2 CERPEN MENARIK DAN SEDERHANA [SEBUAH KISAH]
Gadis Penjaja Tikar
Ketelair Indonesia_ Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan kejenuhan.Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya.
“Pak, mau sewa tikar?”katanya pada Pak Umar.
“Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak Umar.
“Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut.
“Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi.
Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun berkata,
”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!”.
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
“Kamu sekolah?”tanya Pak Umar.
“Sekolah, Pak! Saya kelas empat SD. “jawabnya.
”Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar lagi.
“Saya harus membantu ibu saya. “jawab gadis itu.
“Kemana ayahmu?”Pak Umar bertanya lagi.
“Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan.
Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu.
“Pak maaf, saya tidak boleh menerima uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Mengapa?”tanya Pak Umar heran.
“Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja.
Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “
Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. “
Mendengar perkataan gadis itu, Pak Umar makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur.
“Begini saja, kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga.
Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!” kata Pak Umar ramah.
Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama.
________________________________________
Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit.
________________________________________
Kisah Seorang Penjual Koran
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi.Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Ipiin.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit.
“Ambil berapa Ipiin?” tanya Bang Ipul.
“Biasa saja.”jawab Ipiin.
Bang Ipul mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Ipiin untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.
Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Ipiin setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.
Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam.
Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana.
Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus.
“Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati.
Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Ipiin setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.
Ketika Ipiin sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam.
Ipiin jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana.
Ipiin khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus.
“Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati.
Ipiin segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya.
“Wah apa ini?”tanyanya dalam hati.
“Milik siapa, ya?”
Ipiin membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya.
“Lho,…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati.
Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison.
Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran.
Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.
________________________________________
KALIAN masih ingat, ingat sekali, kalau kalian bepergian ke kampung tetangga di pengujung Syakban.
Bakda zuhur, kalian menumpang sebuah bus yang semua bangkunya sudah terisi. Kalian berdiri dengan sebelah tangan berpegangan pada besi terentang di atas lorong yang membagi barisan tempat duduk. Kalian harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam.
Di sekitar kalian; sepasang muda-mudi duduk berdempetan, mulut empat lelaki pecandu kretek yang menjelma pabrik asap, beberapa lelaki tua mengutuk pemerintah yang batal menaikkan harga BBM, padahal sudah berderum-derum bensin ditumpuk di halaman belakang rumah, tiga pemuda sibuk memamerkan kelebihan fisik pacar masing-masing, ibu-ibu muda asyik dengan gadget (sesekali mereka merutuki Innova pribadi yang mogok sepertinya mereka adalah anggota DPRD yang baru saja mengunjungi daerah pemilihan yang terpencil)…. Dan kalian berdua hanya bersipandang, sesekali memejamkan mata demi mencegah diri dari mengumpat dan membicarakan dosa-dosa orang lain.
Ah, kalian juga masih ingat. Baru setengah perjalanan, bus tiba-tiba berguncang, lalu berguling menurun, seperti tersungkur ke lembah yang sesak oleh pohon-pohon besar, semak-semak berduri, dan rumput-rumput tinggi tak bernama. Kalian tak menyangka, di balik belantara, ada sebuah taman yang indah.
Bagaimana kami dapat terdampar atau terlempar atau tersuruk di tempat ini, bisik hati kalian masing-masing.
Lalu, lalu kalian seolah terpisah, dan masing-masing berjumpa dengan seseorang yang berasal dari seberkas cahaya.
Ipiin membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya.
“Lho,…ini kan milik Pak Edison. Kasihan sekali Pak Edison , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati.
Apa yang diperkirakan Ipiin itu memamg benar. Rumah Pak Edison telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Ipiin dengan segera memberitahukan Pak Edison.
Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Edison karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur.
Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Edison memberikan modal kepada Ipiin untuk membuka kios di rumahnya. Kini Ipiin tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran.
Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Ipiin digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.
________________________________________
Gulistan
Cerpen Benny ArnasKALIAN masih ingat, ingat sekali, kalau kalian bepergian ke kampung tetangga di pengujung Syakban.
Bakda zuhur, kalian menumpang sebuah bus yang semua bangkunya sudah terisi. Kalian berdiri dengan sebelah tangan berpegangan pada besi terentang di atas lorong yang membagi barisan tempat duduk. Kalian harus menempuh perjalanan kurang lebih dua jam.
Di sekitar kalian; sepasang muda-mudi duduk berdempetan, mulut empat lelaki pecandu kretek yang menjelma pabrik asap, beberapa lelaki tua mengutuk pemerintah yang batal menaikkan harga BBM, padahal sudah berderum-derum bensin ditumpuk di halaman belakang rumah, tiga pemuda sibuk memamerkan kelebihan fisik pacar masing-masing, ibu-ibu muda asyik dengan gadget (sesekali mereka merutuki Innova pribadi yang mogok sepertinya mereka adalah anggota DPRD yang baru saja mengunjungi daerah pemilihan yang terpencil)…. Dan kalian berdua hanya bersipandang, sesekali memejamkan mata demi mencegah diri dari mengumpat dan membicarakan dosa-dosa orang lain.
Ah, kalian juga masih ingat. Baru setengah perjalanan, bus tiba-tiba berguncang, lalu berguling menurun, seperti tersungkur ke lembah yang sesak oleh pohon-pohon besar, semak-semak berduri, dan rumput-rumput tinggi tak bernama. Kalian tak menyangka, di balik belantara, ada sebuah taman yang indah.
Bagaimana kami dapat terdampar atau terlempar atau tersuruk di tempat ini, bisik hati kalian masing-masing.
Lalu, lalu kalian seolah terpisah, dan masing-masing berjumpa dengan seseorang yang berasal dari seberkas cahaya.
Post a Comment for "2 CERPEN MENARIK DAN SEDERHANA [SEBUAH KISAH]"