutkan.
Atau bisa juga anda search video tutorial membuat blog di internet untuk lebih jelasnya.

Cara Menulis Artikel Untuk Konten di Blog
Secara dasar, begini cara saya menulis artikel di blog :
  • Klik bagian new post
  • Tulis bagian judul
  • Isi bagian tengahnya. Bisa menulis langsung. Bisa ditulis dulu di Ms.Words trus dicopy. Masuk kembali ke Blogger, pakai paste special – paste as plain text. Saya pernah diberitahu teman bahwa dengan cara ini, artikel kita tidak akan dianggap jiplakan.
  • Bisa disisipkan gambar atau video.
  • Bisa di tautkan (embed) dengan soal online yang mudah dibuat di google form.
  • Bisa juga di tautkan (embed) dengan video pembelajaran kita yang sudah di upload di youtube.
Desain Pembelajaran dengan Media Blog
Alur pembelajaran melalui media blog, pada dasarnya bisa mengikuti pola pembelajaran Blended Learning. Sintak blended learning bisa terdiri dari tiga hal utama
  1. Seeking of Information (Pencarian informasi)
  2. Aquisition of information (menemukan, memahami, serta mengkonfirmasi informasi yang didapat dengan ide atau gagasan yang ada di pemikiran siswa kemudian menginterpretasikannya)
  3. Synthesizing of knowledge (mengkonstruksi ide -ide dan hasil interpretasinya bisa menggunakan fasilitas online/offline)
Untuk proses mencari informasi, selama pembelajaran jarak jauh ini, siswa melakukannya secara mandiri. Guru memberikan tautan blognya ke siswa untuk dipelajari di rumah. Namun karena saya takut kena upside lagi maka biasanya saya memberikan lewat schreenshoot saja. Materi blog disuaikan dengan KD di kurikulum. Karena saya mengajar bahasa Indonesia, jadi untuk memperkaya materi, saya menambahkan gambar, podcast , video pembelajaran dan latihan soal sederhana. Hasil rekapan latihan soal dapat kita akses di akun kita di Google Form dan bisa dijadikan nilai tugas.

Selanjutnya lakukan proses aquisition on information dengan diskusi online. Kalau saya, kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan kolom komentar, atau lewat WA group. Cara itu lebih mudah diakses oleh murid-murid. Idealnya memang video conference, tetapi murid kami mengeluh sulit mengaksesnya, alasannya karena sulit sinyal atau minim kuota internet. Keaktifan siswa saat diskusi online ini dapat kita jadikan nilai observasi.

Proses terakhir adalah synthesizing of knowledge. Kegiatan ini juga dilakukan secara online. Siswa diminta mengunggah hasil presentasi mereka untuk diunggah ke berbagai platform, bisa lewat blog, e mail, atau upload ke media sosial lain seperti chanel youtube. Sesuaikan dengan tagihan dalam KD tersebut.

Itulah sedikit sharing mengenai pemanfaatan blog yang saya manfaatkan untuk media pembelajaran jarak jauh. Saya merasa beruntung sekali sudah mengenal blog sejak satu tahunan ini. Banyak belajar juga dari kelompok blogger seperti Pa Hafiz, Pa Rudi, dan Pak Nanang yang lebih dulu menulis di blog. Dengan bergabung komunitas blogger seperti itu, kita akan semakin banyak belajar cara mengembangkan blog kita. Disana banyak blogger, yang sudah expert di bidangnya, berbagi pengalaman mereka dalam dunia blogging.

Alhamdulillah, terimakasih Pa Rudi (ditempelaja.com) & Pa Nanang (ngecaprak.com), yang selalu membesarkan hati saya walaupun pengetahuan dan pengalaman saya tentang media blog ini masih sederhana, tapi bisa saja itu bermanfaat bagi guru lain yang belum menggunakannya. Berbagi walau sedikit dan sederhana kata mereka.

Oke, teknologi memang penting. Dan saat ini adalah waktu terbaik kita untuk belajar mengaplikasikannya di kelas kelas daring kita. Di rumah kita sendiri sambil menghasilkan uang.
Pada akhirnya secanggih apa pun media yang kita pakai dalam pembelajaran, Peadagogy should always come first!
Ilmu pengetahuan akan materi pembelajaran dan proses pembelajaran sesuai kemampuan siswa kita, itulah yang harus dimulakan. Baru kemudian pilih media yang paling sesuai dengan kebutuhan KD, kemampuan guru dan kemampuan siswa serta orang tuanya. Mendidik adalah ruh utamanya.

Salam literasi !

Post a Comment for "MEMUNGUT UANG RECEHAN DI DUKUH BLOG TEMPEL"