Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CERPEN BERTEMA KEHIDUPAN SEHARI_HARI

Conny Abdull

REMEDIAL = GAGALNYA RENCANA INDAH

“Huh…., akhirnya semesteran kelar juga,”gadis itu menarik napas panjang kemudian mengembuskannya. Setidaknya akhir-akhir ini ia akan punya waktu istirahat walaupun hanya beberapa hari.

Libur mungkin bagaiakan sebuah oase ditengah dehidrasi yang amat sangat. Bagi seseorang berstatus -PELAJAR- yang berada di tingkat akhir. Baik itu anak ingusan – kelas 6 SD-, bocah yang beranjak puber – kelas SMP – ataupun yang mulai beranjak ke tahap “d e w a s a” – mungkin-, seperti gadis itu yang sudah duduk di kelas 12 SMA. Bagaimana tidak? Tugas, les, itu, dan ini adalah menu wajib sehari-sehari yang mau ataupun tidak mau harus ditelannya.

Awal pagi liburan yang normal-normal saja. Ah ralat! Bukan liburan, lebih tepatnya alpa yang menyenangkan. Wajar-wajar saja daripada kegiatan classmeeting yang penuh kegiatan olahraga itu tak ada yang menarik minatnya sama sekali. Ia memilih alpa sebagai alternatif paling baik pagi itu, mungkin tidur seharian di kostan lebih menentramkan otak. Pikirnya, hingga ada suara…..

Tok Tok Tok !

Tak ada yang menyahut ketukan lemah pada daun pintu tersebut.

Dok Dok Dok

Maka orang yang mengetuk itu menambah “kekuatannya”. Mungkin terlalu lemah. Pikirnya. Namun, masih tak ada suara juga dari dalam sana.

Dok Dok Dok

“Woy Bogenfil buka pintunya! Pelajaran asdfghjkl remedial nih,”teriak orang itu, masih aktif menggedor-gedor pintu kostan yang malang tersebut.

“Hah?! Pelajaran asdfghjkl remedial?,”orang yang di balik pintu kostan itu tadi kesadarannya sebenarnya tinggal 5 watt. Tapi setelah mendengar pelajaran asdfghjkl remedial ia langsung terbangun dan membuka pintu kostnya. Maklumlah pelajaran asdfghhjkl adalah pelajaran yang paling horor di kelasnya.

“Iya bener! Buruan elo siap-siap ke sekolah, suruh bawa buku pelajaran asdfghjkl dari kelas 10. Buruan gak boleh nitip, gue dapet info dari orang yang paling dipercaya sama guru mata pelajaran asdfghjkl nih,

Si Melati.”

“Oke deh, elo tunggu ya gue siap-siap dulu.

Lagian guru asdfghjkl itu emang nyebelin sih.”

Alhasil, rencana Bogenfil untuk berlayar indah di pulau kapuk harus gagal pagi itu. Karena ia langsung ngibrit pakai seragam. Mengacaukan tumpukkan bukunya yang telah tertata rapi hanya untuk mencari buku pelajaran asdfghjkl dari kelas 10. Memasukkannya ke tas, dan langsung cabut ke sekolah bersama orang yang menggedor-gedor pintu kostanya tadi.

________________________________________

D E N D A M

Sore yang tak terlalu cerah. Gerimis sudah mengikuti sejak gadis itu beranjak dari rumahnya tadi. Diantar oleh sang Kakak, sore ini ia berencana kembali ke markasnya. Kostan tercinta, setelah 2 Minggu liburan.

“Aduh kangen banget gue sama My lovely kamar kost,”curhat gadis yang rambutnya dikucir kuda tersebut sama Mamanya. Mama hanya menanggapi curhatan putrinya tersebut dengan sindiran halus,

“Oh jadi ceritanya lebih betah di kost nih?,”ia yang tak ingin membuat sang Mama kecewa pun buru- buru menyanggah, “Hemmm, lebih betah di rumah donk,”ungkap gadis itu yang berbanding terbalik dengan suara hatinya.

Ia dibonceng oleh Kakaknya. Seperti biasa, sang Kakak selalu mengantarnya sampai kostan yang jauhnya lebih dari 30 Kilometer. Itu sih, bukan gadis itu yang ngukur tapi udah ketentuan dari sononya. Motor matic itu meliuk-liuk gesit di atas jalan perbukitan yang berkelok- kelok, kadang menanjak kadang menukik tajam. Kadang berbelok, kadang lurus. Sesekali terjebak Dalam kubangan lumpur, tapi karena si empunya sudah sangat ahli dengan medan di daerah tersebut, maka itu bukan merupakan masalah besar. Ia sangat menikmati perjalanannya bersama sang Kakak, hingga tiba-tiba…

Grek

Motor matic itu mogok saat telah melewati dua kampung dari tempatnya. Terpaksa ia turun dan berteduh di bawah pohon Asam besar yang berada di pinggir jalan, untunglah pohon itu mampu melindunginya dari rintik gerimis kecil yang sampai saat ini masih saja turun itu.

Sementara sang Kakak pergi mencari bengkel terdekat, karena ia sudah hafal, Jika Si Matic mogok secara tiba- tiba gini pasti rantainya yang bernasalah. Si empunya sih biasa-biasa saja menghadapi medan berlumpur, tapi Si Maticnya yang nggak biasa.

“Bogenfil, kamu sedang apa di situ?,”merasa namanya dipanggil ia pun menoleh. Ternyata benar, ada orang yang memanggilnya dalam mobil truk. Sesaat keningya mengerut. Supir truk?. Begitu kira-kira ekspresi yang tampak pada raut wajahnya, samar-samar. Karena terhalang oleh rintik gerimis kecil.

“Kok anda tau nama saya?,”heran gadis itu.

Tangannya memainkan rumput ilalang yang secara spontan dicabutnya. Orang yang disebutnya supir truk tadi turun, mengelap sejenak wajahnya dengan handuk kecil yang tersampir di pundaknya. Membuat kadar kebingungan Bogenfil semakin bertambah. Sesaat ia memandangi raut supir truk tersebut,

“Dra-De-Ragon?!,”ucapnya dengan mulut tercekat. Ia ingat, itu wajah Dragon. Paras angkuh yang mencampakkannya beberapa bulan yang lalu. Wajah yang menghianatinya untuk berpaling pada wanita lain. Ya wanita! Kenyataan Dragon menghinati gadis malang itu demi seseorang yang terlanjur dijadikan –wanita-nya.

Dragon yang sekarang sungguh kontras. Bogenfil hampir saja tak mengenali wajah lusuh itu, 180º berbanding terbalik dengan wajah angkuhnya dulu. Saat cowok itu masih banyak duit, saat apapun yang ditunjuknya bisa dibelinya. Tapi lihat sekarang! Dragon seorang supir truk?! Oh God! Damn!

“Kok kamu bisa jadi supir truk sih?,”rasa penasaran itu akhirnya membuat Bogenfil bertanya juga. “Semua gara-gara wanita itu,”muka Dragon tiba-tiba menerawang sedih. Ia kemudian melanjutkan kalimatnya, “Ia ternyata matre. Setelah pernikahan ia membawa kabur semua uang dan surat-surat penting tanah perkebunan sawitku,”ia tersenyum miris sebentar, “aku yang bodoh, karena termakan rayuannya untuk membalikan semua surat-surat penting itu menjadi namanya,”kemudian ia menunduk sebentar, memandangi gerimis yang mulai agak sedikit reda, menimbulkan bekas di jalanan itu, “Aku baru sadar jika aku ninggalin orang sebaik kamu.”sebenarnya ada sebersit rasa iba di hati Bogenfil saat mendengarkan cerita itu, tapi hatinya sudah terlanjur beku. Keras. Tertutup rapat, untuk orang yang dianggapnya “QSCFDERT” tersebut.

“Aku tau sampai kapanpun kamu nggak bakalan maafin orang qscfdert kayak aku,”lanjut Dragon yang menyadari raut acuh Bogenfil. Sementara itu Bogenfil hanya bergeming di tempatnya, sampai ada suara yang meneriakinya,

“Woy! Dik buruan, motornya udah bener nih, malah ngobrol sama supir truk,”Bogenfil melangkah menghampiri Kakaknya. Tak menganggap pertemuan singkat tadi terjadi.

Entah disebut jahat atau apapun itu, Bogenfil tak peduli. Yang jelas ada sebersit rasa puas setelah mendengarkan cerita Dragon. Mendengar bahwa perempuan yang dipilih Dragon dengan mengorbankan hubungannya dulu ternyata bukan orang baik-baik. Perempuan itu malah dianggap Bogenfil sebagai suatu karma bagi Dragon. Meskipun, nuraninya menjerit-jerit, memintanya untuk mengasihani Dragon. Namun semua itu kalah dengan egonya.

Sore itu ia balik ke kostan dengan diiringi oleh gerimis yang terdengar lebih merdu dari biasanya.

“Kamar kostku tercinta. Aku datang……,”batinnya dalam hati. Tersenyum memandang gugusan pelangi yang telah terbentuk di langit sebelah barat.
________________________________________

PADAMNYA SEBUAH KECERIAAN

Pagi yang ceria, ini hari kedua masuk sekolah. Tapi masih terhitung hari pertama bagi gadis bertubuh tinggi tersebut, maklum sih, soalnya ia baru saja sampai di kostnya kemarin sore. Setelah 2 Minggu waktu liburan ia habiskan di kampung halamannya. Ia sudah menyimpan berbagai macam ceita untuk teman akrabnya, orang yang terlalu kurus jika dibandingkan dengannya. Matanya celingukan di samping kelas, namun ia tak menemukan orang yang dicarinya tersebut.

“Bogenfil, ngapain lo?,”seseorang yang terlihat baru saja makan gorengan dari kantin itu menyapanya. Bogenfil yang merasa dipanggil pun menengok,

“Eh elo Seledri, gue nyariin elo. Gue kira elo lagi ke toilet,”tebak Bogenfil dengan sangat ngawur. Sejak kapan Seledri suka ke toilet pagi-pagi.

Lalu kedua orang absurd itu pun bercerita-cerita di dalam kelas. Terkadang hanya terdengar sahutan kecil seperti, “Oh” , “Em” , “Gitu ya?” , “Masa?”, “Terus?” saat salah satunya bercerita. Tapi suara tawa cekikikan terdengar lebih dominan saat Bogenfil bercerita pada Seledri. Anak-anak lainnya juga pada sibuk cerita itu dan ini, mungkin tentang liburan mereka masing-masing.

“Eh kamu udah masuk, Say?,”Melati –Si jenius- yang selalu memanggil Bogenfil dengan sebutan “Say” itu menghampiri mereka berdua. Menghentikan suara cekikikan dari Seledri. Melati adalah gadis jenius yang menganggap Bogenfil seperti adiknya sendiri, untuk itu ia selalu memanggil Bogenfil dengan sebutan “Say” kepanjangan dari “Sayang” bukan “Sayton” lho ya….

“Udah dong, masa mau liburan terus sih tetehku,”Bogenfil tersenyum pada Melati.

“Eh kalian berdua udah tau info menarik, belum?,”tak biasanya Melati bersikap heboh. Namun, pagi yang tak biasa itu ia melakukannya. Sontak Bogenfil dan Seledri pun menyahut, “Apaan?”

“Pelajaran lkjhgfdsa diilangin,”seru Melati sambil menepukkan kedua tangannya ke udara. Ia terlihat begitu semangat menyampaikan kabar gembira tersebut. Pelajaran lkjhgfdsa adalah pelajaran horor kedua setelah pelajaran asdfghjkl.

“Wah beneran?! Asyik yesss!”sesaat Bogenfil dan Seledri pun bersorak-sorak. Sampai teriak-teriak nggak jelas malahan.

Tiba-tiba ponsel Bogenfil bergetar. Sebuah pesan. Dengan pelan gadis itu membukanya, begini isi pesannya: “Info bagi anak kelas 12 A.1 bahwa pelajaran ABC yang tadinya di ajar oleh Bu Zxcvbnm saja akan mengalami perubahan jadwal, yaitu hari A di ajar oleh guru yang tadinya mengajar pelajaran lkjhgfdsa dan hari B oleh Bu zxcvbnm lagi”

“Njirrrrr,”teriak Bogenfil Spontan. Ia langsung membagi-bagikan kabar yang ia peroleh dari Kepsek itu –ceritanya Bogenfil dekat sama Kepsek, keponakannya- dan seketika itu seisi kelas pun memiliki reaksi yang sama. Karena sebenarnya bukan pelajaran lkjhgfdsa-nya yang mereka benci, tapi sistem mengajar gurunya.

Mereka merasa percuma saja pelajaran itu dihapus, tapi mereka masih akan bertatap muka dengan orang yang mereka sebut guru lkjhgfdsa itu secara formal di kelas. Seketika itu juga keceriaan yang tadi begitu menggebu- gebu menguap. Tak berbekas.
________________________________________

Tragedi = Berkah

Bogenfil masih berbungkus selimut tebal di dalam kamar kostnya. Hari jumat ini ia enggan untuk berangkat ke sekolah pagi-pagi, alasannya adalah pagi ini sekolahnya mengadakan –senam rutin- setiap hari Jumat. Ia benci segala jenis olahraga, termasuk senam sekalipun. Ck! Parah! Mungkin begitulah orang akan berkata, tapi ia tak sendirian membenci hal bernama olahraga itu. Teman sebangkunya juga memiliki pemikiran yang 100% sama.

“Bogenfil, Bogenfil,”suara teriakan sekaligus gedoran pintu itu begitu mengusiknya. Dengan kesadaran yang setengah-setengah ia pun beranjak untuk membuka pintu. Ternyata itu adalah Bu Kost, ia memanggilnya Tante gfdsahjkl.

Orang yang menurutnya sangat menyebalkan. Bagaimana tidak? Air saja kalau anak kost harus nimba dari sumur yang kedalamannya dalem banget. Padahal ia sendiri tinggal memutar keran, tapi anak kost nggak boleh pakai keran. Kalau mati lampu rumahnya diterangi oleh PLTD (Pembangkit listrik tenaga diesel) yang dinyalakan oleh suaminya. Tapi kostan tercinta dibiarkan gelap gulita. Tapi walaupun begitu Bogenfil tetap sayang sama kostan ini.

“Ada apa Tante gfdsahjkl?,”tanya Bogenfil saat

kesadarannya sudah terkumpul penuh.

“Kebakaran! Bogenfil dapur tante kebakaran!,”jadilah pukul 6 yang rencananya masih akan ia pakai untuk tidur lima belasan menit lagi itu gagal. Ia langsung ngibrit bantuin Tante gfdsahjkl buat padamin api. Bahaya juga jika apinya merembet ke rumah kost.

Pikir Bogenfil. Untung apinya belum terlalu parah.

Terpaksa setelah itu Bogenfil siap-siap ke Sekolah. Tapi otak liciknya selalu berputar, ya ia tak jadi berangkat mengendap-ngendap saat semua anak sedang senam dengan lewat pagar belakang sekolah, tapi ia akan pura-pura sakit agar terbebas dari senam. Ia bersiap untuk mandi.

Saat kembali ke kamar Bogenfil sangat terkejut. Sepiring nasi. 2 potong ayam goreng. Satu toples kerupuk. 2 telor mata sapi. Segelas es campur segar. Dari mana asal semua itu? Keningnya mengernyit beberapa saat, hingga ia menyadari ada kertas kecil di bawah piring nasi. Ia

buru-buru memakai seragam kemudian membaca kertas kecil yang ternyata surat tersebut. Begini isinya:

“Ini dari tante, Bogenfil. Makasih, ya udah bantuin

tante padamin api. Ya udah tante mau berangkat ke pasar dulu.”

Bogenfil agak jengkel bercampur senang dengan semua itu. Ia senang karena hari ini ada makanan tanpa harus repot-reot masak. Jengkel karena kelakuan Ibu Kostnya yang ajika ada maunya aja baru akan bersikap baik padanya.

“Wah sering-sering aja kebakaran,”batin Bogenfil jengkel.
________________________________________

YA UDAH DEH….

Siang bolong gini udara panas banget. Begitulah keluh sebagian murid yang berada dalam kelas 12 A.1 itu, termasuk murid yang duduk di bangku deket jendela dan nomor dua dari depan tersebut. Bogenfil. Nama gadis itu, ia menggunakan sampul bukunya untuk kipas-kipas.

“Say, makan yuk!,”biasa…., itu adalah –Melati- yang selalu bagi-bagi bekal makan siangnya. Tapi Bogenfil malah menggeleng, “Nggak ah Teteh, aku lagi males makan nih.

Tadi pagi udah sarapan soalnya,”Melati berkata halus,. “Ih…, aneh kamu ini Say. Sarapan ya sarapan,

sekarang kan waktunya makan siang.”

“Eh beneran lho teh,”sahut Bogenfil ngotot. Tiba-tiba masuk seorang guru, sontak Melati dan

Bogenfil pun menghentikan perdebatannya. Sementara itu Seledri yang merupakan teman sebangku Bogenfil pun hanya menjadi pengamat diam sejak perdebatan itu dimulai.

“Maaf mengganggu sebentar,”guru itu mulai berbicara. Murid-murid ada yang memperhatikan, ada yang masih sibuk ceita sambil bisik-bisik, ada juga yang bersikap acuh –whatever-. “Untuk kelas ini nanti diinfokan ada bimbingan belajar mendadak untuk persiapan UN. Untuk itu nanti jangan pulang dulu.”

“Yesss..,”Melati bersorak dalam hati. Ia jadi punya alasan untuk memaksa Bogenfil makan siang. Karena ia tau Bogenfil merupakan orang yang susah makan, padahal ia punya sakit mag. Melati nggak mau temannya itu sampai sakit. Kan repot nanti dia di kostan.

“Ya sudah itu saja yang mau saya sampaikan. Terima kasih atas perhatiannya,”ucap guru itu dengan PD-nya. Ya, soalnya yakin deh hanya sebagian murid yang benar-benar memperhatikannya.

“Tu kan Say, nanti les. Makan yuk,”Melati masih terus saja membujuk Bogenfil. Akhirnya Bogenfil mengangguk setuju juga, “Ya udah deh Teh, lagi pula nanti kan les.”

Seledri ikut tersenyum senang karena kali ini Melati berhasil membujuk Bogenfil untuk makan siang.

Post a Comment for "CERPEN BERTEMA KEHIDUPAN SEHARI_HARI"