Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TAMU DARI LUAR ANGKASA

makhluk luar angkasa

Begitu ayahnya keluar, Prim memakai jaket wool dan celana blue_jeans serta sepatu kanvasnya. Dengan anyaman kabel, alat yang seperti TV itu disandangnya. Alat yang seperti pistol di tangan kiri. Prim mematikan lampu kamar. Kamar gelap. Prim menunjukkan alat yang seperti pistol tadi ke arah lampu. Tangan kanan menyalakan lampu, lalu menekan sebuah tombol pada gagang alat itu. Matanya memperhatikan layar di depan dadanya.

Mula_mula gelap. Kemudian tampak lampu menyala. Aneh sekali, di layar alat Prim, cahaya kuning lampu itu, perlahan_lahan sekali meninggalkan bola lampu. 

"Ah, Prim_1 dan Prim_2 bekerja baik" gumam Prim sambil mengangguk_angguk. Alat yang seperti pistol yang dinamakan Prim_1 itu dibuka, dan Prim memperpendek sebuah kabel. kemudian lampu kamar ia matikan kembali.

"Akan kucoba !" kata Prim seorang diri. Rumah telah sepi, agaknya seisi rumah telah tidur. Hati_hati Prim membuka pintu. Menyelinap keluar, ke gang, menuruni tangga dan sampai ke pintu belakang. Pintu itu bisa dibuka tanpa berbunyi.

Tak lama kemudian Prim telah berjalan didalam gelap menuju ke bukit Radar. Ia tak memperdulikan hawa malam yang sangat dingin itu. Prim terus menerobos malam sampai akhirnya ia sampai pada puncak Bukit Radar.

Prim berhenti sebentar. Mengatur nafas. Puncak Bukit Radar itu berbentuk hampr bujur sangkar dengan sisi kira_kira seratus meter. Apakah betul dugaannya ? Prim jadi ragu_ragu sejenak. Ah, pasti betul. Ada sesuatu di otaknya yang membuat ia yakin bahwa betapapun anehnya dugaan itu, tetapi pasti betul.

Tadinya Prim akan memakai Geiger_counter untuk mencari pusat getaran aneh itu. Tetapi terpikir olehnya bahwa mungkin makhluk yang telah begitu tinggi ilmu pengetahuannya hingga bisa membuat pesawat yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, pastilah menganggap bahan bakar atom sudah kuno sekali. 

Prim menggunakan baterai nuklir untuk Prim_1 dan Prim_2. Dengan langkah tegak ia menuju ke tempat yang diperkirakan jadi tempat mendaratnya pesawat aneh itu. Jari telunjuknya menekan tombol pada Prim_1.

Tadinya tidak ada apa_apa. Gelap sekali di layar Prim_2. Kemudian datang cahaya samar_samar dari dari benda yang terletak di depan batu_batuan. Dengan sabar Prim mengacungkan gelombang, sementara angin malam menderu_deru di sekelilingnya. Puncak bukit itu tinggi sekali, lebih tinggi dari kubah Observatorium Bosscha atau antena penerima sinar laser.

Setengah jam lebih Prim berdiri di tempat itu. Kini keadaan di depannya telah tergambar jelas. Hampir Prim putus asa, ketika mendadak ia melihat suatu benda keputihan samar_samar. Mula_mula seperti kabut, makin lama makin jelas. Dada Prim berdebar keras. Betulkah itu yang dicarinya ?

Terlihat garis_garis sebuah benda yang mirip buah alpuket, berdiri. Kira_kira lima meter tingginya. Benda tersebut terletak 10.44 meter didepannya. Bahkan menyaring cahaya bergoyang_goyang yang berarti berkecepatan tinggi. 

Prim mengangkat muka, melihat ke depan, jarak kira_kira sepuluh meter. Dengan mata biasa tak terlihat apa_apa disana bahkan tanahnya seakan_akan tak terganggu.

Benda aneh itu terbuat dari logam putih mengkilap. Prim melihat sebuah jendela. Jantung Prim berdetak makin keras. Samar_samar dibalik jendela itu muncul sesuatu yang mirip wajah manusia !

Di bawah mata itu tidak ada hidung, kemudian tampak sebuah garis yang semestinya mulut. Aneh, telingapun tak ada ! Dan leher ke bawah sangat mirip dengan manusia. Bajunya terbuat dari semacam kain atau karet berwarna hijau, sangat lengket sekali, melekat di kulitnya. Langsing, tak tampak otot_otot menonjol. Pakaian itu juga menutupi kepala sampai ke batas dahi.

Makhluk itu mengangkat kedua tangan ke atas. Kemudian menyilangkannya di depan dada. Agaknya suatu tanda mengucapkan selamat datang.

"Siapakah kau ? Apakah.... apakah engkau bukan manusia ?" tanya Prim. Suaranya mendengung di dalam gelombang gelas yang dipakainya. Begitu ia membuka mulut, benda mirip komputer di samping makhluk itu menyala hijau seluruhnya, tetapi hanya beberapa detik. Makhluk hijau itu mengangkat tangan kirinya dan membuka mulut. Prim seolah_olah mendengar dia berkata "EgrunsSiegrrevin menum !"

"What are you saying ?" tanya Prim dalam bahasa Inggris. Hatinya telah tenang. Pastilah makhluk ini tak bermaksud jahat, siapapun dia.

"Isasan buorabra rebrecle carfefre" Makhluk tadi menyahut menunjuk pada alat seperti komputer tadi.

"Apakah aku harus bicara dengannya ? Prim menunjuk pada benda setiap ia bicara menyala hikau itu.

"Isasan, Gerheschu milkris nejope" dari benda itu si makhluk menarik sesuatu seperti kabel besar. Di Ujungnya terdapat mirip kop telepon. Si makhluk menunjuk pada Prim dan berkata "Folpriblu darksadu ismiso coblu mitogo. Orblospo thelobla seapi ofmo. Doegau ?"

"Doegsu !" Prim menjawab ngawur. Ia menduga bahwa kata terakhir itu berarti :mengerti ?.

Menyusun tampak pada wajah makhluk aneh itu. Ia mengulurkan tangan. Heran. Tadi ia berdiri kira_kira empat meter dari hadapan Prim, kini tiba_tiba saja ada di sampingnya dan entah dari mana sebuah benda mirip kursi juga muncul.

"Flutro hebaofy, hea. Jagymilo. Igo. Doegsu ?"

"Doegsu, Hea flutro hebaofy" Sahut Pram yakin. Dia duduk di kursi. Bila dugaannya tak salah, maka: Flutro hebaofy berarti "duduk disini"

Makhluk itu mengangguk_anggukan kepala, berjalan mundur, menembus tembok logam dan.... lenyap. Mata Prim terbelalak.

Begitu Prim duduk Ia merasakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Prim tak tahu mengapa ia merasa senang. Sayup_sayup terdengar beberapa kata dalam bahasa makhluk aneh itu agaknya. Sementara benda mirip komputer tadi seluruhnya menyala ungu. Otak Prim yang luar biasa mengerti. Benda itu menyalurkan pengetahuan bahasa makhluk pembuatnya kepada Prim !

Sekian.... !

Post a Comment for "TAMU DARI LUAR ANGKASA"