Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengakuan Negara Asing yang Pertama terhadap Republik Indonesia

Setelah Perang Dunia ke II selesai, banyak negara yang semula dijajah menjadi merdeka. Banyak jalan yang ditempuh untuk mendapatkan kemerdekaan. Ada yang memperoleh kemerdekaan sebagai hadiah dari bekas penjajahnya, ada yang melalui perjuangan diplomasi, dan ada yang lewat perjuangan fisik.

Miss Deventry

Bagi negara yang merdeka karena hadiah dan diplomasi, mudahlah untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain. Tetapi negara yang merdeka lewat revolusi sangat tidak mudah memperoleh pengakuan itu.

Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 melalui perjuangan fisik tidak lepas dari kesulitan itu. Tanpa pengakuan dari negara lain kelangsungan hidup negara baru akan sulit. Maka negara baru itupun berdaya upaya mendapatkannya.

Dengan adanya proklamasi Republik Indonesia itu, Belanda yang semula menjajah Indonesia tidak mau tinggal diam. Setelah menerima penyerahan bekas jajahan dari tentara sekutu, ia segera melakukan aksi polisionilnya untuk melumpuhkan Republik Indonesia. Untuk menghalangi hubungan Republik Indonesia dengan negara lain, dilakukannya blokade yang juga mencegah mengalirnya bantuan.

Sidang Liga Arab

Walaupun blokade Belanda sangat berat, namun banyak pemuda Indonesia yang bermukim di luar negeri dengan serta merta membantu perjuangan di tanah airnya. Mereka membentuk kelompok_kelompok, menghubungi negara setempat untuk mendapatkan bantuan moril maupun materiil. Di Mesir, mahasiswa Indonesia menyebarkan penerangan tentang Indonesia kepada Liga Arab. Mesir, Siria, Irak, Libanon, Saudi Arabia, Yordania, dan Yaman adalah anggota Liga Arab yang segera memberikan pengakuan terhadap Republik Indonesia. Mereka tahu bahwa negara baru ini satu saudara dalam iman, berpenduduk 90% beragama Islam (saat itu). Dalam sidang yang dipimpin oleh Sekjen Abdul Rahman Azam Pasha, ditunjuklah Mohamad Abdul Moenem sebagai utusan yang akan menyampaikan pengakuan itu. 

Perjalanan dari Mesir hingga Singapura lancar, tanpa kesulitan yang berarti. Tetapi pada waktu akan memasuki wilayah Indonesia timbullah keragu_raguan. Manakah yang harus dituju ? Jakarta bukan lagi ibu kota Republik Indonesia akibat pendudukan Belanda, sedang untuk menuju Yogya ia harus menembus blokade yang sangat ketat, baik di darat, di laut, maupun di udara. Kota Yogya sendiri bagi Abdul Moenem, masih asing. Perwakilan negara Arab pada waktu itu berpegang teguh pada sopan santun hubungan antar negara, tidak berani menerbangkan ke Yogyakarta.

Penyelundupan

Sebuah gedung yang disewa oleh para pemuda Indonesia di Singapure selain digunakan sebagai gudang perwakilan yang resmi, juga merupakan markas penyelundupan. John Lie juga bermarkas di situ. Di gedung tersebut banyak dibicarakan dan direncanakan usaha penyelundupan orang, senjata, dan barang keperluan pemerintah Republik Indonesia. 

Sewaktu Abdul Moenem dalam kesulitan ia dibawa ke gedung tersebut. Kebetulan pula, baru datang dari daerah Republik seorang pejuang wanita. Ia berkebangsaan Amerika, tetapi sangat gigih berjuang di pihak Republik Indonesia. Dengan kecakapannya berbahasa Inggris ia menyiarkan ke luar negeri apa yang terjadi di Indonesia lewat radio Pemberontakan. Ia terkenal dengan sebutan "Sourabaya Sue".

Ktut Tantri atau Miss Deventry, demikian namanya, dengan keberanian dan kecerdasannya menyanggupi untuk menyelundupkan M. Abdul Moenem ke Yogyakarta. Karena perjalanan lewat laut sangat berbahaya, ia mengusulkan untuk menyewa kapal terbang negara netral.

Demikianlah perjalanan Abdul Moenem segera direncanakan. Untuk mengelabuhi mata pemerintah Belanda yang mempunyai perwakilan di Singapura, Ktut Tantri dan Abdul Moenem tidak berangkat lewat airport resmi. Kedua orang itu pada waktu menjelang subuh telah diselundupkan ke tengah lapangan terbang dengan bantuan pegawai lapangan.

Rupanya Dinas Rahasia Belanda telah mencium siasat ini. Ternyata Belanda mengirimkan agen_agen rahasianya. Hingga saat kapal terbang mulai start pun agen_agen Belanda itu tidak melihat keduanya.

Tetapi apa yang terjadi setelah kapal terbang mencapai titik lepas landasan ? Kapal terbang yang seharusnya lebih kencang meluncur, justru mengurangi kecepatan, bahkan berhenti sejenak. Setelah itu kembali lagi untuk melakukan start dan kemudian lepas landasan. Meskipun peristiwa itu jauh dari pengawasan agen_agen Belanda, namun kejadian itu ada yang melaporkan kepada Dinas Rahasia Belanda. Mula_mula memang tidak terjadi apa_apa. Tetapi setelah berada di atas laut Jawa, barulah diketahui bahwa Belanda telah mencium siasat Ktut Tantri. Pesawat pemburu Belanda mencegatnya di tengah perjalanan. Pilot pesawat sewaan tersebut, walaupun bukan militer, cukup tangguh menghadapi situasi gawat itu. Mula_mula terbang meninggi hingga tak terjangkau tembakan, kemudian menukik seolah_olah kena tembakan. Akhirnya terbang sangat rendah hampir_hampir menyentuh air. 

Karena mengira bahwa buruannya telah kena tembakan, pemburu_pemburu Belanda meninggalkannya. Selamatlah pesawat, pilot serta penumpang semuanya. Tetapi peristiwa akrobatik itu menyebabkan Ktut Tantri tidak lagi berdaya, mabuk dan lunglai. Kengerian selalu membayangi jiwanya, hingga ia jera, takut naik pesawat terbang lagi.

Pengakuan Resmi

Tiba di lapangan udara Maguwo kedua orang yang diselundupkan itu dielu_elukan para penjemput, terutama atas keselamatan dan keberhasilannya. Di istana Abdul Moenem kemudian dengan resmi diterima oleh Presiden dan Wakil Presiden, serta para Menteri. Maka dengan resmi pula surat pengakuan dari negara_negara Arab disampaikan. Pengakuan dari negara asing yang pertama tersebut merupakan pukulan yang berat bagi Belanda, karena mereka mengetahui akan akibatnya, bila hal itu sampai ke PBB. Demikianlah pengakuan yang pertama dari negara asing terhadap negara Republik Indonesia.

Post a Comment for "Pengakuan Negara Asing yang Pertama terhadap Republik Indonesia"