PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag.1)
Harisbaya |
BABAK 1
Adegan 1_Di taman Kaputren Cirebon / Malam hari / Kilat dan guntur
Penjaga 1
(mengarahkan tombak) Siapa itu ?
Penjaga 2
Damaikan hatimu, kawan. Seperti kau sendiri, aku pun hamba Sang Prabu Girilaya. Melangkahi malam dari ujung ke ujung sebagai penjaga permata negara, Harisbaya. Restu dari segala wanita jelita.
Penjaga 1
Malam ini adalah malam. Dimana jari_jari angin yang tajam dan dingin menyentuh_nyentuh tengkuk. Sedang bintang_bintang menutup kelopak mata tak sudi memandang bumi, selagi orang_orang jahat menemukan kesempatan yang baik untuk melampiaskan keangkaraan yang mengental dalam darah hitam mereka, dan menjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebih cocok bagi beragam duka dan derita.
Penjaga 2
Bukanlah malam yang gelap kelam, cumalah khayal seorang penakut yang menggelapkannya, lalu mengisinya dengan makhluk_makhluk mengerikan, yang sesungguhnya bertubuhkan bayang_bayang belaka.
Penjaga 1
Hatiku terbuat dari gumpal yang sama keras dengan hati yang kau pendam di dadamu, tapi malam_malam itu seolah_olah suatu rahasia yang akan terjadi. Kudengar burung_burung malam berulang_ulang berteriak bagai kesakitan, dengan tiap jeritannya malam bertambah berat, bertambah dalam dan sunyi. Danau_danau berbisik bagai beribu_ribu lidah, tentang sesuatu yang mengancam tapi dalam suatu bahasa yang tak dimengerti. Wahai ! rupanya ada suatu yang salah dengan angin, dengan guntur, dengan malam ini.
Penjaga 2
Kalau ada suatu yang salah di dunia ini, tiadalah lain kecuali dengan hatimu sendiri. Marilah kita berkeliling hingga bintang penghabisan kembali ke tempat peraduannya. Marilah kita cari kawan_kawan. Sementara itu, kau hunus senjata untuk menghadapi kekuatanmu sendiri.
(Kemudian Penjaga_Penjaga Pergi)
Adegan 2
Datang Pangeran Geusan Ulun, termenung_menung, diikuti oleh Uwak Batara Lengser, yang gelisah dan mencemaskannya.
Lengser
Gusti..................
Geusan Ulun
(kepada dirinya). Rekah bibirnya yang merah muda, adalah mawar yang bermusim abadi. Dialah penjelmaan Pohaci musim bunga, turun ke bumi menyebar warna dan wangi, dan seluruh gairahku ranum pada kedua belah dadanya.
Lengser
Gusti, Gusti. Langit yang amarah memperlihatkan muka hitamnya. sedang awan menjilat_jilat lidah api ke muka bumi. Guntur bergelegar mengguncang_guncang cakrawala. Mengusir bintang_bintang ke tempat_tempat bersembunyi. Mengapa ula Gusti masih mengembara ? Mengapa Gusti memasuki taman ini dimana maut senantiasa mengancam pada barang siapa yang masuk, siang maupun malam. Gusti. Gusti. Kalau Gusti Sang Geusan Ulun, dengarlah kata_kata Mang Lengser yang cemas.
Geusan Ulun
(kepada dirinya) Siapakah Geusan Ulun, siapakah dia ? Geusan Ulun bukanlah aku. Ia sudah tiada, lenyap bagai berbagai mimpi kecemasannya. Ketika dua bintang dengan kerling jelita mengisyaratkan padaku. Betapa sebenarnya hidupku ini.
Lengser
Demi kepala mang Lengser yang kosong. Gusti bersabda kepada malam karena tak ada sepatah kata yang masuk kedalam akal Mang Lengser.
Geusan Ulun
(kepada dirinya sendiri)
Geusan Ulun lama sudah tiada. Berangkat entah kemana. Di sini hanya bayang_bayangnya saja. Ataukah ini Geusan Ulun yang sebenarnya ? Terbangun dari pelukan tangan kasih untuk mengenal diri yang sesungguhnya ? Ataukah ada dua Geusan Ulun di bumi, ataukah ada sepuluh, seratus, atau beribu ? Memperebutkan sebuah hati ? Oh..., Berikanlah hatiku ini pada Geusan Ulun yang sanggup menghadapi segala_galanya.
Lengser
Gusti. Gusti. Kalau bukan Mang Lengser yang linglung, kita dekat sekali ke Kaputren. Tempat putri Harisbaya semayam. Kalau saja penjaga, seorang penjaga melihat kita, kita cuma akan keluar dari sini sebagai mayat belaka, Gusti. Gusti. Mengapa Gusti menentang bahaya dalam taman Prabu Girilaya ?
Geusan Ulun
Janganlah bertanya mengapa dan bagaimana ? Rupanya orang menjadi dungu ketika dia mengerti arti bahasa yang diucapkan oleh kerlingan mata.
Lengser
Gusti ! Penjaga...... !!!
Keduanya mencabut keris dan bergerak untuk mempertahankan diri.
BERSAMBUNG KE BABAK _ 3. (klik disini)
Post a Comment for "PANGERAN GEUSAN ULUN PRABU SUMEDANG LARANG (bag.1)"