KUMPULAN CERPEN TENTANG PERSAHABATAN
Persahabatan Terlarang
Ketelair Indonesia_ Sejak pertemuan itu, aku dan Devan mulai bersahabat. Kami bertemu tanpa sengaja mencoba akrab satu sama lain, saling mengerti dan menjalani hari-hari penuh makna. Pesahabatan dengan jarak yang begitu dekat itu membuat kami semakin mengenal pentingnya hubungan ini.Tak lama kemudian, aku harus pergi meninggalkannya. Sesungguhnya hatiku sangat berat untuk ini, tapi apa boleh buat. Pertemuan terakhirku berlangsung sangat haru, tatapan penuh canda itu mulai sirna dibalut dengan duka mendalam.
“Van maafkan aku atas semua kesalahan yang pernah ku lakukan, ya.” Kataku saat ia berdiri pas di depanku.
“kamu gak pernah salah Citra, semua yang udah kamu lakukan buat aku itu lebih dari cukup.”
“pleace, tolong jangan lupain aku, Van”
“ok, kamu nggak usah khawatir.”
Sesaat kemudian mobilku melaju perlahan meninggalkan sesosok makhluk manis itu. Ku lihat dari dalam tempatku duduk terasa pedih sangat kehilangan. Jika nanti kami dipertemukan kembali ingin ku curahkan semua rasa rinduku padanya. Itu janji yang akan selalu ku ingat. Suara manis terakhir yang memberi aku harapan.
Awalnya persahabatan kami berjalan dengan lancar, walau kami telah berjauh tempat tinggal. Pada suatu ketika, ibu bertanya tentang sahabat baruku itu.
“siapa gerangan makhluk yang membuatmu begitu bahagia, Citra?” tanya ibu saat aku sedang asyik chatingan dengan Devan.
“ini, ma. Namanya Devan. Kami berkenalan saat liburan panjang kemarin.”
“seganteng apa sich sampai buat anak mama jadi kayak gini?”
“gak tahu juga sih ma, pastinya keren banget deh, tapi nggak papah kan, Ma aku berteman sama dia.?”
“Apa maksud kamu ngomong kayak gitu?”
“kami berbeda agama, Ma”
“hah??,” sesaat mama terkejut mendengar cerita ku. Tapi beliau mencoba menutupi rasa resahnya. Aku tahu betul apa yang ada di fikiran mama, pasti dia sangat tidak menyetujui jalinan ini. Tapi aku mencoba memberi alasan yang jelas terhadapnya.
Sehari setelah percakapan itu, tak ku temui lagi kabar dari Devan, aku sempat berfikir apa dia tahu masalah ini,,? Ku coba awali perbincangan lewat SMS..
“sudah lama ya nggak bertemu?
Awalnya persahabatan kami berjalan dengan lancar, walau kami telah berjauh tempat tinggal. Pada suatu ketika, ibu bertanya tentang sahabat baruku itu.
“siapa gerangan makhluk yang membuatmu begitu bahagia, Citra?” tanya ibu saat aku sedang asyik chatingan dengan Devan.
“ini, ma. Namanya Devan. Kami berkenalan saat liburan panjang kemarin.”
“seganteng apa sich sampai buat anak mama jadi kayak gini?”
“gak tahu juga sih ma, pastinya keren banget deh, tapi nggak papah kan, Ma aku berteman sama dia.?”
“Apa maksud kamu ngomong kayak gitu?”
“kami berbeda agama, Ma”
“hah??,” sesaat mama terkejut mendengar cerita ku. Tapi beliau mencoba menutupi rasa resahnya. Aku tahu betul apa yang ada di fikiran mama, pasti dia sangat tidak menyetujui jalinan ini. Tapi aku mencoba memberi alasan yang jelas terhadapnya.
Sehari setelah percakapan itu, tak ku temui lagi kabar dari Devan, aku sempat berfikir apa dia tahu masalah ini,,? Ku coba awali perbincangan lewat SMS..
“sudah lama ya nggak bertemu?
Gimana kabarnya nech,,? “
Pesan itu tertuju kepadanya, aku masih ingat banget saat laporan penerimaan itu. Berjam-jam ku tunggu balasan darinya. Tapi tak ku lihat Hp ku berdering hingga aku tertidur di buatnya. Tak kusangka dia tak membalas SMS ku lagi.
Tak kusangka ternyata mama selalu melihat penampilan ku yang semakin hari semakin layu.
“citra, maafkan mama ya, tapi ini perlu kamu ketahui. Jauhi anak itu, tak usah kamu ladeni lagi.” Suara mama sungguh mengagetkan ku saat itu. Ku coba tangkap maknanya. Tapi sungguh pahit ku rasa.
“apa maksud mama?”
“kamu boleh kok berteman dengan dia, tapi kamu harus ingat pesan mama. Jaga jarak ya, jangan terlalu dekat. Mama takut kamu akan kecewa.”
Pesan itu tertuju kepadanya, aku masih ingat banget saat laporan penerimaan itu. Berjam-jam ku tunggu balasan darinya. Tapi tak ku lihat Hp ku berdering hingga aku tertidur di buatnya. Tak kusangka dia tak membalas SMS ku lagi.
Tak kusangka ternyata mama selalu melihat penampilan ku yang semakin hari semakin layu.
“citra, maafkan mama ya, tapi ini perlu kamu ketahui. Jauhi anak itu, tak usah kamu ladeni lagi.” Suara mama sungguh mengagetkan ku saat itu. Ku coba tangkap maknanya. Tapi sungguh pahit ku rasa.
“apa maksud mama?”
“kamu boleh kok berteman dengan dia, tapi kamu harus ingat pesan mama. Jaga jarak ya, jangan terlalu dekat. Mama takut kamu akan kecewa.”
“mama ngomong apaan sih,?
Aku semakin gak mengerti.”
“suatu saat kamu pasti bisa mengerti ucapan mama” mamapun pergi meninggalkan ku sendiri..
“suatu saat kamu pasti bisa mengerti ucapan mama” mamapun pergi meninggalkan ku sendiri..
Aku coba berfikir tenteng ucapan itu. Saat ku tahu jiwa ini langsung kaget dibuatnya.. tak terasa tangispun semakin menjadi-jadi dan mengalir deras di kedua pipiku. Mama benar kami berbeda agama dan nggak selayaknya bersatu kayak gini. tapi aku semakin ingat kenangan saat kita masih bersama.
Satu tahun telah berlalu, bayangan tentangnya masih melekat jelas di haitku. Aku belum bisa melupakannya. Mungkin suatu saat nanti dia kan sadar betapa berharganya aku untuknya.
Satu harapan dari hatiku yang paling dalam adalah bertemu dengannya dan memohon alasannya mengapa ia pergi dari hidupku secepat itu tanpa memberi tahu kesalahanku hingga membuat aku terluka.
Pernah aku menyesali pertemuan itu. Tapi aku menyadari betapa berartinya ia di hidupku. Canda tawa yang tinggal sejarah itu masih terlihat jelas di benakku dan akan selalu ku kenang menjadi bumbu dalam kisah hidupku.
Devan, kau adalah sahabat yang paling ku banggakan. Aku menunggu cerita-ceritamu lagi. Sampai kapanpun aku akan setia menunggu. Hingga kau kembali lagi menjalani kisah-kisah kita berdua.
________________________________________
Satu tahun telah berlalu, bayangan tentangnya masih melekat jelas di haitku. Aku belum bisa melupakannya. Mungkin suatu saat nanti dia kan sadar betapa berharganya aku untuknya.
Satu harapan dari hatiku yang paling dalam adalah bertemu dengannya dan memohon alasannya mengapa ia pergi dari hidupku secepat itu tanpa memberi tahu kesalahanku hingga membuat aku terluka.
Pernah aku menyesali pertemuan itu. Tapi aku menyadari betapa berartinya ia di hidupku. Canda tawa yang tinggal sejarah itu masih terlihat jelas di benakku dan akan selalu ku kenang menjadi bumbu dalam kisah hidupku.
Devan, kau adalah sahabat yang paling ku banggakan. Aku menunggu cerita-ceritamu lagi. Sampai kapanpun aku akan setia menunggu. Hingga kau kembali lagi menjalani kisah-kisah kita berdua.
________________________________________
Persahabatan
Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu di luar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku.
“Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk.
“Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.
“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”,
“Iya tapi cepat ya” pintanya.
Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.
Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.
“Wah dingin ya.” kataku pada temanku.
“Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.
Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai.
“Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya.
“Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”,
“Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya.
“Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari ke arah orang-orang yang sedang bermain basket.
“Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari ke arah orang-orang yang sedang bermain basket.
“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat.
“Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan.
Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana.
“Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku.
“Bella kan?” tanyaku padanya.
“Bella kan?” tanyaku padanya.
“Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku.
Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan.
“Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket.
“Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas.
“Ada yang dateng” jawabku.
“Siapa?”tanyanya lagi,
“Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik.
“Siapa? Nggak kedengeran!”.
“Sini dulu aja pasti kamu seneng!”.
Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat ke arah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya.
“Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah.
“Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela.
“Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu.
“Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu.
“Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya.
“Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas.
“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.
Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun.
“Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya.
“Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya.
“Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”.
“Dasar pikun!” ejek Ivan padaku.
“Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan.
“Nggak sih!” jawabnya malu.
“Ye sama aja!”.
“Biarin aja!”.
“Biarin aja!”.
“Udah-udah jangan pada ribut terus.”
Bella keluar dari rumah membawa minuman.
“Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua.
“Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang.
“Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku.
“Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella.
“Oh gitu ya! Ya udah Ano nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku.
“Ok deh!” jawabku cepat.
“Ok deh!” jawabku cepat.
Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk.
“Eh Ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah.
“Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah.
Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella.
“Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella.
“Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella.
“Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya.
Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya.
“Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.
Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella.
“Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.
Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi.
“Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku.
“Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku.
“Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.
Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk ke kamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam.
“Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku.
“Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan.
Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella.
“Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.
Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.
Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.
“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.
“Maaf Ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku.
“Kita lebih baik sahabatan kaya dulu lagi aja!”
Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.
________________________________________
Teriak Diana masuk dalam kelas dan menghampiri bangku yang diduduki teman sebangkunya Asti..
“Hey ti, tau ga? Tadi aku dapet berita katanya teman SMPku mau liburan ke Amerika..” Ucap Diana terlihat sangat senang , dan badanya tidak ikit diam…
Asti rupanya terlihat bingung, ia mengeritkan dahinya dan bertanya pada Diana.
“Lalu kenapa kamu yang senang na ? aneh dehhh ?” ungkap Asti sembari mengambil buku dalam tasnya.
“Hemmmmm……hehehe”
Diana hanya bergumam sebari dia duduk di tempat duduknya biasa dan terlihat tersenyum senyum ga jelas..
“Idihhh kamu ga jelas dehh..ditanya kok malah cengar cengir ga jelas gitu ..!?”
Diana menghadapkan badannya pada asti, Diana mencolek tangan Asti pertanda agar Asti pun ikut menghadap ke arahnya. Astipun menghadap. Dan Diana menjawab pertanyaan Asti tadi.
________________________________________
Temanmu Temanku
“asssssiiikkkkk….”Teriak Diana masuk dalam kelas dan menghampiri bangku yang diduduki teman sebangkunya Asti..
“Hey ti, tau ga? Tadi aku dapet berita katanya teman SMPku mau liburan ke Amerika..” Ucap Diana terlihat sangat senang , dan badanya tidak ikit diam…
Asti rupanya terlihat bingung, ia mengeritkan dahinya dan bertanya pada Diana.
“Lalu kenapa kamu yang senang na ? aneh dehhh ?” ungkap Asti sembari mengambil buku dalam tasnya.
“Hemmmmm……hehehe”
Diana hanya bergumam sebari dia duduk di tempat duduknya biasa dan terlihat tersenyum senyum ga jelas..
“Idihhh kamu ga jelas dehh..ditanya kok malah cengar cengir ga jelas gitu ..!?”
Diana menghadapkan badannya pada asti, Diana mencolek tangan Asti pertanda agar Asti pun ikut menghadap ke arahnya. Astipun menghadap. Dan Diana menjawab pertanyaan Asti tadi.
“Iya aku ikut senanglah, soalnya…emmmmm” ucap Diana belum selesai..
“Soalnya kenapa ?????”
“Iya soalnya aku juga diajak ma temanku buat liburan ke Amrik juga .” jelasnya, dina tersenyum senang pada Asti yang terkejut..
“wahhh masa sih Na ?” Tanya Asti tidak percaya !
“ihhh iya tau, BENERAN !!” jawab Diana meyakinkan Asti.
“hemmm enak kamu “ ungkap Asti sebari mengarahkan badanya lagi kedepan dan membuka buku yang ia keluarkan tadi dari dalam tas.
“ihhh Asti aku pengen kamu ikut…” rengek Diana.
“emang dibolehin?” Tanya Asti
“Mungkin aja…!???” ujar Diana.
“hemmm ga mungkinlah…jiahhh” celoteh Asti.
Bel sekolahpun berbunyi menandakan palajaran kelas pertama akan segera di mulai. Datang seorang wanita setengah baya memasuki kelas, dia adalah Ibu Dewi, guru IPA. Palajaranpun berjalan dengan lancar, jam demi jam dilalui dan tentunya dengan pergantian pelajaran tiap jam sampai tiba waktunya jam pulang.
Diana sampai dirumahnya, langsung saja dia pergi ke kamarnya, ia membuka pintu kamarnya dan ia langsung menyimpan tas sekolah di atas kasur ia pun membaringakan badannya dengan keadaan sepatu masih terpakai.
Diana mengambil ponsel yang ada di dalam saku seragam SMAnya. Ia mencari kontak yang bernama Feby pada kontak ponselnya dan akhirnya ketemu. Diana lansung saja menelpon Feby dan bercakap cakap dengan Feby di telpon.
Pagi ini Diana sengaja datang lebih awal dari Asti, mungkin akan memberitahukan sesuatu atau mungkin karena Diana memang ingin berangakat pagi hari ini.
Asti tiba, ia lansung saja menghampir tempat duduknya dan terlihat di sana sudah ada Diana, ia pun lansung saja melontarkan senyuman pada Diana.
“hey tumben kamu datang pagi ?" Tanya Asti pada Diana sambil tersenyum dan menyimpan tasnya di kursi dan ia pun terduduk.
“hehe iya aku lagi rajin” jawab Diana.
“eh aku ingin menyampaikan berita bahagia untukmu “ lanjutnya.
“Apa?”Tanya Asti singkat
“kamu dibolehkan ikut liburan, kemarin aku minta ijin kepada temanku”
“BENERAN Na? ihhhhh senenggggggg” ujar Asti terlihat sangat senang.
“iya bener Ti, aku juga seneng banget bisa liburan ke luar negeri sama sahabatku.”
Seminggu kemudian liburan pun tiba, Diana dan Asti sudah menanti di bandara. Mereka menunggu Feby beserta kakaknya yang tinggal di Amerika dan pulang dulu hanya untuk menjemput adiknya Feby ke Indonesia dan mambawanya ke Amerika.
Dari gerbang terlihat kedatangan Feby dan kakaknya, sama seperti Diana dan Asti, mereka membawa koper berisi perbekalan beserta baju baju ganti.
Dari kejauhan Feby sudah melambaikan tanganya, aku pun membalasnya.
Feby menghampiri mereka
“Apa?”Tanya Asti singkat
“kamu dibolehkan ikut liburan, kemarin aku minta ijin kepada temanku”
“BENERAN Na? ihhhhh senenggggggg” ujar Asti terlihat sangat senang.
“iya bener Ti, aku juga seneng banget bisa liburan ke luar negeri sama sahabatku.”
Seminggu kemudian liburan pun tiba, Diana dan Asti sudah menanti di bandara. Mereka menunggu Feby beserta kakaknya yang tinggal di Amerika dan pulang dulu hanya untuk menjemput adiknya Feby ke Indonesia dan mambawanya ke Amerika.
Dari gerbang terlihat kedatangan Feby dan kakaknya, sama seperti Diana dan Asti, mereka membawa koper berisi perbekalan beserta baju baju ganti.
Dari kejauhan Feby sudah melambaikan tanganya, aku pun membalasnya.
Feby menghampiri mereka
“heyy kalian sudah lama menunggu ??” Tanya Feby pada Diana dan Asti.
“ga kok Feb” jawab Diana.
“hey Ti katanya ga akan ikut ?” Tanya Feby pada Asti.
“ga kok Feb” jawab Diana.
“hey Ti katanya ga akan ikut ?” Tanya Feby pada Asti.
Diana telihat bingung .
”loh jadi kalian udaha pada kenal ?”
“haha iya Na, kamu ga tau ya? Padahal kita sering membicarakan kamu saat di sekolah” ucap Feby .
Diana menatap Asty kebingungan. Dan Asty hanya bisa nyengir pada Diana.
“hehe kita kan temen SD Na” kata Asty pada Diana.
“ihhhh kamu ga ngomong ya?” ujar Diana kesel..
“heheheh kamu ga nanya sihhh.”
“hahahaha... ya sudah yang penting kalian udah tau semuanya kan ?” ucap Feby menertawakan tingkah mereka.
“haha iya Na, kamu ga tau ya? Padahal kita sering membicarakan kamu saat di sekolah” ucap Feby .
Diana menatap Asty kebingungan. Dan Asty hanya bisa nyengir pada Diana.
“hehe kita kan temen SD Na” kata Asty pada Diana.
“ihhhh kamu ga ngomong ya?” ujar Diana kesel..
“heheheh kamu ga nanya sihhh.”
“hahahaha... ya sudah yang penting kalian udah tau semuanya kan ?” ucap Feby menertawakan tingkah mereka.
“dan yang penting Na kamu bisa liburan sama sahabat_sahabat mu yang cantik ini, hahahaa... ” lanjutnya.
Diana hanya tertawa geli dan dia terlihat seperti masih bingung.
“ayo cepet tuh pesawatnya dah mau berangkat “ ajak kakak Feby pada mereka bertiga.
“AYYYOOO..” jawab mereka serentak.. kakak Feby haya tersenyum melihat tingakah mereka. Mereka bertiga berjalan bersama sembari menarik kopernya menuju pasawat dan kakaknya Feby jalan di depan mereka.
________________________________________
Dan inilah kisah persahabatanku. Aku adalah seorang gadis biasa, yang hidup di tengah-tengah masyarakat Jawa, yang masih sangat kental ikatan kekeluargaannya. Aku dididik sejak kecil untuk bisa menghargai orang lain, dan menolong orang lain, diajarkan tentang kelapangan hati dan diajarkan untuk tidak meminta pamrih pada orang lain.
Tapi aku adalah seorang yang terbiasa menyendiri, aku tak terlalu suka keramaian, aku lebih suka duduk di beranda rumah, dan mengisi hari-hariku dengan menulis. Aku sangat suka menulis, apapun itu, aku suka menulis semua apa yang ada dalam pikiranku. Hingga suatu hari aku didatangi oleh seorang yang merubah duniaku.
“hai, kamu Asih ya?” Tanya orang itu kepadaku
“iya, kamu siapa?” tanyaku sambil menatap lekat orang itu, siapa tau aku mengenalnya
“kenalin, aku Aria” orang itu mengulurkan tangannya.
Aku kemudian membalas uluran tangan Aria, ternyata dia adalah tetangga baruku. Aku tak tau dari mana dia tau namaku. Mungkin saja dari orang-orang yang ada di lingkunganku. Atau mungkin saja dia sudah lama mengenalku. Hah, apapun itu aku tak terlalu peduli.
Aria sering mengusikku, diam-diam dia sering muncul dari belakangku, membaca setiap baris goresan penaku yang kutulis pada kertas-kertas putih buku diaryku. Setelah selesai aku menulis barulah dia mengagetkanku, dengan mengulang kata-kata yang aku tulis dalam diary ku.
“aku nggak suka sama orang baru itu, dia usil dan sering menggangguku” kata Aria mengagetkanku.
“kamu..!!” kataku kaget bukan main, aku merasa nggak enak
“kamu kenapa nggak suka sama aku, sih?” Tanya Aria
“ehm.., soalnya kamu suka usil” kartaku kemudian
“ehm..., kamu itu cewek paling aneh yang pernah aku kenal” kata Aria padaku
“maksud kamu” kataku sambil menatapnya lekat-lekat
“iya, kamu tu nggak kayak cewek-cewek pada umumnya, kamu itu bagaikan sebatang kara di tengan lautan mentimun” kata Aria sekenanya
“aku makin nggak ngerti”
“iya, kamu tu kenapa sih suka banget menyendiri, kenapa kamu nggak mencoba mencari teman” Tanya Aria.
“aku lebih suka sendiri” jawabku singkat
“kenapa, padahal aku lihat kamu itu orangnya suka menolong, tapi kenapa kamu nggak punya teman” Tanya Aria
Aku hanya diam, tak menjawab, hanya menunduk. Aria tau kalau perkataanya telah sedikit menyinggungku,
“maaf yah, aku tu ngak ingin apa-apa, aku cuma pengen kamu bisa bangkit, dunia ini tak sebesar daun kelor” kata Aria lalu meninggalkanku sendiri.
Aku kemudian hanya duduk termenung, mungkin benar kata Aria, bagaimana aku bisa mendapatkan teman kalau aku hanya berdiam diri.
Dan akhirnya Aria adalah sahabat petama yang aku punya, dia selalu ada buatku, dia selalu menghiburku, kini duniaku menjadi berubah. Aku pun juga selalu ada untuk Aria, bagiku Aria sangat penting, karena dia telah merubah warna hidupku. Dulu aku hanya seorang yang pendiam, berubah sedikit menjadi agak cerewet, tapi tidak berlebihan.
“makasih ya, Arya udah jadi sahabat ku”
“iya sih, sama-sama, pokonya kita harus jadi sahabt selamanya”
“iya, apapun yang terjadi”
Dan tak terasa kami sudah setahun bersahabat, dan kini kami sama-sama kuliah, awal-awal kuliah kami masih sering bertemu, tapi lama kelamaan memudar, kami jarang bertemu dan jarang berkomunikasi. Aku mencoba mengirim pesan pada Aria, tapi tidak ada balasan. Aku merasa ada yang berubah darinya. Aku tak tau apa penyebabnya, semua pesan yang kukirim lewat sms dan WA, tak ada satupun yang dibalas.
Aku merasa ada yang kurang setelah perubahan aria kepadaku, kini tak ada lagi pesan-pesan dari Aria yang kuterima. Apa benar Aria telah melupakaknku, karena dia telah mendapat teman baru, seingatku Aria hanya sekali menghubungiku, itu juga karena dia minta tolong untuk dibuatkan tugasnya, pada saat itu aku merasa lega aku kira Aria lupa sama aku, tapi ternyata aku salah. Itu bisa dibilang pesan terakhir Aria, setelah 2 bulan terakhir.
“hai sih, ngelamun aja” kakak ku mengagetkanku
“eh kak, bikin aku kaget aja”
“iya abisnya kamu ngelamun aja, mikirin apa sih”
“aku bingung aja kak, kakak tau kan kalau selama ini aku berteman baik dengan Aria, tapi udah 2 bulan terakhir ini dia berubah kak” keluhku pada kakakku
“berubah gimana?”
“iya kak, sms WA ku nggak pernah dibalas, kalau aku telfon juga nggak pernah diangkat”
“yah mungkin aja dia sibuk sih”
“iya masak sibuk 2 bulan sih kak” kataku kemudian
“em ya udah nanti biar kakak bantu cari tau deh” kata kak Sinta
Waktu hari minggu aku memutuskan untuk pergi ke danau, biasa aku dan Aria sering bermain di sana. Pada saat itu aku melihat Aria, tapi tak sendiri, dia bersama dengan seorang pria, aku mencoba mendekati mereka, tapi langkahku kemudian terhenti.
“gimana Arya, apa kamu udah berhasil menjauhi Asih” Tanya orang itu
“iya, aku udah buat dia benci sama gue juga, sekarang lo udah puas kan” kata Aria
“bagus Aria, kerja bagus, ini uang buat lo” orang itu memberikan uang pada Aria
Aku tak mengerti apa maksud dari semua itu lalu orang itu berkata
“itu uang buat lo, dari kerja keras lo, sesuai dengan perjanjian, lo itu emang the best”
Aku tak tahan lalu aku menghampiri mereka.
“Aria !, apa maksudnya semua ini, jadi kamu selama ini baik sama aku,dan berpura-pura jadi sahabat aku karena uang” aku berkata sambil berlinang air mata.
Aria hanya diam, lalu orang itu yang menjelaskan.
Diana hanya tertawa geli dan dia terlihat seperti masih bingung.
“ayo cepet tuh pesawatnya dah mau berangkat “ ajak kakak Feby pada mereka bertiga.
“AYYYOOO..” jawab mereka serentak.. kakak Feby haya tersenyum melihat tingakah mereka. Mereka bertiga berjalan bersama sembari menarik kopernya menuju pasawat dan kakaknya Feby jalan di depan mereka.
________________________________________
Arti Persahabatan
Kata orang persahabatan tidak mengenal yang namanya perbedaan, waktu, jarak, harta ataupun suku. Apapun itu, sahabat akan tetap ada. Sahabat sejati tidak akan pergi walaupun dia telah disia-siakan bahkan tidak dianggap akan arti kehadiranyya dan juga perbuatannya. Yang ada dalam benak dari seorang sahabat adalah bisa selalu ada untuk orang-orang yang ada di dekatnya, entah orang tersebut mengaanggapnya hanya sebatas teman biasa atau orang yang berarti, yang terpenting baginya bisa membantu orang-orang yang ada di dekatnya.Dan inilah kisah persahabatanku. Aku adalah seorang gadis biasa, yang hidup di tengah-tengah masyarakat Jawa, yang masih sangat kental ikatan kekeluargaannya. Aku dididik sejak kecil untuk bisa menghargai orang lain, dan menolong orang lain, diajarkan tentang kelapangan hati dan diajarkan untuk tidak meminta pamrih pada orang lain.
Tapi aku adalah seorang yang terbiasa menyendiri, aku tak terlalu suka keramaian, aku lebih suka duduk di beranda rumah, dan mengisi hari-hariku dengan menulis. Aku sangat suka menulis, apapun itu, aku suka menulis semua apa yang ada dalam pikiranku. Hingga suatu hari aku didatangi oleh seorang yang merubah duniaku.
“hai, kamu Asih ya?” Tanya orang itu kepadaku
“iya, kamu siapa?” tanyaku sambil menatap lekat orang itu, siapa tau aku mengenalnya
“kenalin, aku Aria” orang itu mengulurkan tangannya.
Aku kemudian membalas uluran tangan Aria, ternyata dia adalah tetangga baruku. Aku tak tau dari mana dia tau namaku. Mungkin saja dari orang-orang yang ada di lingkunganku. Atau mungkin saja dia sudah lama mengenalku. Hah, apapun itu aku tak terlalu peduli.
Aria sering mengusikku, diam-diam dia sering muncul dari belakangku, membaca setiap baris goresan penaku yang kutulis pada kertas-kertas putih buku diaryku. Setelah selesai aku menulis barulah dia mengagetkanku, dengan mengulang kata-kata yang aku tulis dalam diary ku.
“aku nggak suka sama orang baru itu, dia usil dan sering menggangguku” kata Aria mengagetkanku.
“kamu..!!” kataku kaget bukan main, aku merasa nggak enak
“kamu kenapa nggak suka sama aku, sih?” Tanya Aria
“ehm.., soalnya kamu suka usil” kartaku kemudian
“ehm..., kamu itu cewek paling aneh yang pernah aku kenal” kata Aria padaku
“maksud kamu” kataku sambil menatapnya lekat-lekat
“iya, kamu tu nggak kayak cewek-cewek pada umumnya, kamu itu bagaikan sebatang kara di tengan lautan mentimun” kata Aria sekenanya
“aku makin nggak ngerti”
“iya, kamu tu kenapa sih suka banget menyendiri, kenapa kamu nggak mencoba mencari teman” Tanya Aria.
“aku lebih suka sendiri” jawabku singkat
“kenapa, padahal aku lihat kamu itu orangnya suka menolong, tapi kenapa kamu nggak punya teman” Tanya Aria
Aku hanya diam, tak menjawab, hanya menunduk. Aria tau kalau perkataanya telah sedikit menyinggungku,
“maaf yah, aku tu ngak ingin apa-apa, aku cuma pengen kamu bisa bangkit, dunia ini tak sebesar daun kelor” kata Aria lalu meninggalkanku sendiri.
Aku kemudian hanya duduk termenung, mungkin benar kata Aria, bagaimana aku bisa mendapatkan teman kalau aku hanya berdiam diri.
Dan akhirnya Aria adalah sahabat petama yang aku punya, dia selalu ada buatku, dia selalu menghiburku, kini duniaku menjadi berubah. Aku pun juga selalu ada untuk Aria, bagiku Aria sangat penting, karena dia telah merubah warna hidupku. Dulu aku hanya seorang yang pendiam, berubah sedikit menjadi agak cerewet, tapi tidak berlebihan.
“makasih ya, Arya udah jadi sahabat ku”
“iya sih, sama-sama, pokonya kita harus jadi sahabt selamanya”
“iya, apapun yang terjadi”
Dan tak terasa kami sudah setahun bersahabat, dan kini kami sama-sama kuliah, awal-awal kuliah kami masih sering bertemu, tapi lama kelamaan memudar, kami jarang bertemu dan jarang berkomunikasi. Aku mencoba mengirim pesan pada Aria, tapi tidak ada balasan. Aku merasa ada yang berubah darinya. Aku tak tau apa penyebabnya, semua pesan yang kukirim lewat sms dan WA, tak ada satupun yang dibalas.
Aku merasa ada yang kurang setelah perubahan aria kepadaku, kini tak ada lagi pesan-pesan dari Aria yang kuterima. Apa benar Aria telah melupakaknku, karena dia telah mendapat teman baru, seingatku Aria hanya sekali menghubungiku, itu juga karena dia minta tolong untuk dibuatkan tugasnya, pada saat itu aku merasa lega aku kira Aria lupa sama aku, tapi ternyata aku salah. Itu bisa dibilang pesan terakhir Aria, setelah 2 bulan terakhir.
“hai sih, ngelamun aja” kakak ku mengagetkanku
“eh kak, bikin aku kaget aja”
“iya abisnya kamu ngelamun aja, mikirin apa sih”
“aku bingung aja kak, kakak tau kan kalau selama ini aku berteman baik dengan Aria, tapi udah 2 bulan terakhir ini dia berubah kak” keluhku pada kakakku
“berubah gimana?”
“iya kak, sms WA ku nggak pernah dibalas, kalau aku telfon juga nggak pernah diangkat”
“yah mungkin aja dia sibuk sih”
“iya masak sibuk 2 bulan sih kak” kataku kemudian
“em ya udah nanti biar kakak bantu cari tau deh” kata kak Sinta
Waktu hari minggu aku memutuskan untuk pergi ke danau, biasa aku dan Aria sering bermain di sana. Pada saat itu aku melihat Aria, tapi tak sendiri, dia bersama dengan seorang pria, aku mencoba mendekati mereka, tapi langkahku kemudian terhenti.
“gimana Arya, apa kamu udah berhasil menjauhi Asih” Tanya orang itu
“iya, aku udah buat dia benci sama gue juga, sekarang lo udah puas kan” kata Aria
“bagus Aria, kerja bagus, ini uang buat lo” orang itu memberikan uang pada Aria
Aku tak mengerti apa maksud dari semua itu lalu orang itu berkata
“itu uang buat lo, dari kerja keras lo, sesuai dengan perjanjian, lo itu emang the best”
Aku tak tahan lalu aku menghampiri mereka.
“Aria !, apa maksudnya semua ini, jadi kamu selama ini baik sama aku,dan berpura-pura jadi sahabat aku karena uang” aku berkata sambil berlinang air mata.
Aria hanya diam, lalu orang itu yang menjelaskan.
“iya, betu sekali, dan Aria udah berhasil melakukannya, 1 tahun yang lalu, saya dan Aria membuat perjanjian dan taruhan jika Aria berhasil buat kamu mau bersahabat dengan dia maka Aria akan mendapat uang.”
“aku nggak nyangka ya, ternyata kamu begini, dulu kamu yang bilang, bahwa sahabat itu lebih berharga dari apapun, tapi kenapa kamu justru melakukan ini sama aku” kataku sambil menangis.
Aku benar-benar kecewa dan sedih, orang yang kuanggap sahabatku ternyata nggak lebih dari seorang yang tak punya perasaan, dia menukar arti persahabatan ini dengan uang.
“maafin aku sih, sebenarnya aku juga nggak mau ngelakuin ini, aku terpaksa” kata Aria
“sebenarnya aku punya salah apa Sih sama kamu ya, sampe kamu tega kayak gini” kataku.
“aku bener-bener minta maaf Sih, aku pada saat itu emang lagi butuh uang” kata Aria
“lalu kenapa harus aku yang menjadi bahan taruhanya, lalu apa arti persahabatan kita selama ini”
“karena kamu itu orangnya super pendiam, dan susah buat diajak ngomong, makanya kamu jadiin bahan taruhan” kata teman Aria tadi.
“aku sebenarnya juga mengaggapmu sahabat terbaikku Sih, aku dua bulan ini menjauhi kamu, karena aku nggak mau kamu tahu soal taruhan ini, aku nggak mau menghianati persahabatan kita, gue mohon maafin gue Sih” kata Aria
“udah lah ya, kamu nggak perlu minta maaf, makasih buat semuanya.”
Aku pulang dengan berlinangan air mata, aku nggak nyangka, ternyata sekarang persahabatan bisa ditukar dengan uang, padahal aku telah benar-benar menganggap Aria teman baikku. Aku pandangi gelas persahabatan kami. 1 tahun yang sangat berarti buatku, ternyata tak berarti apa-apa buat Arya. Aku menangis dalam kamarku, rasa ini bahkan lebih sakit dari rasa putus dari pacar. Terdengar suara pintu kamarku diketuk-ketuk
“Sih, gue mohon keluar dari kamar, gue mau ngomong sama lo” suara Arya diluar. Aku tak menghiraukannya, rasa sakit hatiku sudah lah amat kuat tertancap dalam hatiku.
“gue tau gue salah, tapi gue terpaksa, Sih, pada saat itu gue ada hutang sama orang tadi, karena buat berobat ibu gue, jadi gue terpaksa terima taruhannya “ kata Aria.
“tapi kenapa harus gue... !, kenapa?” Teriakku.
“itu karena pilihan dia, aku juga nggak ada maksud apa apa, gue akan melakukan apa aja, Sih, biar lo mau maafin gue” kata Aria
“pergi dan jangan pernah temui aku lagi, dan jangan muncul di depanku lagi, aku nyesel kenal kamu” teriaku.
“baik, kalau itu buat kamu maafin gue, gue akan pergi, jaga diri kamu baik-baik Sih”
Setelah itu, Aria pergi, dalam hatiku sebenarnya tak rela, tapi aku juga sangat benci diperlakukan seperti ini. 3 hari setelah hari itu, aku kemudian mendengar Aria meninggal karena kecelakaan motor, aku begitu kaget. Dan aku datangi keluarganya, biar bagai manapun, Aria pernah menjadi sahabatku. Aku menghadiri pemakamannya, aku tak kuasa menahan air mataku, melihat jenazah sahabatku itu, menghilang, ditelan bumi. Tenyata Arya benar-benar tak akan muncul lagi di hadapanku selamanya.
“nak, apa kamu yang namanya Asih” ibu Arya mendekatiku.
“iya benar bu.” kataku, sambil menghapus air mataku.
Ibu tua itu lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, sebuah amplop putih dia ulurkan kepadaku.
“Saat masih dirawat di rumah sakit, Aria menuliskan surat ini untukmu, padahal pada saat itu, dia sangat kesusahan untuk memegang pena saja,tapi dia bersikeras” kata ibunya Aria, lau pergi.
Saat dirumah, aku buka surat itu, tanganku gemetar dan air mataku mengalir deras dipipi...
Untuk sahabatku, Asih...Aku tak kuasa menahan air mata, tak ada kata-kata yang bisa aku keluarkan. Hanya suara isak tangis. Ternyata aku salah, Aria melakukan ini demi ibunya. Dan kini aku telah kehilangan seseorang yang penting dalam hidupku, aku telah kehilangan sahabatku untuk selamanya. Kini semua tentang aku dan Aria hanya tinggal kenangan, gelas tanda persahabatan kami, aku peluk erat-erat bersama dengan surat terakhir Aria. Aku nggak nyangka Aria akan pergi secepat ini. Dan kini aku hanya bisa mendoakannya semoga Tuhan menempatkan Aria pada tempat yang indah dan aku akan selalu memaafkannya sahabat terbaiku.
Aku benar-benar minta maaf, aku sebenarnya nggak pernah ada maksud untuk membohongimu, aku terpaksa melakukan ini, karena butuh uang itu untuk berobat ibuku.
Mungkin saat kamu baca surat ini, aku telah berada disisi Tuhan, aku telah damai berada disampingnya, tapi Tuhan mungkin juga tak akan menerimaku, sebelum kamu memaafkan aku. Di tempat peristirahatKu yang terakhir mungkin aku hanya bisa menatapmu. Sih kamu adalah sahabat terbaik yang pernah ku miliki, lewat kamu aku telah mengenal arti persahabatan sesungguhnya. Aku benar benar minta maaf jika udah buat kamu kecewa dan sakit hati.
Dan sekarang Aku juga telah memenuhi permintaanmu, untuk tidak muncul selamanya di hadapanmu, dan saat kamu membaca ini, mungkin aku telah tak ada lagi di dunia. Aku merasa waktu ku semakin dekat.
Jadi aku mohon Sih, maafin aku. Aku ingin melihat senyummu yang tulus untuk memaafkan aku ketika aku di sana nanti. Aku sayang kamu sahabatku. Pesanku, carilah terus teman dan sahabat, jangan berhenti, Tuhan pasti tak akan membiarkan gadis sebaik kamu sendiri.
Dari seseoran yang pernah menjadi sahabatmu dan selalu ingin menjadi sahabatmu,
Aria
________________________________________
Persahabatan Sejati
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon. Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan. Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua.
Post a Comment for "KUMPULAN CERPEN TENTANG PERSAHABATAN"