Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CERPEN MALAM SYAHDU DIUJUNG KALI

ilustrasi gambar warung perkampungan

    Malam, rumah, gerimis... Kulangkahkan kakiku pelan_pelan. menyelusuri ringkih jalan tanah yang teduh. Aku amati setiap gerak dan bayang. Warung kecil diujung jalan itu masih tampak redup. Mula_mula tidak tampak orang menunggu kopi pesanan siembok disitu. Namun kuperhatikan warung kecil dan beberapa orang duduk di bangku tua yang kurus.

    Makin lama makin aku perhatikan. tampak bahwa penjaga warung sedang menggoreng pisang. Diatas tungku batu. Agaknya kayu bakarnya kering benar karena api berkobar besar. Dua orang duduk dibangku asyik bercakap_cakap sambil makan juadah. Seorang menghirup kopinya yang panas. Seorang lagi duduk bersandar, menikmati rokoknya, entah apa yang ada dibenaknya, sambil menerawang kadang_kadang. Di meja tampak beberapa piring penganan. Wah.... asyik benar pemandangan malam ini. Desa yang damai. Sebuah perkampungan tanpa aliran listrik.

    Desa diujung jemari Dewi malam yang kelam. bergeliat perlahan namun sunyi. Sekelam nasib orang_orang yang terjajah karena miskin dan buta. Akh, kulanjutkan kumanjakan jua daripadanya, sebuah mata mengamati, kucing kurus kering mengelingkar dalam hangatnya tungku jauh_sedang jaraknya. dibawah kursi yang tidak terpakai dipojok warung. Aku tahu, ia menggeliat menambah syahdunya malam itu.

    Malam masih rintik_rintik, kucoba membaringkan tubuhku yang ringkih diatas kasur bekas dekat penjaga warung. Rasanya baru kemarin aku luangkan waktu untuk berpikir membangun desa. Lupakan, lupakan......., hatta, kupesan kopi pahit pada siembok. Biar hangat tubuh tua ini. Biar mengusir kantuk yang bergelayut. Biar pula pikiran berbiar liar. Sambil diam_diam kulempar kantukku pada mata terbelalak, karena di sudut hutan kecil kutemui sesosok bayang. Kulebarkan mataku untuk menangkap sosok itu. Hatta, Seekor satwa malam melekat pada pohon Johar. Ia ikut pula menyaksikan malam syahdu itu seolah ingin kupeluk serta untuk mendapat kehangatan. Orang menyebutnya Burung Hantu. namun penduduk disekitarnya terlanjur percaya bahwa ia menitipkan pesan bila ia bersuara "titip anak_anakku" Sudah barang tentu penduduk disekitarnya menganggap ia perpesan agar memelihara alam. Hutan yang terjaga dan lestari menjadikan dambaan seluruh penduduk desa ini. 

Akh, rupanya hari menjelang pagi. Kokok ayam jantan menyadarkan aku pada sebuah malam, agar segera bergegas pulang. 

    Esok kan kulanjutkan berpikir, sambil kulangkahkan kakiku pulang ke rumah setelah aku membayar secangkir kopi dan panganan tradisional itu. Dalam langkah pulang aku masih memikirkan betapa alam sekitar ini sudah terseret jaman yang tak bersahabat satu dengan yang lain. Antara makhluk Tuhan. Antara makhluk_makhluk yang nampak di depan kita. Akh, tak guna menanggung hari yang sunyi. 

Mari kita bercakap_cakap. pada orang_orang di warung, pada pohon, pada malam, pada bintang malam yang terbelenggu hujan. Pada bergulung_gulung dalam benak gumpalan asap putih dapur menari. Menanti candaan dan ilustrasi sajak malam ini. (conny_abdull/28/01/21)

Post a Comment for "CERPEN MALAM SYAHDU DIUJUNG KALI"