Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BERMAIN DRAMA

Pada bab terakhir ini, kamu akan mempelajari dan mementaskan sebuah drama. Drama adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan ke-hidupan dan watak melalui tingkah laku acting atau dialog yang dipentaskan.

Untuk membekali kemampuanmu, pada bab ini kamu akan belajar:

1. mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton;
2. mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau yang ditonton secara lisan;
3. menganalisis isi dan kebahasaan dalam drama yang dibaca atau ditonton; dan
4. mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memperhatikan isi dan kebahasaan.

Mengidentifikasi Alur Cerita, Babak Demi Babak, dan Konflik dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton

Pernahkah kamu mementaskan sebuah drama di sebuah gedung atau di depan kelas? Mementaskan drama dapat membuat kita mengenal berbagai macam karakter. Meskipun karakter yang dimunculkan dalam sebuah drama adalah karakter rekaan atau berdasarkan khayalan si penulisnya, ada juga karakter yang dibuat berdasarkan kisah nyata, yaitu kisah seseorang yang dialihkan ke dalam sebuah tulisan terutama naskah drama. Hal itu tentu saja diceritakan sesuai dengan kisah asli hidupnya.

Memahami Struktur Drama yang Dibaca atau Ditonton

Sebagaimana jenis teks lainnya, drama terdiri atas bagian-bagian yang tersusun secara sistematis. Susunan bagian-bagian drama tersebut sebenarnya merupakan salah unsur drama pula, yakni yang biasa disebut dengan alur. Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Ketiga bagian itu diapit oleh dua bagian penting lainnya, yakni prolog dan epilog.

  1. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
  2. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
Selain kedua hal di atas, dalam drama terdapat dialog. Dialog dalam drama meliputi bagian orientasi, komplikasi, dan resolusi (denouement). Bagian-bagian itu terbagi dalam babak-babak dan adegan-adegan. Satu babak biasanya mewakili satu peristiwa besar dalam dialog yang ditandai oleh suatu perubahan atau perkembangan peristiwa yang dialami tokoh utamanya. Adapun adegan hanya melingkup satu pilahan-pilahan dialog antara beberapa tokoh.

Struktur Drama

1. Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.

2. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.

3. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan. Pengarang dapat mempergunakan teknik flashback atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.

Kata Drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya’. Drama berarti ‘perbuatan, tindakan atau action’. Drama dapat pula diartikan sebagai sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh yang berisi konflik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Pengertian lain, drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik), serta disaksikan oleh penonton.

Terdapat beberapa bentuk drama, di antaranya, adalah sebagai berikut;

1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
   a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
    b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.

2. Berdasarkan sajian isinya
   a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan pertikaian diantara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
   b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
    c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3. Berdasarkan kuantitas cakapannya
    a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
    b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
    c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.

4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
    a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
    b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.
    c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.

5. Bentuk-bentuk lain
   a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, dan tematik.
     b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
    c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18).
    d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
    e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.
   f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
   g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
   h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di perdesaan).

Mengidentifikasi Unsur-unsur Drama

Berikut paparan lebih lengkap tentang unsur-unsur drama;

1. Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana didalam naskah drama.
   a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalamnaskah drama, seperti di rumah, medan perang, di meja makan.
   b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
  c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misalnya, dalam budaya Jawa, dalam kehidupan masyarakat Betawi, Melayu, Sunda, Papua.

2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut.
    a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil)
Tokoh ini yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu.
    b. Tokoh idaman (the type character)
Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji.
    c. Tokoh statis (the static character)
Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita.
   d. Tokoh yang berkembang. Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke karakter berkhianat, dari yang bernasib sengsara menjadi kaya raya, dari yang semula adalah seorang koruptor menjadi orang yang saleh dan budiman.

3. Dialog
Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.
   a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
    b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.

4. Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Tema jarang dinyatakan secara tersirat. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus memahami drama itu secara keseluruhan.

5. Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu kepada pembaca/penonton. Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi drama.

Menelaah Bagian-Bagian Penting dalam Naskah Drama yang Dibaca atau Ditonton

Untuk menulis naskah drama, sekurang-kurangnya kita dapat menggunakan tiga sumber, yakni dari karya sudah ada, semacam dongeng, cerpen, ataupun novel. Bisa juga berdasarkan imajinasi dan pengalaman sendiri ataupun orang lain. Membuat naskah drama dari karya yang sudah ada tidak begitu sulit. Hal ini karena ide cerita, alur, latar, dan unsur-unsur lainnya sudah ada. Dalam hal ini, kita hanya mengubah formatnya saja ke dalam bentuk dialog. Seperti yang kita ketahui bahwa ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya yang semua berbentuk dialog. 

Oleh karena itu, tugas kita dalam hal ini adalah mengubah seluruh rangkaian cerita yang ada dalam novel kedalam bentuk dialog. Selain itu, kita bisa menggunakan pengalaman. Kita akan mudah menceritakannya ke dalam bentuk drama karena kejadiannya teramati, terdengar, dan bahkan terasakan secara langsung. Karangan itu akan lebih lengkap karena melibatkan banyak indra, tidak hanya penglihatan ataupun pendengaran, tetapi juga indra-indra lainnya. 

Oleh karena itu, daripada berpayah-payah, jadikanlah pengalamanmu sebagai bahan untuk menulis drama.

Caranya adalah sebagai berikut;
  1. Daftarkanlah pengalaman-pengalamanmu yang paling menarik.
  2. Pilihlah satu pengalaman yang memiliki konflik yang kuat dan melibatkan cukup banyak tokoh.
  3. Catatlah nama-nama tokoh beserta karakternya. Jelaskan pula latarnya, baik waktu, tempat, dan suasananya.
  4. Catat pula topik-topik yang akan dikembangkan dalam drama tersebut.
  5. Kembangkanlah topik-topik itu ke dalam bentuk dialog.
Naskah drama juga dapat bersumber dari peristiwa sehari-hari. Peristiwa itu ditata dan diperkaya dengan inspirasi dan imajinasi kita sendiri. Dengan demikian, untuk menuliskannya, kita pun bisa mengawalinya dari perilaku yang biasa kita alami atau kita saksikan sendiri. Perilaku itu, misalnya, ketika beradu tawar dengan penjaga kantin, memohon izin pada guru untuk memperoleh dispensasi sekolah, menyambut kedatangan tamu, membagikan sumbangan kepada para korban bencana alam.

Menampilkan Seorang Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau yang Ditonton

Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku yang dipentaskan oleh para pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun sebelumnya oleh penulis naskah. Ide penyusunannya bias berdasarkan pemikiran sang penulis. Dapat pula ide itu diambil dari cerpen, novel, dan karya-karya lainnya yang sudah ada sebelumnya. Langkah-langkah menulis naskah drama tidak jauh berbeda dengan ketika menulis teks lainnya. Hal pertama yang perlu kita tentukan adalah tema atau pokok permasalahan (konflik) yang akan diungkap dalam drama tersebut. Misalnya, tentang cinta, tragedi kemanusiaan, dan konflik sosial.

Berikutnya adalah pengumpulan bahan. Berbeda dengan ketika menulis teks nonfiksi yang harus bersifat faktual (nyata), bahan untuk drama bisa berupa hasil imajinasi atau paduan dari fakta dan imajinasi. Bisa juga merupakan saduran dari karya-karya yang sudah ada, misalnya dari dongeng, cerpen, novel, hikayat, atau pengalaman nyata.

Supaya hasilnya lebih menarik dan apik, kita juga perlu menyusun kerangka atau stuktur alur ceritanya, yang meliputi prolog, orientasi, komplikasi, resolusi, dan epilognya. Alur cerita kemudian dikembangkan ke dalam cerita drama secara utuh. Selama proses pengembangan, kerangka tersebut bisa saja berubah. Sebabnya, bisa jadi selama proses tersebut, muncul inspirasi-inspirasi baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Terkait dengan penyusunan dialog, di samping kita dapat membagi kedalam beberapa babak dan adegan, ada tiga elemen yang tidak boleh dilupakan. Ketiga elemen tersebut adalah tokoh, wawancang, dan kramagung.

  1. Tokoh adalah pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa protagonis atau antagonis.
  2. Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita.
  3. Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring).
Menganalisis Isi Drama yang Dibaca atau Disimak

Adapun yang dimaksud dengan tema adalah gagasan umum dalam suatu drama yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau penonton. Tema juga dapat diartikan sebagai inti atau ide dasar sebuah drama. Dari ide dasar itulah kemudian drama itu terbangun. Tema merupakan pangkal tolak pengarang atau sutradara dalam merangkai cerita yang diciptakannya. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Berdasarkan keluasan tema itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni tema utama dan tema tambahan.

  1. Tema utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama.
  2. Tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.
Tema-tema itu biasanya tidak disampaikan secara eksplisit. Setelah menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan drama, kita akan dapat menemukan tema drama itu. Kita harus menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan. Walaupun tema dalam drama itu cenderung “abstrak”, kita dapat menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau rangkaian adegan yang saling terkait.

Menganalisis Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Disimak
Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang tersaji didalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula pada bagian prolog dan epilognya. Fitur-fitur kebahasaan pada drama memang memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.

Lain halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan.
Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan.

Berikut contoh-contohnya;
• Ah, ya!
• Ampun seribu ampun!
• Bagus! Bagus!
• Atas dasar kekuatan!
• Jangan khawatir
• Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan.
• Sri .... Ratu Dara?
• Bagaimanakah keadaan mereka?
Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut;

1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).
Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.

2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.

4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.

Memahami Teknik dan Langkah-Langkah Pementasan Drama

Mementaskan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di dalam naskah drama kedalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain. Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan.

Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah membaca dan memahami naskah drama. Naskah drama adalah karangan atau tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan pelengkap lainnya (kostum, lighting, dan musik pengiring). Dalam naskah drama, yang diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca naskah drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan.

Dengan demikian, secara umum ada dua langkah utama yang harus kita lakukan ketika akan mementaskan drama adalah sebagai berikut;

1. Memahami naskah dan karakter tokoh yang akan kita perankan, yakni melalui dialog-dialognya serta kramagung atau petunjuk laku yang dinyatakan langsung oleh pengarang.

2. Memerankan tokoh dengan memerhatikan aspek lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik, dan gerak-geriknya.
  • Lafal adalah cara seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa. Aspek ini penting kita perhatikan guna kejelasan makna suatu kata.
  • Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya harus menggunakan intonasi yang berbeda. Intonasi kalimat untuk menyatakan kegembiraan juga berbeda dengan kalimat yang bermakna kecemburuan.
  • Nada/tekanan adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat. Kata yang ingin diperjelas maksudnya mendapat tekanan lebih kuat daripada kata lainnya.
  • Mimik adalah ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan.
  • Gerak-gerik adalah berbagai gerak pada anggota badan atau tingkah laku seseorang dalam menyatakan maksud tertentu. Bentuknya, misalnya, anggukan kepala, menggigit jari.
Mendemonstrasikan Naskah Drama dengan Memperhatikan Isi dan Kebahasaan

Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku yang dipentaskan oleh para pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun sebelumnya oleh penulis naskah. Ide penyusunannya bias berdasarkan pemikiran sang penulis. Dapat pula ide itu diambil dari cerpen, novel, dan karya-karya lainnya. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, dan pertanyaan.

Teks drama juga memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut;
1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsikronologis).
2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.

Untuk membantu kamu dalam mempelajari dan mengembangkan kompetensi dalam berbahasa, pelajari peta konsep di bawah ini dengan mengklik disini !

Post a Comment for "BERMAIN DRAMA "