Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag _ 7)


Adegan _ 6

Datang Pangeran Geusan Ulun, Nangganan, dan Terongpeot. Juga dua orang gulang_gulang Pengawal dan Uwak Batara Lengser. Setelah menyembah, gadis_gadis dan para satria keluar...........

Putri Harisbaya

Geusan Ulun
Gemuruh mereka pergi, dan hati seolah_olah terbawa oleh arus barisan mereka. Agak terobati pula segala cemas gelisah melihat kegairahan dan tekad para satria dibawah kebijaksanaan dan kepemimpinan Mamanda Sang Hyang Hawu sebagai tulang punggung negara. Tinggallah kita bertukar kata untuk menentukan langkah kita sendiri.

Nangganan
Itulah pula yang hamba pertimbang_timbangkan, Gusti. Langkah apa yang kita ambil agar kita berdiri kukuh menyambut segala kehendak Sang Hyang Tunggal dalam menentukan musim Kutamaya. (Datang Putri Harisbaya dengan iringannya). 

Ya, bagaimana kita akan menyingsingkan lengan baju untuk melindungi makhluk_makhluk lembut seperti Gusti Ratu dan gadis_gadis ini. Kita tahu bahwa Kutamaya merupakan suatu benteng yang terbuka bagi mata angin, dan kita dipaksa melawaan kelaparan kalau musuh sanggup mengepung dan memutuskan hubungan rakyat di luar puri. Siapa Sang Hyang Tunggal melumpuhkan Sang Hyang Hawu dalam membendung arus serangan Cirebon Raya. Semoga itu bayangan hati cemas belaka.

Harisbaya
Mamanda, mungkinkah mereka tiba di Kutamaya ? Bukankah mamanda Sang Hyang Hawu merupakan satu_satunya panglima yang belum ada tandingannya di seluruh tanah Jawa ?

Nangganan
Kemungkinan ada di tangan Sang Hyang Tunggal, Gusti. Dan kemungkinan tidaklah pernah memperhatikan keinginan atau harapan manusia. Kemungkinan selalu menurut kemauannya sendiri. Tak pernah memperdulikan harap, suka dan duka karena kemungkinan sendiri tidaklah berhati dan walaupun Sang Hyang Hawu seorang panglima yang ditakuti dia sekarang bukanlah seorang pemuda lagi. Medan perang adalah dunia para pemuda, Gusti dan kita tidah tahu apa_apa tentang jumlah musuh yang menyerang.

Harisbaya
Semoga pujangga dan para pohaci berdiri dipihak Mamanda Sang Hyang Hawu.

Geusan Ulun
Itulah sebenarnya pertanyaan manusia yang pertama_tama adakah yang berdiri dipihak para pujangga atau dengan para yang menentangnya ?

Nangganan
Tapi sekarang bukanlah waktunya lagi mencari_cari jawab teka teki yang diturunkan dari angkasa itu, Gusti. Di tangan Gustilah sepenuhnya nasib Kutamaya, nasib_nasib orang tua, wanita dan anak_anaknya. Hamba telah mengusulkan agar kita mengungsi ke Bukit Luhur yang tak mungkin diatasi.

Geusan Ulun
Mamanda, ceritakanlah pada hamba tentang Bukit Luhur itu !

Nangganan
Sebuah benteng alam perkasa yang dapat dipertahankan oleh tentara kanak_kanak sekalipun.

Geusan Ulun
Tapi bagaimana dengan pohon Hanjuang yang akan memperlihatkan segala alamat tentang hidup mati pasukan mamanda Sang Hyang Hawu ?

Nangganan
Gusti, Kalau pohon Hanjuang layu dan mati, dan sungguh_sungguh menyampaikan alamat buruk dari angkasa, dan kita harus berjuang mati_matian melawan musuh, dan siluman kelaparan sedang kalau kita mengungsi dan pohon Hanjuang memperlihatkan alamat baik apakah ruginya ? Kita cuma akan turun kembali ke Kutamaya setelah sama sekali terhindar dari marabahaya.

Terongpeot
Tentu saja kita akan membawa segala harta emas_intan, kita muatkan dalam kereta.

Geusan Ulun
Tentu kita harus meninggalkan pengintai disini !

Nangganan
Serahkan segalanya ke tangan Mamanda, Gusti. Hambalah yang akan menguruskan segalanya dan dengan tenang kita akan membakar dupa hingga kehendak sang Hyang Tunggal berlaku.

Geusan Ulun
Mamanda Nangganan dan Terongpeot, bahwa ancaman perang seperti ini pikiran bersama akan dapat lebih dipegang tinggi daripada pendapat seorang raja. Marilah kita berangkat dengan segera setelah kita siapkan segala isi istana.

Post a Comment for "PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag _ 7)"