Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MUSIKALISASI PUISI Punah karya Sutan Takdir Alisjahbana


 

Punah 
karya Sutan Takdir Alisjahbana

Punahlah engkau segala yang lesu

Aku hendak melihat

Api hidup dahsyat bernyala,

Menyadar membakar segala jiwa

Aku hendak mendengar

Jerit perjuangan garang menyerang

Langit terbentang hendak diserang

Aku hendak mengalami

Bumi berguncang orang berperang

Urat seregang mata menantang


Apresiasi Puisi

Puisi Punah menceritakan tentang perjuangan yang harus dihadapi dan ketika manusia lesu maka kita akan kalah atau punah.

Arti dari larit ‘Jerit perjuangan garang menyerang/ Langit terbentang hendak diserang’ yaitu perjuangan manusia ketika dunia diserang oleh penjajah. Mereka memberontak memberikan perlawanan.

Diksi yang digunakan sangat tepat dengan makna yang hendak disampaikan dan pilihan katannya mudah dipahami oleh pembaca.

Amanat yang disampaikan penyair pada puisi ini adalah janganlah menjadi seseorang yang lemah. Sebab ketika kita sedang lemah maka kita akan ditindas oleh zaman.

Puisi ini sangat cocok bila dimusikalisasi, Semoga apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai apa yang diinginkan. Dan berikut ini adalah Biografi seorang Sutan Takdir Alisjahbana;Sutan Takdir Alisjahbana (STA) lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908. Beliau merupakan tokoh pembaharu, sastrawan, dan ahli tata Bahasa Indonesia.
STA masih keturunan keluarga kerajaan. Ibunya, Puti Samiah adalah seorang Minangkabau yang telah turun temurun menetap di Natal, Sumatera Utara. Puti Samiah merupakan keturunan Rajo Putih, salah seorang raja Kesultanan Indrapura yang mendirikan kerajaan Lingga Pura di Natal. Ayahnya, Raden Alisyahbana yang bergelar Sutan Arbi, adalah seorang guru.

STA menikah dengan tiga orang istri serta dikaruniai sembilan orang putra dan putri. Istri pertamanya adalah Raden Ajeng Rohani Daha (menikah tahun 1929 dan wafat pada tahun 1935) yang masih berkerabat dengan STA. Dari R.A Rohani Daha, STA dikaruniai tiga orang anak yaitu Samiati Alisjahbana, Iskandar Alisjahbana, dan Sofjan Alisjahbana. Tahun 1941, STA menikah dengan Raden Roro Sugiarti (wafat tahun 1952) dan dikaruniai dua orang anak yaitu Mirta Alisjahbana dan Sri Artaria Alisjahbana. Dengan istri terakhirnya, Dr. Margaret Axer (menikah 1953 dan wafat 1994), STA dikaruniai empat orang anak, yaitu Tamalia Alisjahbana, Marita Alisjahbana, Marga Alisjahbana, dan Mario Alisjahbana. STA sangat menghormati wanita, ia mengatakan bahwa wanita adalah motor penggerak dan pendukung dibalik kesuksesan seorang laki-laki.

Setelah menamatkan sekolah HIS di Bengkulu (1921), STA melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool, Bukittinggi. Kemudian dia meneruskan HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia (1979) dan Universitas Sains Malaysia, Penang, Malaysia (1987).
Kariernya beraneka ragam dari bidang sastra, bahasa, dan kesenian. STA pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-1933). Kemudian mendirikan dan memimpin majalah Poedjangga Baroe (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah menjadi guru HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di Universitas Indonesia (1946-1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas Nasional, Jakarta (1950-1958), guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas, Padang (1956-1958), guru besar dan Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1963-1968).

Demikianlah ulasan singkat tentang sastrawan Sutan Takdir Alisjahbana, semoga bermanfaat !



Post a Comment for "MUSIKALISASI PUISI Punah karya Sutan Takdir Alisjahbana"