Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JOKO BODO I (naskah drama komedi)


Joko Bodo I

Adegan intro : musik pembuka

Lagu terserah. Lagu mulai pelan. Para pemain memperkenalkan diri musik mulai keras.

ADEGAN I

Dalang ;
Alkisah pada suatu hari di sebuah dusun yang bernama Syahdu, salah satu pedukuhan yang terletak di gunung kembar yang gung_liwang_liwung, ada salah satu keluarga yang kehidupannya sangat memprihatinkan, sangat kekurangan, ya...... jelasnya melaratlah begitu. Keluarga ini hanya beranggotakan dua orang, yang satu bernama Joko Bodo umurnya kira_kira 10 tahun, dan kakaknya yang bernama Joko Wasis berumur 20 tahun. Joko Bodo dan Joko Wasis telah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya ketika mereka masih kecil. Saat umur berapa mereka ditinggal oleh kedua orang tuanya, pastinya saya tidak tahu sebab saya tak tertulis dalam naskah.

Joko Wasis ;
(masuk panggung diiringi musik bernada sendu)

Dalang ;
Sehabis makan Joko Wasis merenungkan nasibnya yang sengsara. Dia juga sangat kesepian karena sampai sekarang dia belum punya pacar. Dia sangat sedih, lebih_lebih jika teringat pada hutangnya yang menumpuk. Joko Wasis juga teringat akan adiknya yang bodoh, planga_plongo, idiot ! Meskipun demikian dia tidak terlalu larut dalam kesedihan. Bahkan, terkadang terlintas dibenaknya suatu keinginan untuk pergi ke kota mengadu nasib.

Joko Wasis ;
Pak dalang sudah ceritanya ?

Dalang ;
(tanpa menghiraukan) Meskipun tidak sekolah Joko Wasis tergolong pemuda yang cerdas.

Joko Wasis ;
Saya mau .........

Dalang ;
(tanpa menghiraukan Joko Wasis, dalang melanjutkan ceritanya) Oleh sebab itu dia punya keinginan untuk meninggalkan Dukuh Syahdu mengadu nasib di kota.

Joko Wasis ;
Mas Dalang, kapan saya bisa dialog, setiap saya mulai ngomong, mesti sampeyan rebut. Kalau begitu caranya, saya pulang saja. Ngapain disini, cuma planga_plongo tok. Nih kostumnya ! (membuka baju yang dikenakannya)

Dalang ;
Sebentar to, sebentar ! Begitu saja kok marah. Mbok sabar sedikit gitu lho. Ini belum saatnya kamu bicara.

Joko Wasis ;
Lalu kapan ? Ini aku nerves, demam panggung. Lo, malah ingin pipis nih.

Dalang ;
Sudah......., kalau sudah siap, silahkan ngomong !

Joko Wasis ;
(berpikir, mengingat naskah...... tapi lupa)

Dalang ;
Ayo bicara. Gimana kok macet ?

Joko Wasis ;
Waduh, sorry ya mas dalang. Tunggu saya baca naskah dulu. Sebentar !

Dalang ;
Woooo...... Dasar gemblung. Giliran ngomong malah lupa naskah huuuuu...... !
Joko Wasis ;
Kalau saya renung_renungkan, hidup saya seakan tidak ada kemajuan. Hidup kok cuma makan, tidur, bekerja, makan, tidur lagi, dan seterusnya. Apalagi kalau saya memikirkan nasib Joko Bodo, sudah wajahnya jelek, bicaranyapun tak jelas. Saya bingung, bagaimana seumpama besok saya tidak ada di sampingnya. Wah jika tidak berusaha mengubah nasib saya ini, barangkali sampai tua nanti tetap saja begini. Gusti tak akan mengubah nasib seseorang, jika ia tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri. Heh daripada hidup terus seperti ini, alangkah baiknya jika saya mengadu nasib di kota. 

Joko Bodo ..... ! Joko Bodo...... ! Kemarilah ! Kakang mau bicara !

Joko Bodo ;
Akang...... Acis, aku di ini !

Joko Wasis ;
Ngapain kamu di situ ?

Joko Bodo ;
Ocok li, akang !

Joko Wasis ;
Apa ?

Joko Bodo ;
Kecocok duri ! tahu?

Joko Wasis ;
Kesinilah ! Nanti saya obati.

Joko Bodo ;
Hi.... hi... hi.... akik, akang. Angang di embut, akang. Angang... angang.....!

Joko Wasis ;
Sudah diam sakitnya sebentar saja kok nanti kan tidak sakit lagi ! (sambil mencabut duri di kaki Joko Bodo. Duri berhasil dimbil)

Joko Bodo ;
E..... hoyeeee beacil. O ya, akang anggil Odo ada apa ?

Joko Wasis ;
Begini adikku Joko Bodo. Bagaimana menurut pendapatmu, seandainya kakang Wasis pergi ke kota untuk mencari pekerjaan ?

Joko Bodo ;
Oh.... agus, akang, agus !

Joko Wasis ;
Nanti kalau kakang sudah berhasil, kakang akan menjemput kamu di sini.

Joko Bodo ;
adi aku idak ikuk ? aku ama ciapa ? aku ikuk akang ! aku ikuk ! 

Joko Wasis ;
adik, kamu tak usah ikut ya? kamu di sini dulu ya ?

Joko Bodo ;
alo tak ica ikuk, akang tak oleh egi !

Joko Wasis ;
Ya sudah, aku gak jadi pergi. Sudah, kita tidur saja ya ? Mari kita tidur.

Joko Bodo ;
dak mau, aku ikuk, aku ikuk (Joko Bodo menangis)

Joko Wasis ;
Ya sudah, kamu ikut, tapi harus diam. Jangan menangis, Malu ah dilihat penonton tuh. (Joko Bodo menghentikan tangisnya). Nah gitu cakep kan kalau mau diam. Mari kita tidur nanti kita kemaleman sampai di kotanya. ayo tidur !

Joko Bodo ;
caya mau iduy, tapi .... tapi...... akang acis eloni aku !

Joko Wasis ;
Baiklah (menyanyi lagu nina bobo. Sampai Joko Bodo tertidur). Adikku Joko Bodo, sebenarnya kakang tidak tega meninggalkan kamu sendirian tapi ini terpaksa harus aku lakukan. Demi kehidupan kita, adikku. (pergi perlahan)

Joko Bodo ;
(bangun dari tidurnya). Akang Acis amu dimana ? Akang Acis amu egi ya ? Akang oong padaku, atanya mau ajak aku. Hi... Hi.... Hi.... (menangis).

(musik syahdu)

ADEGAN II

Joko Bodo ;
(terus menangis mencari Joko Wasis ke kota)

Dalang ;
Para penonton, begitu tangis Joko Bodo yang melengking dan menyayat_nyayat itu sampai juga terdengar ke kayangan. Singkatnya kayangan geger. Suasana panas dan gerah. Banyak para dewa menjerit kepanasan. Di sana digambarkan banyak Dewa yang telanjang dada karena kegerahan akibat tangis si Joko Bodo. Kecuali para Dewi tak berani telanjang dada karena takut kena Undang_Undang Pornografi. He... he.... he.... Untuk mengatasi masalah ini maka diutuslah Dewa Narada turun ke bumi.

Narada ;
Olek_olek olek njong legenjong waru doyong. E....bok abok. Bok abok nih beginilah beratnya jadi DPA_nya Dewa. Jika ada persoalan stabilitas kayangan, langsung saya yang harus mengatasi. Waleeh.... waleh..... waleh...... Apa yang menyebabkan kayangan jadi morat_marit kaya begini ? Saya akan turun ke bumi. Lo, kok ada bocah menangis berteriak_teriak. Rupanya ini yang menyebabkan suasana kayangan terusik. Mengapa tangisnya kok menggema sampai kayangan. Wah saya harus turun tangan. Saya harus turun secepatnya.

Joko Bodo ;
Akang Acis aku ikuk. Amu dimana akang ? amu dimana akang ? aku ikuk !

Narada ;
Jong_legonjong waru doyong ! Bok_abok ! Hey bocah cilik siapa namamu ? Kenapa menangis ?

Joko Bodo ;
Atu.... atu..... Odo Mbah ! atu dioongi Akang Acis. Atanya aku diajak ke ota. Tapi atu ditinggal.

Narada ;
Walah.... walah.... walah..... Bahasamu kok bahasa Jerman ? Aku tak mengerti.

Joko Bodo ;
Aku Joko Bodo Mbah. Aku dibohongi kakak saya. Katanya aku akan diajak ke kota tapi aku ditinggal. Ngerti ?

Narada ;
O...... o.... Begitu toh !

Joko Bodo ;
La Mbah ini ciapa kok dadndananya nyentrik ?

Narada ;
Woalah bocah bodoh seperti kamu kok tahu nyentrik. O iya, aku Narada dari kayangan.

Joko Bodo ;
Mbah tadi aik apa ? Kok au_au ada di ini ?

Narada ;
Aku tidak naik apa_apa. Aku hanya terbang.

Joko Bodo ;
O Mbah ebang ama uyung ya ?

Narada ;
Hus. Jangan ngomong burung ! Porno juga kamu ini.

Joko Bodo ;
Mbah, Akang Acis dimana Mbah ?

Narada ;
Sebentar, (Narada mengeluarkan kaca benggala) Tuh, kakangmu sedang menuju ke keraton Soko Bumi. Kamu lihat tidak ?

Joko Bodo ;
Ya Mbah. Aku ingin ucul, Mbah !

Narada ;
Usul ?

Joko Bodo ;
Nyusul kakakku !

Narada ;
Saya kira usul, ini kan bukan rapat kok mau usul. Usul Bahri po ? Sekarang kamu pergilah ke keraton Soko Bumi. Dan sebelum itu, kamu akan saya kasih pusaka. Pusaka ini bisa kamu gunakan apa saja.

Joko Bodo ;
Acih ya Mbah !

Narada ;
Iya sama_sama. Sekarang kamu pergilah ! Saya mau kembali ke kayangan.

Joko Bodo ;
Ati_ati ya Mbah !

ADEGAN III

Dalang ;
Demikianlah para penonton, setelah memberikan pusaka kepada Joko Bodo, Dewa Narada kembali ke kayangan dan langsung memberikan SPJ kepada pimpinan Dewa. Sekarang, di suatu tempat yang berbeda, tepatnya di kerajaan Soko Bumi telah terjadi peristiwa yang sangat memukul perasaan keluarga Prabu Cokro Buwono.

Prabu Cokro Buwono ;
(muncul memapah permaisuri yang sedang berduka, diiringi para emban dan para pengawal. Permaisuri tampak sedih). Sudahlah diajeng, janganlah kita terlalu hanyut dalam kesedihan ini, serahkanlah segalanya kepada Yang Maha Kuasa.

Permaisuri ;
(sambil menangis) Ampun sang prabu ! bagaimana hamba tidak bersedih ? kalau ternyata putri kita satu_satunya harus hilang tiada yang tahu.

Patih ;
Ampun gusti permaisuri, benar apa yang dikatakan gusti prabu Cokro Buwono, bahwa meskipun dalam keadaan duka, namun janganlah duka itu menjadi berkepanjangan, ingat kesehatan gusti permaisuri. Masih banyak hal yang perlu dipecahkan selain masalah ini. Hamba dan tumenggung Sarwo Mulek beserta kawulo kerajaan Soko Bumi tetap akan berusaha sekuat tenaga untuk membawa kembali gusti Raden Ajeng Dewi Retno Alium ke hadapan Gusti Prabu dan gusti prabu Permaisuri. Bukankah demikian Adi Tumenggung ?

Tumenggung ;
Benar gusti Permaisuri, kami telah memerintahkan para prajurit untuk menyebarkan sayembara ke pelosok desa di kerajaan Cokro Buwono.

Pengawal ;
Ampun Sang Prabu, Ada peserta sayembara yang menghadap !

Post a Comment for "JOKO BODO I (naskah drama komedi)"