Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MENGELOLA INFORMASI DALAM CERAMAH

Ceramah tidak harus berteriak

Ceramah apa saja yang telah kamu dengarkan pada hari ini? Memang kehidupan kita tidak bisa lepas dari mendengarkan atau “tiada hari tanpa menyimak”. Tidak salah juga apabila setiap hari kita banyak menyimak ceramah. Dari situlah kita memperoleh banyak pengetahuan dan wawasan. Di sekolah dan di lingkungan masyarakat, perbanyaklah menyimak ceramah karena bermanfaat dan sangat sayang jika dilewatkan!

Teruslah menyimak ceramah walaupun banyak godaan dalam suasana menyimak ceramah tersebut. Sesekali, kamu pun dapat bergiliran menjadi penceramah.

Untuk membekali kemampuanmu, pada bab ini kamu akan belajar:
  1. menyusun bagian-bagian penting dari permasalahan aktual;
  2. menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan dalam ceramah; dan
  3. mengonstruksi ceramah tentang permasalahan aktual dengan memperhati-kan unsur kebahasaan dan struktur yang tepat.
ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Yang menyampaikan adalah orang-orang yang menguasai di bidangnya dan yang mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang. 

Medianya bisa langsung ataupun melalui sarana komunikasi, seperti televisi, radio, dan media lainnya.

Selain itu, ada pula yang disebut dengan pidato dan khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di antara keduanya.
  1. Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada khalayak untuk berbuat sesuatu.
  2. Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan.
Menemukan Kalimat Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah

Teks pidato ataupun ceramah, dibentuk oleh kalimat yang panjang-panjang. Hal itu karena kalimat-kalimatnya dibentuk oleh gabungan dua buah kalimat atau lebih. Hasil penggabungan itu kemudian membentuk kalimat baru. Salah satunya berupa kalimat majemuk bertingkat.

Adapun yang dimaksud dengan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa dan hubungan antara klausa tidak sederajat. Salah satu unsur klausa ada yang menduduki induk kalimat, sedangkan unsur yang lain sebagai anak kalimat.

Kalimat majemuk bertingkat terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut;

1. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.

Contoh:
  • Ia terlalu bekerja keras sehingga jatuh sakit.
  • Penjelasan diberikan seminggu sekali sehingga anak-anak dapat mengerjakan tugas-tugas mereka dengan teratur.
2. Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan.

Contoh:
  • Kejelasan PSMS Medan berhasil mempertahankan kemenangannya dengan memperkokoh pertahanan mereka.
  • dengan cara menggendongnya, anak itu ia bawa ke rumah orang tuanya.
  • Pemburu itu menunggu di atas bukit dengan jari telunjuknya melekat pada pelatuk senjatanya.
3. Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah olah, seakan-akan.

Contoh:
  • Keadaan di dalam kota kelihatan tenang, seolah-olah tidak ada suatu apa pun yang terjadi.
  • Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.
  • Ia pun menghapus wajahnya seakan mau melenyapkan pikirannya yang risau itu.
4. Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.

Contoh:
  • Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
  • Para tamu sudah siap, sedangkan kita belum siap.
5. Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya. 

Contoh:
  • Tempat ini licin, makanya Anda jatuh.
  • Yang datang berwajah seram, makanya saya lari ketakutan. 
6. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.

Contoh:
  • Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang pelajar teladan.
  • Kebun ini telah dibersihkan ayah, yaitu dengan memangkas dan menebang belukar yang tumbuh di sekitarnya.
  • Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut. 
7. Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang. 

Contoh:

  • Pamannya yang tinggal di Bogor itu, sedang dirawat di rumah sakit. 
  • Istrinya yang datang bersama dia itu, seorang insinyur.
  • Laki-laki yang berbaju putih itu adalah kakekku dari Ibu. 
Apabila kamu perhatikan dengan cermat contoh-contoh di atas, ketahuilah bahwa teks ceramah memiliki bagian-bagian tertentu, yang meliputi bagian pembuka, isi, dan penutup.

1. Pembuka
Berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan pembicara tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan isi dalam teks eksposisi, yang disebut dengan isu.

2. Isi
Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan pendahuluan atau tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumen pembicara.

3. Penutup
Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya

Berikut contoh analisis struktur untuk teks di atas.

a. Pendahuluan
Bagian itu mengenalkan permasalahan utama (tesis), yakni tentang menurunnya kesantunan berbahasa masyarakat.

b. Isi (Rangkaian Argumen)
Teks tersebut merupakan salah satu bagian dari argumen pembicara tentang menurunnya kesantunan berbahasa masyarakat.

c. Penutup (Penegasan Kembali)
Bagian tersebut merupakan suatu simpulan, sebagai hasil penalaran dari penjelasan sebelumnya. Hal ini ditandai oleh kata-kata yang berupa saran-saran yang disertai pula sejumlah alasan.

Mengidentifikasi Kaidah Kebahasaan dalam Teks Ceramah

Sebagaimana jenis teks lainnya, ceramah pun memiliki karakteristik tersendiri yang cenderung berbeda dengan teks-teks lainnya. Merujuk pada contoh-contoh di atas bahwa teks ceramah memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut;
  1. Menggunakan kata ganti orang pertama (tunggal) dan kata ganti orang kedua jamak, sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama, yakni saya, aku. Mungkin juga kata kami apabila penceramahnya mengatasnamakan kelompok. Teks ceramah sering kali menggunakan kata sapaan yang ditujukan pada orang banyak, seperti hadirin, kalian, bapak-bapak, ibu ibu, saudara-saudara.
  2. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik yang dibahas. Dengan topik tentang masalah kebahasaan yang menjadi fokus pembahasanya, istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut adalah sarkastis, eufemistis, tata krama, kesantunan berbahasa, etika berbahasa.
  3. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi (sebab akibat). Misalnya, jika... maka, sebab, karena, dengan demikian, akibatnya, oleh karena itu. Selain itu, dapat pula digunakan kata-kata yang yang menyatakan hubungan temporal ataupun perbandingan/pertentangan, seperti sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun.
  4. Menggunakan kata-kata kerja mental, seperti diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan.
  5. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus.
Mengonstruksi Ceramah

Untuk bisa berceramah dengan baik, alangkah baiknya apabila kita menyiapkan teks tertulisnya terlebih dahulu. Kita menyiapkan bahan bahannya agar penyampaian materi ceramah bisa lebih lancar dan menarik.

Menentukan Aspek-Aspek yang Disunting dalam Teks Ceramah

Adapun langkah-langkah penyusunannya dimulai dengan menentukan topik dan tujuan, menyusun kerangka ceramah, menyusun teks ceramah berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, hingga menyunting teks ceramah.

1. Menentukan Topik

Beberapa topik yang dapat dijadikan bahan ceramah adalah: 
  • pengalaman pribadi,
  • hobi dan keterampilan,
  • pengalaman dalam pekerjaan,
  • pelajaran sekolah atau kuliah,
  • pendapat pribadi,
  • peristiwa hangat dan pembicaraan publik,
  • masalah keagamaan,
  • problem pribadi,
  • biografi tokoh terkenal, dan
  • minat khalayak.
2. Merumuskan Tujuan Ceramah

Ada dua macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 

a. Tujuan umum 

Ceramah biasanya dirumuskan dalam tiga hal yaitu memberitahukan (informatif), memengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif).
  1. Ceramah informatif, ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Misalnya, ceramah tentang peranan para pelajar pada masa perang kemerdekaan, posisi Indonesia di kancah internasional.
  2. Ceramah persuasif, ditujukan agar pendengar mempercayai, menyetujui, atau bahkan mengikuti ajakan pembicara. Misalnya, ceramah tentang cara-cara hidup sehat dan menjaga kesehatan lingkungan.
  3. Ceramah rekreatif, ditujukan agar pendengar merasa terhibur. Karena itu, ceramah ini banyak diwarnai oleh humor, anekdot, ataupun guyonan-guyonan yang memancing tertawa pendengar.
b. Tujuan khusus 

Ialah tujuan yang merupakan rincian dari tujuan umum. 
Tujuan umum lebih informasional, lebih jelas, dan terukur dalam pencapaiannya.

Berikut contoh hubungan topik, tujuan umum, dan tujuan khusus. 

Topik : Keragaman budaya daerah
Tujuan umum : Informatif (memberi tahu)
Tujuan khusus : Pendengar mengetahui bahwa:
1) setiap daerah memiliki budaya yang khas;
2) dalam budaya daerah terdapat nilai-nilai kehidupan yang bisa kita petik.

Topik : Manfaat penghijauan
Tujuan umum : Persuasif (mengajak)
Tujuan khusus : 
1) Pendengar memperoleh keyakinan tentang manfaat penghijauan.
2) Pendengar mau mengikuti program penghijauan dengan baik.
3. Menyusun Kerangka Ceramah

Kerangka ceramah merupakan rencana yang memuat garis-garis besar materi yang akan diceramahkan. Kerangka ceramah bermanfaat dalam memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur, menghindari timbulnya pengulangan pembahasan, serta membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.

Kerangka ceramah yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

a. Ceramah meliputi tiga bagian pokok, yaitu pengantar, isi, dan penutup.
b. Maksud dari ceramah diungkapkan dengan jelas.
c. Setiap bagian dalam kerangka ceramah hanya memiliki satu gagasan. 
d. Bagian-bagian dalam kerangka ceramah harus tersusun secara logis.

4. Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka

Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka menjadi naskah ceramah yang utuh dan lengkap. Namun bersamaan dengan itu, perlu dilakukan pemahaman dan pengahayatan terhadap bahan-bahan yang ada, yakni dengan jalan:
a. mengkaji bahan secara kritis,
b. meninjau kelayakan bahan dengan khalayak (audiensi),
c. meninjau bahan yang kemungkinan menimbulkan pro dan kontra, 
d. menyusun sistematika bahan ceramah, dan
e. menguasai bahan ceramah berdasarkan jalan pikiran yang logis.

Menyampaikan Hasil Suntingan dengan Memperhatikan Struktur dan Kebahasaan

Penyuntingan tidak hanya berkaitan dengan ejaan ataupun dengan penulisan kata. Penyuntingan juga berkaitan dengan susunan kalimat dalam paragraf dan susunan paragraf di dalam keseluruhan teks. Hubungan kalimat dengan kalimat harus padu, saling berhubungan. 
Dalam suatu teks tidak boleh ada kalimat yang menyimpang dari pokok pembahasan. Demikian halnya dengan penyusunan paragraf, semuanya harus saling berkaitan dan mengusung satu tema sama. Penyuntingan bertujuan untuk menyempurnakan atau untuk mengurangi kekeliruan-kekeliruan yang mungkin terjadi dalam suatu teks. 

Oleh karena itu, seorang penyunting setidaknya harus:
  1. mengetahui cara penulisan karangan yang baik,
  2. memahami masalah yang dibahas dalam karangan itu, serta memahami aturan - aturan kebahasaan, seperti masalah ejaan dan tanda baca.
Kegiatan penyuntingan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut;
  1. Penyiapan teks (ceramah) yang akan disunting.
  2. Penyediaan bahan-bahan pemandu penyuntingan, seperti pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan kamus. Selain itu, bahan-bahan tersebut harus disesuaikan dengan karangan yang akan disunting. Kalau itu berupa naskah ceramah, bahan pemandunya adalah buku tentang teknik penulisan ceramah.
  3. Mencermati bahan suntingan secara cermat, baik itu berkenaan dengan cara penyajian isi maupun bahasanya.
  4. Memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam bahan suntingan secara benar dengan berpedoman pada sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Sekian, semoga bermanfaat !

Post a Comment for "MENGELOLA INFORMASI DALAM CERAMAH"