SEMESTA BERPESTA [sebuah esai pencinta alam]
Semesta rimba |
Semesta rimba raya...........
Berpelukan menangis haru
Bukan teramat sedih dibuai angin kumbang
Pesolek cicit bercengkrama pada dahan yang kokoh...
Membuai memimpi pagi hari...
Cakrawala berawan ditembus panah mentari ramai ramai
Warnanya bergelimang memutar membalik menari lagi
Ia berpesan bahwa esok air laut saudaramu akan naik kelas..
Ia tiada lagi dihinakan limbah..
Namun semesta bercengkrama menjadikannya koor..
Aku bangga padamu
Wahai makhluk yang bernama manusia
Tetap jaga beningnya rindang rimbun menghijau membiru mentari menari melenggok lestari...
Lestari
Namun dibalik riuh rendah pribumi
mengagung penciptaan alam, menabung kecintaan pada bumi
tanah beserta isinya
air beserta keajaibannya
udara bersih membersihkan sesak dada
terluka kabar menganga duka
teman setia tlah tiada
punah digerus keserakahan
siapa nyana orang kota tega, yang didatangkan dari negara kaya
memperkosa kandungan bumi isinya
hutanku, bungaku, lestariku ternoda
terkoyak kesabaran penghuni
tercabik keteguhan didiri
teringat damai yang dikhianati
pendusta berlapis_lapis dosa
Akh, surgaku hilang
alamku melayang
syetan laknat menyembunyikan harta_harta pribumi
bumi pertiwi melimpah emas permata
primadani rumput hijau menggiurkan
kini seketika dikoyak habis, tanah dibalik, semburat tersembunyi mulai terkuak
emas_emas berterbangan menguak terbawa angin surgawi
hatta, tergoda pada yang tiada abadi
bermil_mil jarak perjalanan
dan, pribumi berkhianat berkeliaran
seakan_akan tak pernah tahu negeri melegenda sejarah kelam
bahwa bumi bisa saja berputar
memutar signal mengembalikan badai
bencana banjir menjadi ancaman
bencana angin menjadi topan
bencana air laut diniscayakan
gunung_gunung menyimpan pembalasan
sisi gelap manusia menjadi ada
untuk segera melengkapi hati
pengantar wejangan hidup mengayun_ayun
mengajak ia turut serta
tak berdaya dibelenggu godaan
buldozer dan pengeruk biangkerok luka_luka
dikendalikan manusia tiada beradab
dimanakah hati nurani ?
sadar duka ibu pertiwi
semoga gelap mata_mata terbelalak
yang pada hakikat diri menyadari
khilaf segeralah tumbuh
sanubari terpatri terngiang setiap helaan nafasnya....
tergores sudah mata hati
tertutup mata uang didepan mata
tertutup ribunnya tumpukan harta
yang kelak pasti tiada tersisa
dihabiskan entah untuk apa
percayalah........, ia membelot padamu
membusur terpana hati, camkan !
sebab hatimu terbuat dari batu
yang terus_menerus membawa ketidaktenangan
akan segera menumpuk resah....
gelisah tidak mungkin dihilangkan
berkhianat pada diri sendiri
akan menyebabkan kematian dini
selamat, wahai orang kota yang didatangkan dari negara kaya
kini, alamku murka.....
Berpelukan menangis haru
Bukan teramat sedih dibuai angin kumbang
Pesolek cicit bercengkrama pada dahan yang kokoh...
Membuai memimpi pagi hari...
Cakrawala berawan ditembus panah mentari ramai ramai
Warnanya bergelimang memutar membalik menari lagi
Ia berpesan bahwa esok air laut saudaramu akan naik kelas..
Ia tiada lagi dihinakan limbah..
Namun semesta bercengkrama menjadikannya koor..
Aku bangga padamu
Wahai makhluk yang bernama manusia
Tetap jaga beningnya rindang rimbun menghijau membiru mentari menari melenggok lestari...
Lestari
Namun dibalik riuh rendah pribumi
mengagung penciptaan alam, menabung kecintaan pada bumi
tanah beserta isinya
air beserta keajaibannya
udara bersih membersihkan sesak dada
terluka kabar menganga duka
teman setia tlah tiada
punah digerus keserakahan
siapa nyana orang kota tega, yang didatangkan dari negara kaya
memperkosa kandungan bumi isinya
hutanku, bungaku, lestariku ternoda
terkoyak kesabaran penghuni
tercabik keteguhan didiri
teringat damai yang dikhianati
pendusta berlapis_lapis dosa
Akh, surgaku hilang
alamku melayang
syetan laknat menyembunyikan harta_harta pribumi
bumi pertiwi melimpah emas permata
primadani rumput hijau menggiurkan
kini seketika dikoyak habis, tanah dibalik, semburat tersembunyi mulai terkuak
emas_emas berterbangan menguak terbawa angin surgawi
hatta, tergoda pada yang tiada abadi
bermil_mil jarak perjalanan
dan, pribumi berkhianat berkeliaran
seakan_akan tak pernah tahu negeri melegenda sejarah kelam
bahwa bumi bisa saja berputar
memutar signal mengembalikan badai
bencana banjir menjadi ancaman
bencana angin menjadi topan
bencana air laut diniscayakan
gunung_gunung menyimpan pembalasan
sisi gelap manusia menjadi ada
untuk segera melengkapi hati
pengantar wejangan hidup mengayun_ayun
mengajak ia turut serta
tak berdaya dibelenggu godaan
buldozer dan pengeruk biangkerok luka_luka
dikendalikan manusia tiada beradab
dimanakah hati nurani ?
sadar duka ibu pertiwi
semoga gelap mata_mata terbelalak
yang pada hakikat diri menyadari
khilaf segeralah tumbuh
sanubari terpatri terngiang setiap helaan nafasnya....
tergores sudah mata hati
tertutup mata uang didepan mata
tertutup ribunnya tumpukan harta
yang kelak pasti tiada tersisa
dihabiskan entah untuk apa
percayalah........, ia membelot padamu
membusur terpana hati, camkan !
sebab hatimu terbuat dari batu
yang terus_menerus membawa ketidaktenangan
akan segera menumpuk resah....
gelisah tidak mungkin dihilangkan
berkhianat pada diri sendiri
akan menyebabkan kematian dini
selamat, wahai orang kota yang didatangkan dari negara kaya
kini, alamku murka.....
Post a Comment for "SEMESTA BERPESTA [sebuah esai pencinta alam]"