BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.
Puisi tersebut adalah puisi naratif yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair, baik secara sederhana maupun kompleks sugestif. Puisi naratif dalam kesusastraan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu kelompok balada, romansa, epik, dan syair. Balada adalah jenis puisi yang mempunyai isi dan tema bercerita tentang orang_orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang_orang yang dapat menginspirasi khalayak tentang ketokohannya dalam mempertahankan sebuah pendirian atau pandangan hidup. Sehingga menjadikannya pusat perhatian dalam pergulatan kehdupan. Salah satu contohnya adalah puisi "Balada Terbunuhnya Atmo Karpo" karya WS Rendra diatas. Makna dari puisi tersebut adalah pencuri kerajaan yang bernama Atmo Karpo bukanlah pribadi yang biasa. Ia adalah sosok pemberani, sosok pemberontak yang tidak setuju dengan ketimpangan sosial. Kehidupan dalam lingkungan kerajaan sering kali diperlihatkan dengan kemewahan dan bergelimang harta atau kenikmatan materi, sedangkan rakyat jelata di sekitarnya menjadi budak karena kemiskinan dan papa. Ini sebuah paradoks. Maka tokoh Atmo Karpo memilih menjadi maling kerajaan yang kemudian hasilnya dibagi_bagikan kepada rakyat jelata yang kelaparan.
Post a Comment for "BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO"