Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Negeri Gagap (Karya Bambang Widiatmoko) dan Contoh Musikalisasi Puisi Negeri Gagap

Negeri Gagap
(Karya Bambang Widiatmoko)

Aku pernah belajar menghemat kata-kata
Sedikit bicara banyak bekerja
Tapi engkau malah mengajariku
Agar menambah kata-kata
Agar bisa dikurangi
Dan sebagian dari kata-kata
Masuk ke kantong celana.

Aku pernah belajar
Untuk menambah semen dan besi
Dengan komposisi yang pasti
Agar gedung kokoh kuat berdiri
Tapi engkau malah mengajariku
Memamah semen dan besi
gedung pun ambruk dengan sendiri.

Aku pun terheran-heran
Di pagi buta banyak polisi
Menjaga jalan dan lorong gang
Ada yang menyamar jadi pedagang
Ada yang mengajakku bincang-bincang
di depan pagar
Tak lama kemudian
Sebuah rumah diketuk pintunya
Dan seseorang dengan wajah pucat pasi
Dibawa pergi
Seorang koruptor telah ditangkap
Di depan anak-anaknya, darah dagingnya sendiri
Begitu banyak hal yang terkadang terlalu
sulit untuk dipahami
Para koruptor melambaikan tangan di layar televisi
Mungkin mereka bangga merasa dirinya tak tercela
Atau jangan-jangan korupsi telah menjadi
Sebagai kisi-kisi dari sistem kerja?
Begitu banyak hal yang terlalu sulit dipahami
Begitu banyak pemahaman telah terbunuh
Dengan tikaman pisau belati menipisnya nurani
Begitu banyak jatidiri telah bunuh diri di negeri ini.

Dan air mata hanya sebagai penanda
Di atas batu nisan bernama kejujuran
Lalu di atasnya ditancapkan pohon
Berdahan kepalsuan
Berdaun kecemasan.

Pohon itu telah berkembang biak menjadi hutan
Dan kita pun tersesat gagap mencari arah pulang.



Sekilat tentang - BAMBANG WIDIATMOKO, penyair kelahiran Yogyakarta ini memiliki kumpulan puisi tunggal antara lain Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat Kata (2011), Jalan Tak Berumah (2014), Paradoks (2016), Silsilah yang Gelisah (2017). Kumpulan esainya Kata Ruang (2015). Sajaknya terhimpun di berbagai antologi puisi bersama antara lain Deklarasi Puisi Indonesia (2012), Sauk Seloko (2012), Secangkir Kopi (2013), Lintang Panjer Wengi di Langit Yogyakarta (2014), Jula Juli Asem Jakarta (2014), Negeri Langit (2015), Negeri Laut (2016), Pasie Karam (2016), Ije Jela (2016), Matahari Cinta Samudra Kata (HPI 2016), Sail Cimanuk (2016), Negeri Awan (2017), Kota Terbayang (2017), Hikayat Secangkir Robusta (2017). Ikut menulis esai di buku antara lain Jaket Kuning Sukirnanto (2014) Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (2016), Apresiasi Sastra dan Perbincangan Karya (2016), Isu Sosial dalam Puisi (2017). Jabal Rahmah Perjumpaan Sastra (2018). Cerpennya tergabung dalam antologi cerpen Lelaki yang Tubuhnya Habis Dimakan Ikan-ikan Kecil (2017).

Post a Comment for "Negeri Gagap (Karya Bambang Widiatmoko) dan Contoh Musikalisasi Puisi Negeri Gagap"