Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag _ 6)

ilustrasi berperang

(Semua memindahkan senjata keikat pinggang sebelah kiri bagian depan).

Sang Hyang Hawu
Pohaci, pujangga dan para Gurindam berdiri dipihak Sumedang Larang !

Nangganan
Kiranya Kutamaya dan Sumedang Larang terperangkap ke dalam perang....... !!!

Kondanghapa
Sekarang marilah kita siap berangkat agar dapat mencapai perbatasan dalam waktu yang singkat.

Nangganan
Kita belum lagi menentukan siasat, mengapa pula harus berangkat ?

Terongpeot
Jangan lupa mengungsikan rakyat, harta, dan ternak dalam waktu yang singkat.

Nangganan
Sekarang marilah kita perhitungkan langkah yang akan kita injakkan ke muka. Hamba usulkan agar kita mengungsikan kerabat ke sebuah bukit di pegunungan timur, sebuah benteng alam yang bernama Bukit_Luhur. Di sana pula cita_cita akan segala daya.

Sang Hyang Hawu
Usul hamba adalah begini, kita jemput musuh ke perbatasan kita nantikan mereka ke dalam rimba.  Kita sebarkan tentara kita di semak_semak dan siang_malam kita mengintip menyerang mereka dengan tiba_tiba kalau mereka melalui jurang yang sempit.

Kondanghapa
Ya, penghuni anggkasa ! Rupanya kalian dilahirkan untuk saling bertentangan, serahkan saja segalanya pada Gusti untuk diputuskan.

Geusan Ulun
Dalam jari_jariku yang dingin dan gemetar ini terangkum nasib seluruh Sumedang Larang sepatah kataku, seucap perintah akan menentukan hidup dan matinya bujangga dan pohaci ! kalau kalian berdiri di pihak kami biarlah keputusan ini jadi titik tolak ke arah perdamaian dan kejayaan negara ! 

Sebagian tentara akan berangkat dengan mamanda Sang Hyang hawu dan mamanda Kondanghapa. Setengahnya lagi akan tinggal di sini di dalam benteng di balik dinding puri dan akan jadi penolong dan pembantu kalau pasukan pertama terpaksa mengundurkan diri.

Sang Hyang Hawu
Para pujangga dan pohaci telah bersabda melalui kata_kata Gusti.

Nangganan
Semoga para pujanggan dan pohaci yang membimbing Gusti dalam saat_saat yang menentukan ini.

Kondanghapa
Marilah kita bertindak sebelum musuh jauh bergerak.

Geusan Ulun
Wak Lengser, tibalah kiranya saat untuk membunyikan Goong keramat, biarlah panggilannya menggema dalam hati siapa saja yang cinta akan tanah airnya.

(Lengser pergi. Terdengar bunyi gong terus menerus). 

Mamanda, sebentar lagi mereka berkumpul. Marilah kita menjemput mereka di alun_alun.

Sang Hyang Hawu
Gusti, Pangeran Geusan Ulun. Sebentar lagi kami akan meninggalkan Gusti. Dan, di sini Gusti akan menunggu kami entah untuk beberapa lama akan menjadi mangsa kebimbangan dan kegelisahan. Karena itu hamba merasa perlu juga untuk berpesan agar meringankan Gusti nanti dari segala beban kecemasan. Semoga sang Hyang Tunggal dan Sunan Ambu jadi saksi bagi tiap kataku ini Gusti. 

Setelah hamba meninggalkan Gusti perhatikanlah sebatang pohon Hanjuang yang akan hamba tanam di sudut alun_alun Kutamaya.

Kalau pohon Hanjuang ini segar_segar, itu berarti bahwa hamba dan pasukan hamba dalam keunggulan dan kejayaan, namun sebaliknya, jika pohon ini layu dan mati itu berarti kami hancur dan dikalahkan. Dan segalanya akan terserah kembali kepada Gusti di sini.

Geusan Ulun
Mamanda Sang Hyang Hawu, hamba mendengar.......

Nangganan
Gusti, mereka sudah berkumpul. Marilah kita segera menyampaikan kata dan segera berbuat sebelum terlambat (mereka pergi).

Adegan _ 5

(Datang gadis_gadis istana berturut_turut makin lama makin banyak. tidak lama pula datang para satria dengan cara yang sama. Mereka berdiri berhadapan merupakan kelompok. Mereka bicara bersama_sama sebagai paduan suara, ataupun salah satu diantara mereka berlaku sebagai wakil dari yang lain)

Gadis_gadis
Apakah bunga_bunga yang tumbuh di hati kami dipetik maut selagi kuncup, pahlawan ? Mungkinkan segala mimpi yang gemerlapan akan tinggal berupa mimpi semata ?

Para Satria
Untuk jawaban itulah kami berperang. Apakah Sumedang Larang sanggup membuktikan serta mempertahankan keadilan dan kebahagiaan yang jadi buah mimpi rakyat untuk selamanya ?

Gadis_gadis
Sebentar lagi kalian akan berangkat, berjuang di tanah_tanah tidak dikenal. Mungkin hanya nama kalian saja yang kembali diusung angin dari bibir ke bibir. Dan, pahat bercuka akan mengukirnya pada hati kami yang ditinggal.

Para Satria
Ya, nama kami akan selalu kembali diucapkan oleh anak_anak cucu kami. Ditulis mereka dengan tinta kencana, karena apapun yang akan terjadi kami telah mencoba membangunkan suatu dunia yang lebih baik untuk dijadikan tempat hidup mereka.

Gadis_gadis
Terkutuklah kelahiran bangsa wanita, yang dinasibkan untuk mewarisi anak_anak dan menangisi keyatiman mereka.

Para Satria
Diagungkanlah kelahiran kaum wanita, wakil Sunan Ambu di muka bumi yang akan mengasuh dan membesarkan pahlawan_pahlawan yang mengusung amanat yang dititahkan Sang Hyang Tunggal.

Post a Comment for "PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag _ 6)"