Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DAHULU CANDI BOROBUDUR DIBANGUN DI TENGAH DANAU ?

sumber://wikipedia

Dalam harian "Algemeen Handelsblad" di Den Haag, tanggal 9 September 1933, seorang penulis Belanda, W.O.J. Nieuwenkamp, mengemukakan suatu hipotesa tentang candi Borobudur yang cukup menggemparkan perhatian kalangan sejarawan dan peminat di masa itu. Dalam hipotesanya ia mengemukakan, bahwa candi Borobudur dibangun di tengah_tengah danau yang kini telah mengering.

Selain seorang penulis, W.O.J. Nieuwenkam juga terkenal sebagai seorang arsitek, pemahat, pelukis, dan seorang etnolog. Ia tidak pernah menetap di Indonesia, tetapi minatnya yang begitu besar pada kesenian Indonesia menyebabkan ia berkali_kali mengunjungi Indonesia.

sumber:pinterest 

Pada akhir 1932, selama tiga bulan ia mengunjungi Bali dan Borobudur. Sebagai seorang arsitek dan pemahat, telah lama ia tertarik pada monumen itu. Sebelum itu, pada awal tahun 1932, ia pernah menulis artikel tentang monumen tersebut di majalah "Nederlands Indiee Oud en Nieuw". Dalam tulisannya itu antara lain mengatakan, bahwa candi Borobudur itu bangunan raksasa yang melukiskan bentuk bunga teratai, untuk menghormati Maetreya, tokoh Budha di masa yang akan datang yang menurut mitologi diceritakan lahir dari bunga teratai, sebagai bunga lambang kesucian dalam agama Budha. Bertitik tolah dari pendapat tersebut ia kemudian menduga bahwa candi Borobudur dahulu bercat putih, dan dibangun ditengah_tengah danau, sebagai bunga teratai putih yang menyembul di atas permukaan air.

Kalau kini kita berkunjung ke Borobudur, dan dari puncak stupanya kita layangkan pandangan ke daerah sekitar candi, maka akan timbul kesan, bahwa candi Borobudur dibangun di atas bukit kecil di tengah_tengah daratan yang berbatasan dengan deretan bukit_bukit. Kesan inilah yang mengembangkan daya fantasi Nieuwenkamp sampai pada hipotesanya, bahwa candi Borobudur tersebut dahulu dibangun di tengah_tengah danau.

Sebagai seorang seniman, daya fantasi Nieuwenkamp memang hebat. Kalau kita ikuti fantasi Nieuwenkamp tersebut, maka di sana dahulu akan terlihat dan menyaksikan suatu panorama Borobudur yang bukan main megah dan indahnya. Bayangkan, andaikata kita berdiri di tepi danau itu, dan kita layangkan pandangan ke tengah danau, maka akan tampak Borobudur putih yang berdiri megah, berkaca dengan tenangnya di air danau yang jernih membiru. Semuanya begitu harmonis, dengan hutan_hutan sekitarnya yang hijau lebat, dan sawah ladangnya yang luas menguning. Sedang pegunungan Menoreh, Gunung Sumbing, Merapi dan Merbabu biru kelabu melingkunginya. Laksana surga yang tergantung menyejukkan.

Untuk membuktikan kebenaran hipotesanya, Nieuwenkamp lalu melakukan penelitian lebih lanjut. Di awal tahun 1937, dengan bantuan para Geolog Belanda di Jawa, dari Dinas Topografi di Jakarta, dan dari Dinas Pertambangan Bandung, dilakukan penelitian di daerah sekitar Borobudur. Dengan mempelajari tinggi_rendah tanah daerah tersebut dan mencari teras_teras kuno tepi danau, mereka berusaha merekonstruksi bentuk dan batas danau tersebut.

Dari hasil penelitiannya, Nieuwenkamp menegaskan kembali kebenaran adanya danau. Ia mengatakan, bahwa hampir seluruh teras tepi danau kuno di sebelah tenggara yang pernah disebut oleh Prof. Dr. L.M.R. Rutten, kini berhasil ditemukan. Hanya luas danau itu ternyata lebih kecil dari apa yang diduga sebelumnya. Lebarnya hanya satu kilometer, sedangkan panjangnya tiga kilometer.

Disamping itu terbukti juga, bahwa Borobudur tidak terletak pada sebuah pulau, tetapi terletak pada ujung tanjung atau tanah yang menjorok jauh ke tengah danau. Ada tanah sempit yang menghubungkan pelataran Borobudur dengan tempat ditemukannya sisa_sisa bekas biara kuno di sebelah barat laut Borobudur. Meskipun demikian bila Borobudur dilihat dari arah tertentu, masih tampak seperti berdiri di atas pulau di tengah_tengah danau.

Dengan mempelajari nama desa di sekitar Borobudur itu Nieuwenkamp berusaha membuktikan bahwa daerah tersebut dahulu menunjukkan kaitannya dengan air, seperti : Desa Sabrang Rawa yang artinya seberang rawa: Bumi Segara yang artinya tanah laut. Selanjutnya terdapat pula nama desa Tanjung dan Tanjungsari, yang mengingatkan kita pada tepi danau yang menjorok ke tengah. 

Post a Comment for "DAHULU CANDI BOROBUDUR DIBANGUN DI TENGAH DANAU ?"