Renungan Diri di Bulan Puasa
Teguran dari Allah
Di zaman Rasullullah ada sebuah riwayat, yang menceritakan tentang agungnya ampunan Allah terhadap dosa seorang anak muda yang teramat keji. Sampai_sampai Rasullallah amat murka mendengar perbuatannya.
Pada suatu ketika Umar bin Khathab menjumpai Rasullallah raut muka yang nampak begitu sedih. Rasullallah heran, lalu beliau bertanya ;
"Sahabatku, apa yang menyebabkan dirimu kelihatan sedih ?"
"Di depan pintu rumah saya duduk seorang anak muda yang sedang menangis memilukan. Begitu sedih tangisannya, sehingga hati saya trenyuh dan perasaan saya terasa ikut terbawa," jawab Umar.
"Coba kau hadapkan dia padaku," perintah Rasullallah.
Kemudian Umar bin Khathab pulang ke rumah dan membawa anak muda itu menghadap Rasullallah. Dalam perjalanan hingga di hadapan Nabi, anak muda itu masih tetap menangis dengan sedihnya.
"Anak muda, apakah kau merasa putus asa hingga menangis begitu sedih ? Padahal masa depanmu masih panjang," tanya Rasullallah.
"Tangis saya adalah tangisan rasa penyesalan dan menanggung dosa karena perbuatan saya," jawab anak muda itu sambil tertunduk. "Begitu besar dosa saya kepada Tuhan, dan saya takut akan murka_Nya, serta utusan_Nya."
Rasullallah terdiam sejenak.
"Apakah kau telah berbuat yang menyekutukan Tuhan dengan yang lain ?" tanyanya kemudian.
"Tidak" jawab anak muda itu.
"Apakah kau telah membunuh seseorang ? tanya Rasullallah lagi.
Anak muda itu menggelengkan kepalanya.
"Kalau demikian Allah akan mengampunimu, meskipun dosamu besarnya memenuhi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi," kata Rasullallah memberi harapan.
Pemuda itu tercenung, kemudian berkata ;
"Dosa saya lebih besar dari tujuh lapis langit dan gunung_gunung yang tinggi."
"Apakah dosamu lebih besar dari kursi Allah yang suci ?" kembali Rasullallah bertanya.
"Dosa saya lebih besar," jawab pemuda itu pasti.
"Dibanding Arsy Allah, apakah dosamu lebih besar ?"
"Saya yakin dosa saya lebih besar."
Pemuda itu kembali menangis tersedu_sedu.
"Apakah dosamu juga lebih besar dari Allah dan kasih sayang_Nya ?"
Pemuda itu terdiam, berpikir sejenak, kemudian berkata ;
"Tentu saja Allah yang lebih besar beserta kasih sayang_Nya."
"Kalau begitu, coba kau ceritakan tentang perbuatanmu yang kau anggap berdosa demikian besar," pinta Rasullallah.
"Saya malu kepadamu, Ya Rasullallah," jawab pemuda itu dengan terisak.
"Kenapa harus malu kepadaku ? Ceritakanlah padaku."
Perlahan_lahan pemuda itu mengangkat wajahnya, dan dengan suara perlahan ia mulai bercerita :
"Rasullallah......, sejak umur tujuh tahun pekerjaanku adalah membongkar kuburan orang_orang yang baru meninggal dan mencuri kain kafannya. Suatu hari ada seorang gadis yang meninggal dunia. Begitu selesai dimakamkan, dan ketika kuburan nampak sepi, kubongkar kuburannya, kemudian kulepas kain kafannya. Gadis yang baru meninggal itu sangat cantik, masih perawan."
"Melihat kemolekan tubuh gadis itu, saya tergoda oleh nafsu birahi karena bujukan syetan, dan akhirnya mayat gadis itu saya gauli. Disaat saya melakukan perbuatan terkutuk itu, seolah_olah terdengar suara dan tangis gadis itu menjerit yang mengoyak jantung saya !"
"Apakah engkau tidak malu dan takut kepada pengadilan Allah pada hari ketika hak orang teraniaya dituntutkan atas penganiayaannya ? Betapa kejam hatimu, membiarkan aku telanjang bulat di tengah lingkungan orang mati. Dan kau buat aku menanggung junub di hadapan Allah. Padahal sebelumnya aku telah dimandikan dan disembahyangkan," demikian suara itu terdengar olehku, ya Rasullallah."
"Itulah dosa besar yang telah kulakukan. Sejak saat itu aku merasa dikejar_kejar oleh dosa. Aku menangis meratapi penyesalanku hingga sekarang."
Mendengar cerita perbuatan pemuda itu, Rasullallah menjadi sangat marah. Begitu bangkit dari tempat duduknya. Sambil memalingkan wajahnya dihardiknya pemuda itu;
"Hai, pemuda fasik ! Pergilah kau dari hadapanku. Tak ada balasan yang setimpal dengan perbuatanmu kecuali neraka !"
Mendengar ucapan Rasullallah yang mengusir dirinya, pemuda itu keluar dengan terhuyung_huyung seraya meratap. Ia berjalan mondar_mandir di tengah padang pasir, tujuh hari tujuh malam ia tidak makan dan minum serta tidur. Kadang mukanya ditelungkupkan terus menerus, bersujud di atas pasir. Baik siang hari yang panas, maupun tatkala malam hari dengan hawanya yang dingin membekukan padang pasir. Dia menangis dan mengadu.
"Ya, Allah, saya adalah seorang hamba yang bersalah besaar dan sangat berdosa. Hamba telah datang ke pintu rumah utusan_Mu, dengan harapan agar beliau sudi memberi syafaat kepada hamba di hadapan_Mu. Namun begitu mendengar betapa kejinya dosa_dosa hamba, beliau berpaling dan mengusirku. Kini hamba datang menghadap_Mu, Ya Allah. Hamba mengetuk pintu_Mu, agar Kau mau mengampuni dosa dan menerima tobat hamba. Hamba tidak putus harapan, karena Engkaulah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Andaikata Engkau tidak sudi memberikan ampunan_Mu, maka turunanlah api_Mu itu di dunia sebelum membakar hamba di akhirat nanti."
Allah Maha Mendengar, karena ratapan anak muda itu bersungguh_sungguh. Allah mengutus Malaikat Jibril menemui Rasullallah SAW.
Malaikat Jibril menyampaikan salam Allah kepada Rasullallah, yang dijawabnya dengan "Huwas salaam, waminhus salam wa ilaihi yar'jius saalaam." (Dialah salam, daripada_Nya salam, dan kepada_Nya kembali salam).
"Allah bertanya kepadamu, hai Muhammad," kata Malaikat Jibril. "Apakah engkau yang menciptakan hamba_hamba Allah ?"
"Rasullallah kaget mendengar pertanyaan itu, beliau kemudian menjawab; "Sebaliknya, Allah lah yang menciptakan diriku dan menciptakan mereka."
"Allah bertanya lagi, apakah engkau yang berkuasa dan memberi rezeki kepada mereka dan kepadaku."
"Sama sekali tidak. Allah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadaku."
"Kata Allah, apakah engkau yang menerima tobat dan menghapuskan segala kesalahan ?" kata Malaikat Jibril lagi.
"Tidak. Allah yang memiliki kuasa itu," jawab Rasullallah.
"Allah berfirman kepadamu, "lanjut Malaikat Jibril; "Telah kukirimkan salah seorang hamba_Ku kepadamu, dipaparkan dosa_dosanya dengan menyesal. Mengapa kau malah memalingkan muka darinya ? Bagaimana nanti seandainya datang kepadamu hamba_hamba_Ku yang lain sambil memikul tumpukan dosa mereka yang menggunung ? Engkau Kuutus agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Jangan kau telantarkan harapan hamba_Ku yang tergelincir kakinya karena dosa."
Mendapat teguran langsung dari Allah tersebut, Rasullallah menjadi sadar akan kekeliruannya. Namun juga sangat gembira, karena berarti umatnya benar_benar dikasihi Allah dengan ridho dan amunan_Nya.
Kemudian Rasullallah memerintahkan para sahabat untuk mencari pemuda itu.
Setelah beberapa lama para sahabat itu mencari_cari, akhirnya mereka menemukan pemuda itu tengah bersujud dengan keadaan yang terlihat menyedihkan. Para sahabat itu memberi kabar bahwa dosa_dosanya telah diampuni. Kemudian diajaknya pemuda itu untuk menghadap Rasullallah.
Saat itu Rasullallah tengah melaksanakan shalat Maghrib. Kemudian para sahabat, dan juga pemuda itu, berbaris, makmum di belakangnya. Tatkala Rasullallah sedang membaca surat Atta_katsur, setelah Al_Fatihah. Tiba_tiba pada ayat "hatta zurtumul maqaabir" terdengar jeritan anak muda itu.
Setelah selesai sembahyang, Rasullallah dan para sahabat mengerumuni pemuda itu. Ternyata dia telah menghembuskan nafas, menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Penyayang.
Menurut riwayat tersebut, diterimanya tobat anak muda itu dan diampuni dosa_dosanya. Dalam Al_Quran dikumandangkan tentang kasih sayang Allah, yang ditegaskan melalui surat Al_Baqarah ayat 222 ; "Sesungguhnya Allah mencintai para durjana yang tobat, dan Allah mencintai orang_orang yang bersih."
Post a Comment for "Renungan Diri di Bulan Puasa"