Hikayat Putri Ong Tien
Pendaratan Putri Ong Tien di Muara Jati 1481 Masehi
putri Ong Tien |
Hatta, Ong Tien diceritakan sebelumnya bertemu Sunan Gunung Jati di negeri China dikawasan Tien Sin Wan Chuan di daerah Chinkiang wilayah kekuasaan Raja Yung Lo. Dalam rangka misi penyebaran Islam perjalanan menuju Jawa, yang pada waktu itu terjadi sayembara tebak-tebakan, apakah Ong Tien Nio itu hamil atau tidak yang sengaja dibuat oleh Raja Yung Lo untuk menguji Sunan Gunung Jati. Karena sebelumnya Sunan Gunung Jati di daerah Chinkiang banyak menyembuhkan para warga yang sakit terkena wabah.
Pada akhirnya sayembara tebak-tebakan tersebut, yang direkayasa Raja Yung Lo dan Putri Ong Tien ditebak hamil oleh Sunan Gunung Jati, yang sebenarnya adalah akal-akalan Raja Yung Lo membungkus Bokor berbahan Kuningan diperut anaknya seperti layaknya orang hamil. Akan tetapi karena proses sayembara tebak-tebakan itu tidak tertebak, akhirnya Sunan Gunung Jati diusir oleh Raja Yung Lo untuk keluar dari Chinkiang.
Sesudah pamit, Sunan Gunung Jati langsung menuju Jawa. Setelahnya, kepergian Sunan Gunung Jati, Raja Yung Lo dan Putri Ong Tien menyesal. Ternyata Bokor berbahan Kuningan yang sebelumnya di pasang diperut Putri Ong Tien mendadak menghilang serta Putri Ong Tien perutnya mendadak layaknya orang hamil.
Cerita tersebut disampaikan kepada Ki Mangku Bumi oleh Mahuan yang sudah masuk Islam terlebih dahulu saat Sunan Gunung Jati berada di Chinkiang, agar mudah diterima untuk segera menikahkan Putri Ong Tien dengan Sunan Gunung Jati, dengan lamaran seluruh harta kekayaan yang dibawa oleh Wadiabala Wei Ping.
Tersebutlah banda kaya diusung banyaknya berupa keramik hasil kerajinan kerajaan Yung Lo, yang saat ini banyak menempel di Masjid Gunung Jati. Pada tahun 1481 Masehi tersebut, kedatangan mereka mendapatkan izin dari Ki Mangku Bumi Muara Jati Pasambangan dan mendapat restu pula dari Syekh Nurul Jati yang akhirnya Putri Ong Tien Nio dipersilahkan untuk menyusul Sunan Gunung Jati Ke Luragung.
Sesampainya disana ia diterima dan dinikahi secara Islam oleh Sunan Gunung Jati karena Putri Ong Tien Nio sudah masuk Islam dan di_Islamkan oleh Syekh Nurul Jati sebelumnya. Bertepatan dengan pernikahan tersebut ditempat Ki Gendeng Luragung, Istri dari Ki Gendeng Luragung sedang mengandung 9 Bulan dan menunggu kelahiran anaknya.
Disaat itu pula disaat yang bersamaan, Bayi dari Istri Ki Gendeng Luragung serta Bokor Kuningan dari kandungan Putri Ong Tien pun terjatuh ke lantai serta kandungannya hilang. Sehingga Sunan Gunung Jati sepakat mengadopsi anak dari Ki Gendeng Luragung atas permohonan Putri Ong Tien dan diberi nama Pangeran Arya Kemuning, sebagai anak adposi. Dan untuk memperingati kebagiaan tersebut, kekuasaan Dipati Luragung bersama rakyatnya yang sudah memeluk Islam diberi nama darah Kuningan. Setelah itu Sunan Gunung Jati bersama Putri Ong Tien kembali ke Pasambangan dikawal Wadiabala dari Kuningan dan Wadiabala dari pasukan Cheng Ho.(Nukilan ini disabur dari Kitab Purwaka Caruban Nagari, Karya Pangeran Arya Cirebon)
Tersebutlah banda kaya diusung banyaknya berupa keramik hasil kerajinan kerajaan Yung Lo, yang saat ini banyak menempel di Masjid Gunung Jati. Pada tahun 1481 Masehi tersebut, kedatangan mereka mendapatkan izin dari Ki Mangku Bumi Muara Jati Pasambangan dan mendapat restu pula dari Syekh Nurul Jati yang akhirnya Putri Ong Tien Nio dipersilahkan untuk menyusul Sunan Gunung Jati Ke Luragung.
Sesampainya disana ia diterima dan dinikahi secara Islam oleh Sunan Gunung Jati karena Putri Ong Tien Nio sudah masuk Islam dan di_Islamkan oleh Syekh Nurul Jati sebelumnya. Bertepatan dengan pernikahan tersebut ditempat Ki Gendeng Luragung, Istri dari Ki Gendeng Luragung sedang mengandung 9 Bulan dan menunggu kelahiran anaknya.
Disaat itu pula disaat yang bersamaan, Bayi dari Istri Ki Gendeng Luragung serta Bokor Kuningan dari kandungan Putri Ong Tien pun terjatuh ke lantai serta kandungannya hilang. Sehingga Sunan Gunung Jati sepakat mengadopsi anak dari Ki Gendeng Luragung atas permohonan Putri Ong Tien dan diberi nama Pangeran Arya Kemuning, sebagai anak adposi. Dan untuk memperingati kebagiaan tersebut, kekuasaan Dipati Luragung bersama rakyatnya yang sudah memeluk Islam diberi nama darah Kuningan. Setelah itu Sunan Gunung Jati bersama Putri Ong Tien kembali ke Pasambangan dikawal Wadiabala dari Kuningan dan Wadiabala dari pasukan Cheng Ho.(Nukilan ini disabur dari Kitab Purwaka Caruban Nagari, Karya Pangeran Arya Cirebon)
Post a Comment for "Hikayat Putri Ong Tien"