PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag. 3)
putri Harisbaya |
Adegan _4
Mereka menghunus senjata masing_masing. Mereka mundur dan bersembunyi di belakang semak_semak., bunga_bungaan, dan tiang_tiang besar di bagian belakang panggung. Datang Harisbaya bertelekung, diteruskan oleh Emban yang juga bertelukung, hingga wajah mereka tidak terlihat.
Emban
Bintang_bintang malam akan ketakutan bahkan oleh bayang_bayangnya sendiri dalam malam sebuas ini. Mereka akan tinggal dalam gua_gua masing_masing dengan perut hampa yang cuma berisi laparnya sendiri. Malam begini seram dan menakutkan. Sedang, Gusti manjaan isi negara, mengapa pula mengembarainya? Sedang malam_malam berbulan purnama sering sekali Gusti lewatkan dalam istana.
Harisbaya
Pulanglah, biarkan aku bebas malam ini, walau dalam lingkungan dalam pagar taman yang juga dipagari oleh berpucuk lembing di tangan para pahlawan.
Emban
Kemerdekaan bukan di sini, Ratuku. Kebebasan Gusti tinggalkan dalam Istana, dengan berratus dayang_dayang yang patuh dengan kursi beludru dan katil kencana dengan kekayaan berjuta dan ratnamutu dengan perhiasan emas, intan suasa. Maha besar ada dalam istana tempat Gusti memerintahkan seorang raja kuasa yang menyerah pada tusuk pandang mata Gusti. Marilah pulang dan bermanja_manja yang Gusti tinggalkan sejak pagi.
Harisbaya
Alangkah sederhananya dunia bagi orang semacam kau bagi siapa hidup untuk makan, lalu tidur untuk kemudian bangun kembali, dan kembali mencari makan. Demi para Pohaci di Khayangan, lebih baik aku berkawankan batu daripada orang yang tidak pernah mengerti bahwa dunia lebih luas dari lingkaran piring.
Emban
Gusti, ampunilah kelancangan bibi. Bibi hanya mengajak pulang, karena selama ini tak pernah Gusti keluar malam selarut ini, apalagi dalam cuaca tersiksa saat para siluman keluar mengembara. Adakah yang mentusahkan Gusti ? Katakanlah kepada bibi, bibilah pengganti ibunda Sari yang merindukan Gusti di negeri Pajang.
Harisbaya
O, siapakah di dunia ini yang sanggup menahan kekejaman nasib dan menderita cemoohnya sepanjang waktu ? Aku dilahirkan sebagai putri seorang raja dari negara besar maha raja, suatu kelahiran mulya, yang bahkan dipimpin oleh putri_putri bangsawan tertinggi ! Tapi semenjak aku ingat, aku hidup seperti tawanan belaka. Terkurung dalam benteng negeri Mataram. Waktu aku mulai tumbuh, seperti kuncup menuju bunga. Mereka memanjakan daku; kiranya seperti pada seekor Nuri. Burung jelita yang dapat ditukar dibeli sebagai tanda mata dan tanda persahabatan.
Siapakah yang tahan untuk selalu menjadi buah lelucon. Walaupun penghuni khayangan yang berkelakar ? Barangkali demikian sudah kehendak Sang Hyang Tunggal. Aku cuma dapat dinasibkan untuk berduka, untuk menangis dalam dunia dengan tertawa. Pernah aku melupakan segala kenangan ini dalam kemanjaan, kemewahan dan kekuasaan seorang ratu.
Emban
Marilah kita lupakan saja, Gusti. Marilah kita terima hidup dengan segala kebaikannya, kemewahan dan kesenangannya. Karena tak ada orang yang sanggup memutuskan mental nasib yang dijalin serta diikatkan pada kita oleh isi khayangan.
Harisbaya
Aku tak akan dapat melupakan kembali. Selamat tinggal "tidur nyenyak", selamat tinggal tempat palsu. aku cuma sebuah tanda mata seekor burung dara dalam sangkar kencana.
Emban
Mengapa Gusti berduka kembalu, setelah selama ini menerima segalanya dengan rela ? Mengapa dirobek lagi luka lama yang sudah berangsur melebur didalam waktu.
Harisbaya
Bukanlah kusayat luka lama, tetapi dua pandang tajam menusuk hatiku dalam_dalam. Dari bawah alis yang teduh sejuk. Dan aku untuk pertama kali menunduk ke bumi menemukan nasibku yang malang pada debu kaki Girilaya, suami yang memiliki daku sebagai tanda perdamaian dua negara.
Emban
Siapakah dia yang menghina Tuan Putri dan menyebabkan Gusti bersedih seperti ini ? Celakalah hendaknya dia !
Harisbaya
O, begitu lancang mulutmu ! Dia tidaklah berdusta. Cumalah hatiku yang tak bermalu memfitnah dia.
Emban
Siapakah dia, dari hidup siapa terbuat impian berpuluh putri. Dari nama siapa terjalin berpuluh lagu yang dinyanyikan gadis_gadis kepada malam ke dalam sunyi hati sendiri.
Harisbaya
Seorang muda belia, dari hidup siapa terbuat impian berpuluh putri dari nama siapa.
Emban
Katakanlah, bisikanlah kepada bibi andai tuan takut malam akan mendengarnya.
Harisbaya
Seorang gagah perkasa, seorang muda belia penghuni khayal gadis_gadis pujaan rakyat jelata, permata ibunda suri, dari puri Kutamaya. Prabu Sumedang Larang, Geusan Ulun Kartamala.
Bersambung ke adegan 5 (bag_4 / klik disini)
Post a Comment for "PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag. 3)"