Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MURTAD DAN JADI PENDETA, ABDUL WADUD KARIM AMRULLAH/ADIK BUYA HAMKA

ADIK BUYA HAMKA YANG MURTAD & MENJADI PENDETA
[ WILLY AMRULL ]

Buya Hamka

Buya Hamka _ Lelaki itu bernama Haji Abdul Karim Amrullah. Ia sangat familiar, terutama dikalangan masyakarat Minangkabau. Karena tak hanya menjadi pemuka agama di Minangkabau, Haji Abdul Karim Amrullah adalah salah satu pendiri Al-Munir (baca: majalah). Kiprahnya sebagai ulama tak diragukan. Ia adalah tokoh yang sangat pintar dan disegani masyakarat Minangkabau.

sumber/wikipedia/willy amrull

Bahkan, pada 15 Januari 1919, Haji Abdul Karim Amrullah mendirikan Sumatera Thawalib, sekolah Islam modern pertama di Indonesia.
Ketika istri pertamanya, Raihana meninggal di Mekkah, dia menikahi Safiyah yang tak lain adalah adik Raihana itu sendiri. Pada 17 Februari 1908, mereka dikaruniai seorang putra, yakni, Abdul Malik Karim Amrullah (1908-1981), penulis Tafsir Quran Al-Azhar itu. Orang-orang menyebutnya, Hamka.

Ketika berusia 19 tahun, Hamka punya adik baru, Abdul Wadud Karim Amrullah (kerap disingkat, Awka) yang tak seibu. Karena selain memperistri Safiyah, Haji Rasul juga menikahi Siti Hindun. Dari rahim perempuan inilah, saudara tiri Hamka itu dilahirkan.
Jalan hidup tidak ada yang tahu. Ketika dewasa, Hamka memilih menjadi ulama seperti ayahnya, namun Awka justru memilih menjadi pendeta Kristen.

Seperti dilansir dari Sejarah RI, Hamka dan Awka tumbuh sebagai pribadi muslim yang taat dan patuh terhadap ajaran agama. Awka diketahui sangat menyayangi ayahnya. Ketika ayahnya sedang sakit di masa senja, dia sering membantunya untuk melaksanakan ibadah salat. Mulai dari urusan wudhu hingga menghadap kiblat. Bahkan ketika ayah mereka, Haji Rasul hendak menghembuskan napas terakhir pada 2 Juni 1945, Awka lah orang yang menuntunnya untuk membacakan syahadat.

"Saya mengucapkan kalimat syahadat sebagai kata penghabisan dari saya untuk melepasnya,” kenang Awka dalam otobiografinya, Dari Subuh Hingga Malam: Perjalanan Seorang Putra Minang Mencari Jalan Kebenaran (2011).

Patah hati setelah ayahnya meninggal, kurang lebih empat tahun setelah ayahnya meninggal, pada Februari 1949 Awka pergi merantau ke Rotterdam menggunakan kapal MS Willem Ruys yang berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok.

Di kapal tersebut, dia bekerja sebagai tukang cuci. Namun ketika sampai di Belanda, ternyata dia masih terus melanjutkan perjalanan. Ia memutuskan berpetualang ke berbagai penjuru negeri. Diantaranya adalah Amerika Selatan, Afrika, dan Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, ia memutuskan untuk menetap di daerah San Francisco, California.
Setelah dua tahun tinggal di sana, dia mendapat kejutan. Pada 1952, Hamka, kakak tirinya datang mengunjunginya. Selain untuk melepas rindu, Hamka juga hendak mencarikan pekerjaan yang mapan bagi sang adik. Buya Hamka dikenal sangat menyayangi adiknya. Dan berkat bantuan kakaknya, dia bisa bekerja pada lembaga Indonesia Supply Mission yang berada di New York dan kemudian di kantor Konsulat RI di San Francisco.

Hamka bercerita dalam Empat Bulan di Amerika (1953) kalau Awka di kalangan teman-temannya sudah akrab disapa Willy.
Dia menulis, "Di Amerika, dipakainya nama ala Barat, Willy Amrull."

Di negeri rantau itu, Willy jatuh hati kepada salah seorang perempuan cantik, Sawitri yang tak lain adalah putri Duta Besar RI untuk Amerika, Ali Sastroamijoyo.
Namun cintanya kandas lantaran Sastroamijoyo tak merestui. Pada 1957, dia menikahi janda empat anak asli Amerika. Namun sayang, pernikahannya dengan perempuan itu hanya bertahan selama 5 tahun.

Tak patah semangat, Awka mencari cinta yang baru dan ia baru menikah lagi pada tahun 1970 dengan gadis blasteran Indonesia-Amerika bernama Vera Ellen George.
Karena ingin menjadi istri Awka, perempuan itu pun bersedia masuk Islam. Maklum, karena Awka adiknya Hamka, tokoh Islam yang suaranya sangat dipertimbangkan di kalangan muslim Indonesia. Selain itu, Awka memang muslim yang taat.

Sejak 1962 dia aktif dalam berbagai agenda religi yang dilaksanakan oleh Islamic Center di Los Angeles. Dan, pada tahun itu pula dia mendirikan Ikatan Masyarakat Indonesia (IM) di California.

Awalnya, Vera mau mengikuti agama Awka dan ia pun resmi menjadi mualaf. Pada 1977, mereka pindah ke Bali.
Di Pulau Dewata inilah, entah karena dorongan sang istri, Awka pun mulai meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen.

Hingga puncaknya pada tahun 1981, keduanya memutuskan pindah ke Jakarta. Tahun 1983, Awka resmi dibaptis oleh Pendeta Gerard Pinkston di Kebayoran Baru. Setelah dibaptis, mereka pindah lagi ke Amerika Serikat.

Di sana, dia diangkat sebagai pendeta di Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII) di California. Sejak itulah dia sah menjadi gembala, istilah teologis dalam agama Kristen untuk para pengabar Injil.

Hidup sebagai seorang gembala, dia harus menyebarkan kabar kekristenan ke berbagai belahan dunia. Hal ini membuatnya memutuskan datang ke kampung halamannya, Minangkabau pada tahun 1986.

Namun, disana ia tidak diterima dengan baik dan misinya di sana berakhir sedih. Awka disangkutpautkan dengan “kasus Wawah”, gadis 17 tahun bernama Khairiah Enniswah (yang akrab disapa, Wawah).

Pada tahun 1999, dirinya jadi perbincangan ramai karena Kasus Wawah yang menghebohkan masyarakat Sumbar. Pada kasus tersebut, Pendeta Willy alias Awka bersama Yanuardi Koto menjadi "aktor" penting dalam upaya kristenisasi di Ranah Minang. Dalam peristiwa yang menghebohkan tersebut, Wawah, seorang siswi, diculik dan dibaptis lalu juga ada yang memperkosanya. Kasus tersebut kemudian disidangkan di Pengadilan Negeri Padang.

Maka, untuk menghindari ketegangan tersebut, Awka memilih untuk menghilang, dan kembali ke Amerika untuk menyelamatkan diri.
Itulah kali terakhir dia menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya sendiri. Karena sejak itu dia tak pernah pulang ke Indonesia dan meninggal di California, 25 Maret 2012.

Terimakasih, semoga bermanfaat.

Post a Comment for "MURTAD DAN JADI PENDETA, ABDUL WADUD KARIM AMRULLAH/ADIK BUYA HAMKA "