Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Materi Seni Tari dan Seni Teater Semester genap SMK kelas 10

BAB 3

MATERI SENI TARI

ketelair.com

Hallo Sahabat, Kali ini penulis akan membahas tentang kritik terhadap karya seni tari. 

Pernahkah kamu menilai sebuah karya seni ? Apakah tujuan dari menilai sebuah karya seni ? 

Nilai estetis dalam karya seni tari merupakan hal yang sangat penting, dari nilai estetis sebuah karya seni seorang penonton dapat menikmati hal yang sulit diartikan dan memberikan kesenangan bagi penikmatnya. Tarian yang termasuk dalam kelompok pertunjukan merupakan tarian yang ditata secara khusus untuk dapat dinikmati nilai artistiknya. Nilai estetis dalam karya seni tari tidak hanya dilihat dari gerak tari itu sendiri melainkan dilihat dari berbagai aspek seni yang lain sebagai unsur pendukungnya. 

Pemahaman dari seorang kritikus seni, nilai estetis sangat dipengaruhi dari kepekaan rasa bagaimana penari dapat membawakan tarian dengan penuh penghayatan dan penjiwaan. Seorang penari dapat terlihat menarik karena kostum yang digunakan menarik, memiliki teknik menari yang baik, memiliki penampilan pribadi yang mengesankan, memiliki kepekaan yang baik dalam ritme dan musik. Keberhasilan koreografi yang tepat dan dapat menggugah emosi, baik pada penari itu sendiri maupun bagi penonton. 

Kepekaan estetis dapat diajarkan kepada siswa dan penari melalui praktek tari atau ketika mengoreksi gerakan yang dilakukan oleh siswa atau penari. Seorang guru atau penata tari mengajarkan bagaimana seorang penari dapat melakukan gerak dengan baik dengan penuh penjiwaan, saling mengisi dengan iringan musik. 

Bagaimana menari sambil menghayati dialog dan iringan musik yang disertai adanya nyanyian dari seorang sinden atau vokalis. Bagaimana memilih bentuk dan warna kostum yang sesuai dengan tarian tersebut, merias wajah, property tari yang digunakan dan sebagainya. Dari kemampuan tersebut seorang penari dapat memberikan saran atau kritikan kepada siswanya. Dengan begitu seorang siswa juga dapat memiliki bekal untuk dapat memberikan penilaian terhadap karya seni orang lain.

Banyak orang yang menduga bahwa bekal seorang kritikus adalah hanya pengetahuan. Kepekaan estetis merupakan sarana yang terpenting bagi seorang kritikus tari dalam melakukan tugasnya. Seorang kritikus seni harus dapat menulis dari hasil pengamatannya secara langsung apa yang terjadi di atas panggung atau pentas. Jika tidak, maka tidak dapat disebut kritikus tari, melainkan hanya sebuah esai atau artikel tari.

A. Deskripsi

Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada pengamat. Dalam mendeskripsikan karya seni, kritikus dituntut menyajikan keterangan secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni. Dalam seni tari, kritikus akan menguraikan bagaimana aspek penari, gerak, ekspresi, dan ilustrasi musik yang mengiringinya.

B. Analisis

Pada tahap analisis, tugas kritikus adalah menguraikan kualitas elemen seni. Pada seni tari akan menguraikan mengenai gerak, ruang, waktu, tenaga dan ekspresi pada karya seni tari tersebut. 

C. Interpretasi

Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini bukan sebagai proses penilaian.

D. Evaluasi

Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti menetapkan rangking sebuah karya dalam hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik dan faedah estetiknya. 

Ada beberapa cara pendekatan untuk menilai suatu karya seni, yaitu :

  • Pendekatan formalistik
  • Pendekatan ekspresivisme
  • Pendekatan Instrumentalistik

Sedangkan aspek yang diamati yaitu :

  1. Judul, tema dan pencipta tarian
  2. Jumlah penari
  3. Gerak tarian
  4. Bagian dari kostum
  5. Unsur artistiknya
  6. Pengiring tarian dan nama instrumen musik
  7. Properti tari.

Kritik tari diawali karena adanya pertunjukan atau pagelaran karya seni tari. Kritik berarti memberikan komentar terhadap karya seni, komentar terhadap karya seni memiliki daya (instruksi, mengingatkan, mengoreksi dan memberikan saran yang kuat terhadap karya seni). Di Indonesia kritik tari tidak banyak berkembang karena sedikit sekali orang yang menulis tentang seni pertunjukan. 

Dalam kritik tari banyak aspek yang harus diamati, diantaranya mengenai simbol, jenis, fungsi, dan nilai estetis itu sendiri. Seorang kritik tari adalah guru yang memberikan komentar terhadap karya seni, komentar tersebut idealnya lebih kepada resensi yang longgar dan mudah dibaca, deskripsi atau cerita, pengalaman pribadi, tidak tersangkut paut dengan pagelaran atau pertunjukan, kecuali menyebutkan judul tari yang dipentaskan. Kritikus akan menulis apa yang terjadi di atas pentas, yang dilihatnya dan yang dipahaminya akan dituangkan kedalam tulisan. 

Kegiatan yang dilakukan seorang guru tari untuk memberikan saran pada siswa yang sedang praktek gerak tari, warna kostum dan artistik penunjang, adalah merupakan pengajaran langsung terhadap siswa untuk dapat memberikan saran atau kritik terhadap karya seni orang lain. 

Kritik....., paling bermanfaat jika ditulis dalam bahasa yang mudah dimengerti !

BAB 4

MATERI SENI TEATER

Pementasan Teater

1. Menyusun Proposal Pementasan Teater 

Akhir dari merancang pementasan teater adalah seorang pimpinan produksi mengimplementasikannya dalam bentuk proposal pementasan. 

Proposal dapat diartikan sebagai pengajuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini, berfungsi untuk pihak-pihak yang memiliki legalitas dan membutuhkan kegiatan kerjasama, terutama dalam hal lampiran: perijinan, kemitraan, donasi, dan publikasi. 

Pembuatan proposal pementasan teater secara isi dapat dilakukan dengan strategis 5 W + 1H, yaitu;

  1. What, lakon apa yang akan dipentaskan? 
  2. Why, mengapa mementaskan lakon tersebut? 
  3. Who, siapa yang akan memainkan dan yang menggarapnya? 
  4. When, kapan akan dipentaskan? 
  5. Where, dimana kita akan pentas atau pementasan? dan 
  6. How, bagaimana cara melaksanakannya agar tercapai tujuan seni. 

doc. SMKN1Lelea

Dengan demikian didalam merealisasikan program dapat diajukan sejumlah pertanyaan seperti apa itu pementasan teater, Mengapa teater dengan lakon tersebut merasa penting untuk dipentaskan ? 

Merancang Pementasan

2. Pelaksanaan Merancang Pementasan Teater 

Pelaksanaan merupakan tahap kedua dalam prosedur merancang pementasan. Pelaksanaan pementasan teater mengandung pengertian sebagai suatu tindakan yang dilakukan seorang Pimpinan Produksi dalam upaya menyukseskan pementasan dengan pemanfaatan potensi yang ada dan memberdayakan peluang yang memungkinkan. 

Memanfaatkan potensi yang ada mengandung pengertian berupa dukungan moral, keuangan, guru, dan fasilitas sarana prasarana yang dimiliki sekolah termasuk partisipasi dari orang tua siswa harus benar-benar dijadikan sumber penting yang dapat menunjang keberhasilan pementasan. 

Pemberdayaan peluang yang memungkinkan adalah sikap optimis yang harus dirancang oleh seorang penggiat seni, yakni pimpinan produksi, tetapi dengan perhitungan secara efektif dan efisien. 

Peluang yang ada adalah menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang memungkinkan, yakni: para donator, dunia usaha dan lembaga pemerintah/ swasta dengan jalan kemitraan.

Dengan upaya menjalin kemitraan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pementasan yang tidak dimiliki panitia pementasan atau sekolah, diantaranya: pencarian dana, kerjasama sponsorship, publikasi dan kemudahan-kemudahan lain dalam memperlancar kegiatan administrasi pementasan. 

Pelaksanaan pementasan yang dilakukan panitia dan pementasan seni adalah dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Hal ini, membuktikan apabila diantara salah satu faktor terjadi kelemahan, pementasan teater dapat dikatakan gagal atau kurang berhasil.

Dengan demikian, dua faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan pementasan teater. Oleh karena itu kegiatan perencanaan dan kesiapan yang matang adalah kunci yang harus dilakukan oleh setiap pementasan dan pembelajar seni pementasan kesenian, termasuk pementasan teater di sekolah. 

Tujuan pelaksanaan adalah sebagai tolak ukur dari awal suatu keberhasilan pelaksanaan dalam pencapaian tujuan pementasan melalui serangkaian tindakan yang telah dan tengah dilakukan panitia pementasan. 

Apakah penonton telah terbina dan terjaring untuk datang menyaksikan pementasan ? 

Kalau terjadi pementasan dengan sepi penonton atau tidak ada penonton, perlu dievaluasi dan ditinjau kembali pelaksanaan publikasi dan pemasaran. 

Kurangnya pihak-pihak sponsor atau pun donator dalam kerjasama kemitraan, berarti perlu dikaji tentang timming atau waktu. 

Apakah dampak yang terjadi, akibat adanya kegiatan yang sama dengan kegiatan yang diselenggarakan orang lain sehingga pemberdayaan kemitraan tidak dapat diabaikan sebagai penunjang dalam merancang pementasan. 

Tujuan kegiatan pelaksanaan juga sebagai evaluasi awal sebelum pementasan sesungguhnya terhadap hal-hal yang akan dilakukan, hal-hal yang tidak pantas dikerjakan dan hal-hal yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. 

Penokohan

Dalam hal ini, baik tanggungjawab yang dilakukan pimpinan produksi maupun sutradara selaku penanggungjawab materi seni harus siap dengan tantangan yang ada dan selalu bersikap optimis dalam menghadapi keadaan.

3. Menyiapkan Materi Pementasan 

a. Menyiapkan Materi Teater 

Menyiapkan materi teater berarti segala hal persiapan yang dilakukan oleh penanggung jawab materi seni, yakni sutradara, pemain dan pendukung artistik pementasan dengan tujuan menciptakan pementasan teater yang bermutu hingga mendatangkan tanggapan positif dari penontonnya. 

Dalam hal ini, jelas seluruh pendukung pementasan teater, mau tidak mau harus bersikap konsekuen terhadap rencana produksi materi seni dan sejalan dengan rambu-rambu jadwal waktu yang telah ditetapkan. 

Rencana dan persiapan materi seni yang dikomandani sutradara, dituang dalam bentuk konsep garap untuk dijalankan, dihargai, dan disetiai oleh beberapa awak pendukung pementasan melalui proses produksi teater. 

Konsep garap teater berupa gambaran pementasan teater secara konsep atau secara tertulis, berisi: Judul garap, ide garap, tema garap, bentuk garap, sinopsis, susunan pemain, disain artistik dan analisis naskah atau lakon yang dibawakan. 

b. Menyiapkan Sarana Prasarana 

Sarana prasarana dalam merancang pementasan teater merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pementasan. Sarana prasarana ini meliputi pengadaan barang dan alat guna kebutuhan pementasan, diantaranya; tempat dan gedung pementasan, set panggung, lampu, kostum, peralatan pemain (golok, tombak, tapeng, gada, sampur, gondewa, panah, bakul, alat tenun, kursi singgasana, bale-bale, pohon-pohonan, dll). 

Untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana dalam bidang artistik, seorang penata biasanya melakukan pendataan barang dan alat yang dimiliki sekolah. 

Caranya dengan meminjam barang atau alat dari perorangan/ sanggar seni atau juga dengan sengaja barang dan alat yang dibutuhkan harus dibuat karena faktor kesulitan barang dan alat sulit di dapat. 

Tata Pentas adalah pementasan seni visual yang membantu menjelaskan suatu adegan da babak dalam membangun laku dramatik tokoh cerita di atas panggung. Tata Pentas merupakan ekspresi para penata artistik dengan melibatkan para pendukung dan pekerja panggung dalam mewujudkan pementasannya. 

Kegiatan para penata pentas dalam kreativitas seni, meliputi kegiatan penataan, sebagai berikut;

  1. Tata panggung, sebagai setting dan dekorasi panggung pementasan mengungkapkan; tempat, waktu dan kejadian peristiwa pementasan, biasanya dilakukan perubahan tata panggung setiap pergantian babak dalam cerita. 
  2. Tata lampu disebut juga tata cahaya dan efek pencahayaan berfungsi sebagai alat penerang juga memberi efek suasana adegan dan membangun atmosfir pementasan. 
  3. Tata rias dan busana, sebagai penguat, memperjelas karakter tokoh, baik secara fisikal, psikis, moral atau status sosial. - Tata properti, peralatan-peralatan pentas bersifat seperti tas, topi, cangklong, tongkat, gelas, piring dll. 
  4. Tata Musik, sebagai pengisi dan pembangun suasana pementasan melalui gending, musik, suara atau bunyi dan effek audio. 
  5. Tata Multimedia, sebagai pemanfaatan teknologi, seperti LCD, OHP. - Sound Enggenering, sebagai kelengkapan pementasan guna membantu mengeraskan dan mengharmoniskan suara. 
  6. Tata Pentas: Lampu, dan Rias dan Busana 

Unsur pementasan teater berikutnya adalah tempat pementasan berfungsi sebagai penunjuk ruang, waktu dan kejadian peristiwa pementasan, baik dalam suatu adegan atau babak pementasan 

c. Tempat dan panggung pementasan dapat dilakukan di dalam (Indoor) dan di luar gedung pementasan (Outdoor). 

Jenis panggung pada dasarnya dapat dibedakan antara lain: 

  • Panggung arena, panggung yang dapat dilihat dari semua arah penonton, biasanya pementasan teater tradisional. 
  • Panggung proscenium, atau disebut panggung di dalam gedung, yakni penonton hanya dapat menikmati dari arah depan (adanya jarak penonton dan tontonan) biasanya pementasan teater modern. 
  • Panggung campuran merupakan bentuk-bentuk panggung antara perpaduan panggung arena dan panggung proscenium, misalnya; Panggung bentuk L, U, I, Segi enam, segi lima atau setengah lingkaran. Biasanya panggung semacam ini dipergunakan dalam kepentingan showbiz, catwork (modeling). 

d. Menyiapkan Kemitraan Kemitraan adalah jalinan, hubungan, kerjasama yang dilakukan oleh seseorang atau suatu organisasi untuk bersama-sama mengikat diri dalam suatu kerja atau kegiatan. 

Kemitraan bersifat saling menguntungkan dan dibangun oleh suatu kepercayaan. Kemitraan akan tetap terbina dan terjaga apabila satu sama lain tidak merasa dirugikan atau satu sama lain sama-sama merasa diuntungkan. 

Modal kemitraan adalah kejujuran dan saling percaya. Persiapan untuk menjalin kerjasama atau kemitraan dalam pementasan teater adalah kejelasan maksud dan tujuan panitia pementasan terhadap calon yang akan diajak bermitra. 

Model kemitraan PT. Djarum

Kejelasan maksud dan tujuan pementasan teater dituangkan dalam bentuk pengajuan atau permohonan kerjasama yang disebut dengan proposal pementasan yang disusun pimpinan produksi berserta staf produksi. 

Proposal dan surat pengantar sebagai alamat tujuan bermitra, calon mitra dapat memahami maksud dan tujuan pementasan sekaligus mengetahui kebutuhan yang diharapkan oleh pementasan, apakah bantuan publikasi, bantuan percetakan, bantuan konsumsi, bantuan transportasi, bantuan dana, bantuan penjaringan penonton, bantuan fasilitas gedung, bantuan peralatan, atau berupa tawaran kerjasama sponsorship, kerjasama. 

Dengan demikian proposal yang sama dapat diberdayakan untuk kepentingan kebutuhan pementasan, tetapi dengan syarat isi surat pengantarnya harus dibedakan sesuai dengan kebutuhan atau keperluan panitia pementasan. 

Sebagai contoh, dalam melakukan kemitraan terutama menjalin kerjasama dengan pihak sponsor, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan yang disertai dengan beberapa penawaran alternatif ruang iklan serta panduan di dalam menyusun acara atau booklet dan leaflet. 

e. Menyiapkan Publikasi 

Publikasi merupakan upaya sosialisasi atau informasi kepada penonton yang dilakukan panitia non artistik mengenai pementasan teater dan kapan waktu pementasan teater diselenggarakan atau dipentaskan. 

Lain halnya dengan kegiatan publikasi teater perkotaan atau non tradisional dapat dilakukan dengan berbagai teknik informasi, antara lain media elektronik, seperti televisi, bioskop, radio. mass media, seperti koran, majalah, jurnal, poster, pamlet atau flayer, spanduk, baligo atau banner. 

f. Menyiapkan Penonton Penonton merupakan salah satu prasyarat di dalam pementasan, termasuk di dalamnya pementasan teater. 

Pementasan tanpa penonton, peristiwa pementasan tidak akan terjadi. Oleh karena itu, unsur penonton di dalam seni pertunjukan perlu mendapat perhatian. Perhatian disini bersifat saling membutuhkan. Panitia pementasan butuh penonton atau apresiator, juga sebaliknya penonton butuh materi seni teater yang dapat memuaskan atau memenuhi apa yang menjadi harapan penonton, yakni pementasan teater yang layak untuk dijual atau dipentaskan.

Menyiapkan penonton berarti pementasan seni harus siap melayani dan menerima kritik dari penonton. Pementasan tanpa kritikan adalah pementasan yang tidak membangun penonton untuk aktif di dalamnya. Kritik penonton sebagai respon penonton untuk mengambil bagian atau turut berpartisipasi dalam memahami dan memaknai pementasan yang disajikan.

Upaya-upaya dalam mempersiapkan penonton pada teater tradisional sangatlah berbeda dengan penjaringan penonton teater non tradisional. Perbedaan yang nampak yaitu teater tradisional undangannya bersifat lisan dari mulut ke mulut. 

Oleh karena itu teater tradisional dalam kaitan penonton cenderung tidak mengenal undangan atau selebaran cetak. Penonton teater tradisional datang bersifat spontan dan bersifat fanatik. Artinya, bahwa setiap kelompok seni, termasuk grup pementasan teater tradisional memiliki penonton yang fanatik tetap dan cenderung yang memiliki keterlibatan batin dengan penontonnya. 

Penonton teater tradisional, baik rakyat maupun istana dapat dikemukakan sebagai berikut, yakni:

  • Penonton diundang oleh yang mengadakan acara atau keluarga dan tamu undangan istana.
  • Penonton fanatisme kelompok teater tradisional, biasanya terjadi pada kelompok atau grup teater tradisional rakyat. 
  • Penonton spontan, biasanya para pedagang dan masyarakat sekitar yang sengaja membutuhkan jasa hiburan secara gratis dan peluang usaha. 

Lain hal dengan penonton teater pada umumnya, dapat dilakukan dengan cara kemitraan, publikasi, pemasaran ataupun undangan dengan cara membayar. 

Post a Comment for "Materi Seni Tari dan Seni Teater Semester genap SMK kelas 10"